Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Cerita Dongeng Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yang Penuh Makna untuk Dibacakan ke Anak

Asri Ediyati   |   HaiBunda

Selasa, 30 Sep 2025 21:00 WIB

dongeng nusantara: Pangeran Kodok dan Putri Cantik
Ilustrasi cerita Pangeran Kodok dan Putri Cantik/Foto: haibunda/annisa shofia
Daftar Isi

Membacakan cerita untuk anak merupakan cara penting untuk membantu mereka mengembangkan keterampilan berbahasa. Hal ini bisa mengenalkan mereka pada kata-kata baru dan cara-cara menggunakan bahasa.

Selain itu, membacakan cerita dari buku juga membantu mereka mempelajari informasi umum tentang dunia, yang memudahkan mereka mempelajari mata pelajaran baru saat mereka bersekolah.

Dikutip dari laman Child Mind Institute, dengan membacakan cerita untuk anak sejak usia dini, bahkan sebelum mereka dapat berkomunikasi secara verbal, kita membantu meletakkan dasar neurologis untuk penggunaan bahasa dan literasi yang efektif. Hal ini sebagian karena cerita dalam buku mengenalkan anak-anak pada kosakata dan tata bahasa yang biasanya tidak mereka dengar.

Orang tua dapat memanfaatkan waktu membaca sebagai kesempatan untuk membicarakan emosi dan cara mengatasinya. Membaca juga dapat membantu anak-anak belajar cara menangani perasaan mereka sendiri dengan cara yang sehat.

Melihat tokoh-tokoh dalam buku mengalami emosi yang kuat seperti marah atau sedih membuat anak-anak tahu bahwa perasaan ini normal dan memberi mereka kesempatan untuk membicarakan perasaan sulit mereka sendiri juga. Misalnya, kita dapat bertanya: "Pernahkah kamu merasa semarah gadis di buku ini? Apa yang akan kamu lakukan jika kamu semarah itu?"

Kali ini, ada cerita dongeng tentang Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yang dapat Bunda jadikan bahan bacaan bersama anak. Cerita dongeng ini ditulis dari abad ke-13 yang berasal dari kumpulan Dongeng Grimm yang terkenal ditulis oleh dua bersaudara asal Jerman, Wilhelm dan Jacob Grimm.

Cerita dongeng ini penuh makna dan memberikan pelajaran penting tentang moral kepada Si Kecil. Simak ceritanya berikut ini!

Cerita Dongeng Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yang Penuh Makna untuk Dibacakan ke Anak

Dahulu kala, seorang putri kerajaan sedang membereskan koper mainan masa kecilnya ketika ia menemukan sebuah bola emas.

“Oh, aku dulu sering bermain dengan ini waktu kecil,” kenang sang putri.

Ia kemudian memantulkannya di kamarnya yang besar hingga sebuah pantulan keras melemparkan bola emas itu keluar dari jendelanya. Ia bergegas melihat ke mana bola itu jatuh.

Percikan air di luar kolam membuatnya menyadari bahwa bolanya telah jatuh ke dalamnya. Ia berlari menuju kolam dan duduk di tepinya, berharap bola itu akan muncul ke permukaan.

“Ya ampun, apa yang harus kulakukan?”

Tiba-tiba, ia mendengar suara yang berkata, “Katakan padaku apa yang harus kulakukan, dan aku akan melakukannya.”

Ia melihat sekeliling dan tidak melihat siapa pun.

“Ini, Putri, ini,” terdengar suara itu lagi dari kolam.

Ia menatap suara itu dan melihat seekor kodok hijau tersenyum padanya. “Aku kehilangan bola masa kecilku. Itu adalah bola emas dan jatuh ke dalam kolam.”

"Bisakah kau mengambilkan bola itu untukku?" pinta sang Putri kepada kodok. "Ya, Putri, tapi apa balasannya?" pinta kodok itu.

"Apa pun yang kau inginkan," jawab sang Putri, yang sangat menginginkan bolanya kembali. "Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu di dalam istanamu, berada di sisimu, makan, minum, dan tidur di sampingmu," kata kodok.

Sang Putri mengira kodok itu gila, tetapi ia sangat ingin mendapatkan bolanya. Jadi, ia menjawab, "Tentu saja kau bisa!" Kodok itu menyelam jauh ke dalam kolam dan kembali dengan bola emas dalam hitungan detik.

Sang Putri mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan mulai berjalan kembali ke istananya. "Tunggu, Putri, tunggu," kodok itu menghentikannya. "Aku harus ikut denganmu," pinta sang kodok. 

"Apa, tidak, tentu saja tidak," jawab sang Putri seraya berlari masuk ke dalam istananya dengan bola emasnya. Dalam beberapa menit, kaodok itu mengetuk pintu istana yang besar.

Ketika penjaga pintu membuka pintu, kodok itu mulai menjelaskan semuanya. Raja yang lewat mendengar kodok itu dan menuntut agar sang Putri menepati janjinya. Sang Putri kemudian mendudukkan kodok itu di sampingnya di meja makan dan membiarkannya makan dari piringnya. Ia meminta gelas khusus agar kodok itu dapat menikmati minumannya. Sang Putri kesal pada kodok itu, tetapi ia tidak dapat melawan perintah ayahnya, sang Raja.

Malam harinya, kodok itu mengikuti sang Putri ke kamarnya. Ia masuk ke kamar dan melompat ke tempat tidurnya, bersantai dengan nyaman di atas bantalnya. "Bagaimana kau bisa melakukan ini?" tanya sang Putri sambil melemparkan kodok itu dari bantalnya ke lantai. Tiba-tiba, ia mendengar suara dari belakang.

"Terima kasih, putri yang cantik." Ia berbalik dan melihat seorang pangeran tampan berdiri di tempat kodok itu.

Sang Putri bingung, sehingga sang pangeran menjelaskan semuanya kepadanya.

"Seorang penyihir telah menyihirku. Sihir itu hanya dapat dipatahkan jika aku dapat menghabiskan waktu bersama seorang putri di istananya. Aku berhutang budi padamu karena telah mematahkan sihir itu," katanya sambil membungkuk kepada sang Putri dengan rasa terima kasih.

Sang Putri merasa malu dengan perilakunya sebelumnya, tetapi mengingat harinya bersama sang pangeran, bahkan sebagai seekor kodok. "Saya turut berduka cita," seru sang Putri.

Mereka segera menghabiskan lebih banyak waktu bersama, dan seiring berlalunya waktu, mereka menikah dan hidup bahagia selamanya.

Pesan moral

Pesan moral yang dapat diambil dari cerita dongeng Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan adalah jangan menilai seseorang dari penampilannya. Kisah ini memiliki pesan penting tentang memperlakukan semua orang secara setara.

Dikutip First Cry, kisah 'Pangeran Kodok' membantu anak-anak memahami bahwa setiap orang harus diperlakukan dengan kasih sayang, apa pun penampilannya. Penampilan fisik seseorang bisa menyesatkan. Orang-orang mungkin tidak seperti penampilannya, dan penampilan bisa menipu.

3 Cerita Dongeng Pangeran dan Putri Kerajaan Lainnya

Ada banyak cerita dongeng pangeran dan putri kerajaan dari berbagai negara. Sarat makna dan pesan moral, simak tiga cerita dongeng pangeran dan putri kerajaan lainnya seperti dikutip berbagai sumber:

Kisah Putri Bulan dan Pangeran Matahari 

Bulan merupakan seorang putri dari Kerajaan Malam, sedangkan Matahari merupakan pangeran dari Kerajaan Siang. Keduanya sangat tersohor dan dipuja-puja banyak orang. Bulan merupakan gadis cantik, lembut serta selalu menerangi ketika gelap. Dia sangat anggun dan elegan, namun tidak setiap hari dia memperlihatkan sosok dirinya secara penuh.

Sementara matahari dipuja karena kemegahannya. Dia begitu indah dan bersinar. Matahari menjadi pusat kehidupan dan sebagai n sosok pemimpin yang disegani. Semua ingin selalu dekat dan mengelilinginya. Sebab dia bisa memberikan kehangatan bagi sekitarnya.

Dalam cerita dongeng dikisahkan, ternyata keduanya saling penasaran. Ketika matahari menduduki singgasananya di Kerajaan Siang, maka sang bulan akan mengaguminya di balik awan. Begitu juga matahari, dia mengagumi keindahan bulan ketika bulan menduduki singgasana Kerajaan Malam.

Hingga akhirnya, rasa cinta dan kagum pun terjalin di antara mereka. Tanpa sadar, keduanya saling mendekat dan berhadap-hadapan. Mereka berdua pun saling mengagumi sosok masing-masing.

“Aku tidak ingin berpisah denganmu. Kau sangat terang dan hangat sehingga aku ingin kau terus menyinariku,” kata Bulan.

“Bulan yang cantik, aku juga tidak ingin berpisah darimu. Aku ingin seperti ini dan menikmati keelokanmu,” kata Matahari.

Namun, ketika Bulan dan Matahari bersama-sama. Dunia yang tadinya terang berubah menjadi gelap gulita. Semua manusia pun keluar dari rumah mereka untuk melihat kedua penguasa kerajaan langit tersebut.

Mereka merasa kagum dengan fenomena tersebut. Namun mereka juga bingung, bagaimana jika Bulan dan Matahari bersanding? Apakah dunia akan gelap selamanya?

Baik Bulan maupun Matahari, keduanya menyadari hal ini. 

“Putri Bulan yang cantik, jangan menangis. Sebab masing-masing dari kita memiliki tugas mulia sehingga kita tidak bisa bersanding terus menerus. Namun aku akan memperhatikanmu dari jauh,” kata Matahari.

“Kelak akan ada hari di mana kita bisa bersanding kembali meskipun hanya sebentar,” lanjutnya.

Putri Bulan pun mengerti. Mereka pun berpisah dan segera kembali ke singgasana kerajaan masing-masing. Begitulah terus menerus hingga alam semesta berakhir.

Mereka berdua terus mencintai dan saling memperhatikan dari jauh. Meskipun hanya dipertemukan sesekali dan dalam waktu singkat saja, tampaknya mereka sudah cukup puas. Sebab cinta mereka abadi bahkan semua orang juga mencintai mereka.

Pesan moral: Cerita dongeng ini mengajarkan bahwa sesungguhnya cinta dan kasih sayang itu tidak hanya soal janji, tapi juga komitmen seumur hidup dan pembuktian.

Sang Putri dan Kacang Polong

Kisah ini ditulis oleh Hans Christian Andersen. Berkisah tentang seorang pangeran yang ingin menikahi seorang putri, tetapi putri itu haruslah putri sungguhan. Ia berkelana ke seluruh dunia untuk menemukannya, tetapi tak kunjung menemukan apa yang diinginkannya.

Ada cukup banyak putri, tetapi sulit untuk memastikan apakah mereka putri sungguhan. Selalu ada sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan. Maka ia pulang ke rumah dan bersedih, karena ia sangat ingin memiliki putri sungguhan.

Suatu malam, badai dahsyat datang. Guntur dan kilat menyambar, dan hujan turun deras. Tiba-tiba terdengar ketukan di gerbang kota, dan raja tua itu pun pergi untuk membukanya.

Seorang putri berdiri di luar sana di depan gerbang. Tapi, astaga! betapa buruknya penampilannya akibat hujan dan angin. Air mengalir dari rambut dan pakaiannya, air itu mengalir ke ujung sepatunya dan keluar lagi di tumit. Namun ia tetap berkata bahwa ia adalah putri sungguhan.

"Yah, kita akan segera tahu," pikir ratu tua itu. Namun ia tidak berkata apa-apa, masuk ke kamar tidur, mengambil semua perlengkapan tidur dari ranjang, dan meletakkan kacang polong di bawahnya. Lalu ia mengambil dua puluh kasur dan meletakkannya di atas kacang polong itu, lalu dua puluh kasur bulu angsa di atasnya.

Di atas tempat tidur ini, sang putri terpaksa berbaring semalaman. Keesokan paginya ia ditanya bagaimana tidurnya.

"Oh, sangat buruk!" katanya.

"Aku hampir tidak bisa memejamkan mata semalaman. Hanya Tuhan yang tahu apa yang ada di ranjang itu, tetapi aku berbaring di atas sesuatu yang keras, sehingga seluruh tubuhku lebam-lebam. Mengerikan!"

Sekarang mereka tahu bahwa ia adalah seorang putri sejati karena ia telah merasakan kacang polong menembus dua puluh kasur dan dua puluh kasur bulu angsa.

Tak seorang pun kecuali putri sejati yang bisa sesensitif itu.

Maka sang pangeran menjadikannya istrinya, karena sekarang ia tahu bahwa ia memiliki seorang putri sejati; dan kacang polong itu disimpan di museum, di mana ia masih dapat dilihat, jika tidak ada yang mencurinya.

Pesan moral: Cerita pendek Putri dan Kacang Polong mengajarkan kita untuk jangan pernah menilai seseorang dari penampilannya sesaat, tetapi nilai lah dari kemampuannya dan kepribadiannya.

Putri Buruk Rupa dan Pangeran Tampan

Cerita dongeng ini dikutip dari buku 101 Dongeng Seru Sebelum Bobok, penerbit Laksana (2018). Kisahnya sarat akan pesan moral yang bisa diceritakan kepada Si Kecil.

Di suatu gubuk kecil di tengah hutan, hiduplah seorang putri yang Wajahnya dipenuhi bintik-bintik merah besar dan hidungnya lebar. Matanya besar dan rambutnya gimbal. Ia tinggal seorang diri karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Untuk menghabiskan waktu, ia sering bermain dengan para tikus, kelinci, rubah, dan hewan kecil lainnya. 

Sang Putri sebenarnya ingin pergi ke desa. Namun, saat warga desa melihatnya, mereka selalu mengusirnya. Mereka bilang ia adalah putri yang terkena kutukan dan harus menjauh dari desa. Jika tidak, penduduk desa akan terkena kutukan juga. 

Suatu hari, seorang pangeran berburu ke hutan. la mendapat perintah dari ayahnya untuk berburu seekor rusa karena akan ada pesta kerajaan. Pangeran pun masuk ke hutan bersama dua pengawalnya.

Sebentar saja, mereka mendapatkan rusa yang mereka inginkan. Seekor rusa bertubuh gemuk dibidik oleh panah sang Pangeran. Panah itu melesat dan mengenai kaki rusa. Rusa itu kesakitan dan segera berlari jauh ke dalam hutan. Pangeran dan dua pengawalnya mengejar. 

Rusa itu lari ke tempat si Putri. la langsung mengadu kepada si Putri perihal yang terjadi. Si Putri segera mengobati lukanya. Setelahnya rusa itu berlindung di balik tubuh sang Putri. Tak lama, rombongan sang Pangeran sampai. Mereka sangat terkejut ketika melihat wajah sang Putri.

Kedua pengawal sang Pangeran langsung mengeluarkan pedangnya. Namun, si Pangeran malah menatap sang Putri. Sang Pangeran menemukan sebuah hati yang penuh kasih sayang dan kelembutan pada diri sang Putri. "Siapakah kau? Kenapa tinggal di sini?" 

"Orang-orang memanggilku Putri Buruk Rupa. Aku tinggal di sini karena tidak ada yang menerima kehadiranku di desa. Rusa yang kalian lukai ini adalah temanku.

Aku mohon kepada kalian agar melepaskannya," pinta sang Putri. 

"Baiklah. Aku akan melepaskannya. Namun, aku punya permintaan sebagai gantinya. Kau harus ikut bersama kami ke istana," ucap sang Pangeran. Sang Putri terkejut dengan permintaan tersebut. 

"Tapi ...." 

"Jika tidak mau, rusa ini yang akan kami bawa.” 

Sang Putri pun mau tidak mau setuju. Pangeran segera membawa sang Putri ke istana serta memperkenalkannya kepada ibu dan ayahnya. Raja dan Ratu sangat terkejut melihat penampilan sang Putri. Namun, mereka adalah raja dan ratu yang sangat rendah hati. Karena dibawa oleh sang Pangeran, mereka mau menerima kehadiran si Putri. 

"Kenapa kau tidak merasa jijik padaku?"tanya sang Putri. 

"Aku tidak melihat rupamu. Aku melihat kebaikan hatimu," jawab sang Pangeran. 

"Terima kasih, Pangeran." 

Tanpa sang Putri sadari, wajahnya tiba-tiba berubah. Bintik-bintik merah di wajahnya hilang. la berubah menjadi seorang putri yang sangat cantik. Lalu, seorang peri datang di tengah mereka. 

"Kau sudah menjalani cobaan dan berhasil kau lalui dengan baik. Kini, kau akan berubah selamanya menjadi putri yang cantik seperti ini." Setelahnya, peri itu menghilang.

Pesan moral: Dari cerita ini pesan yang dapat dipetik hampir mirip dengan kisah Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yaitu jangan menghakimi seseorang hanya dari penampilan. Anak dapat diajarkan bahwa kecantikan atau ketampanan sesungguhnya tak hanya dilihat dari fisik, tapi dari hati seseorang.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(fir/fir)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda