
parenting
9 Tanda Toxic Sister pada Anak Perempuan Menurut Psikolog
HaiBunda
Kamis, 11 Sep 2025 11:10 WIB

Daftar Isi
- Penyebab munculnya hubungan toxic sister
-
Tanda munculnya toxic sister pada anak perempuan menurut psikolog
- 1. Dia selalu ingin paling benar
- 2. Dia manipulatif
- 3. Dia mengabaikan batasan
- 4. Dia selalu menempatkan diri sebagai korban
- 5. Permintaan maafnya tidak pernah tulus
- 6. Semua hal berubah menjadi kompetisi
- 7. Bersamanya selalu menguras energi
- 8. Semua perhatian hanya tentang dirinya
- 9. Selalu ada balasan tersembunyi
Hubungan antar-saudara perempuan sering kali dipenuhi banyak drama. Tak jarang hubungan ini justru bisa menjadi sumber luka batin yang jarang disadari.
Kedekatan yang terjalin sejak kecil membuat satu sama lain mengenal sisi terdalam masing-masing. Justru karena terlalu dekat, gesekan yang muncul bisa jauh lebih kuat daripada dengan orang lain.
Banyak orang mengira hubungan dengan saudara perempuan selalu jadi sumber dukungan. Faktanya, ada kondisi ketika ikatan itu malah memunculkan perasaan lelah, bingung, hingga tidak dihargai.
Ketika situasi seperti ini terjadi, anak perempuan kerap sulit menyadarinya. Namun, jika hubungan yang tidak sehat dibiarkan, hal itu bisa memberi dampak buruk bagi kesehatan emosional dan mentalnya.
Oleh karena itu, penting bagi anak untuk memahami dinamika hubungannya dengan saudara perempuannya. Dengan kesadaran ini, anak bisa menilai apakah ikatan tersebut menumbuhkan dukungan atau justru menguras energinya.
Penyebab munculnya hubungan toxic sister
Menurut penjelasan seorang psikolog klinis yang fokus pada dinamika keluarga, Dr. Lindsay Mazer, DPT, akar masalah ini biasanya berawal sejak masa kecil. Lindsay Mazer menegaskan pola asuh dalam keluarga bisa sangat menentukan terbentuknya relasi antar-saudara anak perempuan.
"Jika ada favoritisme, pengabaian, atau batasan yang kabur di rumah, hal itu dapat menciptakan pola yang berlanjut hingga dewasa," ujarnya dikutip dari Purewow.
Dr. Mazer juga mencontohkan pembagian peran dalam keluarga sering kali terasa tidak seimbang.
"Salah satu saudara kandung mungkin mengambil lebih banyak tanggung jawab, sementara yang lain dibiarkan tetap bergantung. Atau yang satu mungkin dipuji sementara yang lain merasa tidak diperhatikan. Peran-peran ini cenderung melekat kecuali jika diselesaikan secara sadar," sambungnya.
Tanda-tanda hubungan yang tidak sehat tidak selalu terlihat dalam bentuk konflik besar. Banyak kasus dimulai secara halus, seperti sindiran kecil, perasaan bersalah, atau rasa lelah emosional setelah bertemu.
"Jika saudara kandung Anda mengabaikan batasan kamu, mengolok-olok nilai-nilai kamu, atau hanya menghubungi kamu ketika mereka membutuhkan sesuatu, hal itu dapat berdampak buruk seiring waktu," jelasnya.
Tanda munculnya toxic sister pada anak perempuan menurut psikolog
Terdapat sejumlah tanda-tanda toxic sister yang dapat dikenali dikutip dari laman Purewow:
1. Dia selalu ingin paling benar
Saudara anak perempuan sering kali menolak setiap keputusan yang dibuatnya, mulai dari soal pertemanan, pasangan, hingga rencana masa depan. Rasanya seolah tidak ada pilihan yang dianggap tepat, meski anak sendiri sudah merasa bahagia dengan jalan hidupnya.
Sikap yang selalu merasa benar bisa membuat anak merasa diremehkan. Jika terus dibiarkan, hal ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan menjauhkan hubungan mereka.
Cara menghadapinya:
Bunda bisa membantu anak untuk membatasi cerita yang dibagikan jika tidak bisa saling mendukung. Ingatkan juga, bahwa anak berhak hanya didengarkan tanpa diberikan tambahan nasihat.
2. Dia manipulatif
Berbeda dengan orang yang tulus, saudara yang toxic sering menanyakan sesuatu dengan maksud tersembunyi. Pertanyaannya terlihat biasa, tetapi sebenarnya menjadi jebakan yang membuat anak merasa bersalah, Bunda.
Komunikasi seperti ini tidak sehat karena hanya berfokus pada keinginannya sendiri. Tanpa sadar, anak bisa merasa terpojok walaupun percakapan awalnya sederhana.
Cara menghadapinya:
Bunda dapat mengingatkan anak, bahwa manipulasi bukan salahnya, melainkan cara orang lain mengendalikan. Jika pola ini muncul, bantu anak untuk mengungkapkan bagaimana sikap tersebut membuatnya tidak dihargai.
3. Dia mengabaikan batasan
Kadang kakak atau adik perempuan bisa meminjam barang tanpa izin, seperti baju atau aksesori kesayangan. Hal kecil ini sering dianggap sepele, padahal bisa membuat anak merasa tidak dihargai.
Jika terus berulang, anak bisa merasa marah atau tersisih karena batas pribadinya tidak dihormati. Pada akhirnya, hal ini bisa memicu pertengkaran dan menurunkan kedekatan mereka.
Cara menghadapinya:
Arahkan anak untuk berani mengatakan "tidak" jika tidak nyaman barangnya digunakan. Bunda juga bisa menekankan pentingnya saling menghormati agar hubungan tetap akur dan sehat.
4. Dia selalu menempatkan diri sebagai korban
Dalam keluarga wajar ada rasa kecewa ketika permintaan tidak dipenuhi. Namun, jika setiap kali anak menolak lalu saudaranya menyalahkan dan memilih diam berhari-hari, itu pertanda hubungan yang tidak sehat.
Sikap seperti ini membuat anak serba salah, seolah semua keputusan yang ia ambil selalu salah di mata saudaranya. Padahal, menyalahkan orang lain terus-menerus bukan tanda hubungan yang sehat.
Cara menghadapinya:
Bunda dapat membantu anak mengenali pola permainan rasa bersalah ini. Latih anak tetap tenang saat menolak, serta siapkan jawaban konsisten agar reaksinya tidak mudah memengaruhinya.
5. Permintaan maafnya tidak pernah tulus
Ada kalanya anak menunggu saudaranya meminta maaf, tetapi justru ia yang berakhir mengalah. Ini tanda klasik hubungan yang tidak sehat karena kesalahan selalu dialihkan.
Sering kali, saudara memutar cerita dan menjadikan dirinya korban agar lepas dari tanggung jawab. Jika dibiarkan, hal ini bisa membuat anak lelah secara emosional.
Cara menghadapinya:
Bunda bisa mengingatkan anak, bahwa ini hanya cara untuk menghindari tanggung jawab. Anak tetap boleh berempati, tapi arahkan pembicaraan agar fokus pada akuntabilitas.
6. Semua hal berubah menjadi kompetisi
Setiap kali anak membagikan kabar bahagia, saudaranya langsung mengalihkan pembicaraan ke pencapaiannya sendiri. Kebahagiaan anak pun jadi terasa tidak penting.
Padahal dalam hubungan sehat, keberhasilan seharusnya dirayakan bersama, bukan dijadikan perlombaan. Jika saudaranya tidak mampu mendukung, berarti ada masalah dalam dinamika mereka.
Cara menghadapinya:
Bunda bisa mendorong anak untuk bicara terbuka tentang perasaannya. Jelaskan bahwa ia berhak memiliki hubungan yang saling mendukung, bukan dipenuhi persaingan.
7. Bersamanya selalu menguras energi
Setiap kali berinteraksi, anak sering merasa kelelahan secara emosional. Drama, tuntutan, dan sikap penuh kebutuhan membuat energinya terkuras habis.
Jika berlangsung lama, kondisi ini bisa mengganggu kesehatan mental anak. Ia bisa merasa tidak pernah cukup untuk memenuhi kebutuhan saudaranya.
Cara menghadapinya:
Bunda dapat mengajarkan anak untuk memeriksa kondisi emosinya sebelum bertemu. Latih juga agar ia berani menegakkan batasan dengan konsisten demi menjaga dirinya.
8. Semua perhatian hanya tentang dirinya
Ada kalanya anak bercerita panjang lebar, tapi saudaranya tidak menanyakan kabarnya sama sekali. Hampir semua percakapan hanya berpusat pada kehidupan saudaranya.
Jika pola ini terjadi terus-menerus, jelas ada ketidakseimbangan dalam hubungan. Anak bisa merasa tidak dilihat maupun dihargai.
Cara menghadapinya:
Bunda bisa membantu anak memperhatikan pola ini. Dorong ia menyampaikan dengan tenang, bahwa ia juga butuh ruang untuk didengar, agar alasannya menjaga jarak bisa dimengerti.
9. Selalu ada balasan tersembunyi
Saudara mungkin bersedia membantu anak, tetapi selalu diikuti permintaan balasan. Padahal, bantuan tulus seharusnya tidak disertai syarat.
Jika setiap kebaikan dijadikan alat tukar, hubungan terasa berat dan penuh tekanan. Anak jadi sulit membedakan mana ketulusan dan mana manipulasi.
Cara menghadapinya:
Bunda bisa memberikan contoh nyata pada anak, bahwa ia tidak harus selalu mengikuti kemauan saudara perempuannya. Dengan begitu, anak akan belajar bahwa menjaga pendapat dan keinginannya sendiri juga penting.Â
Itulah tanda-tanda toxic sister pada anak perempuan menurut psikolog. Dengan mengenali tandanya sejak awal, Bunda bisa lebih peka dalam mendampingi anak agar hubungan saudara tetap sehat.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ndf/fir)ARTIKEL TERKAIT

Parenting
4 Cara agar Anak Merasa Miliki Privasi, tapi Tetap Bisa Bunda Pantau

Parenting
3 Dampak Buruk Tak Menjaga Kesehatan Mental Anak

Parenting
Ucapan Orang Tua yang Dapat Mengganggu Psikologis Anak

Parenting
5 Tanda Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental

Parenting
Pesan Kate Middleton untuk Orang Tua Terkait Kesehatan Mental Anak


7 Foto
Parenting
7 Potret Mima Shafa, Anak Mona Ratuliu yang Jadi Penggiat Isu Kesehatan Mental
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda