Jakarta -
Soal jatah
mudik, ada keluarga di mana suami atau istri yang dominan. Artinya, tiap tahun mereka hanya mudik ke kampung halaman si suami saja atau si istri saja. Padahal, ini dampaknya nggak baik lho Bun buat anak.
Salah satu kerabat perempuan saya, sudah punya dua anak. Tiap tahun pas Lebaran, kerabat saya ini selalu
mudik ke kampung halaman bundanya. Selalu kayak gitu dari tahun ke tahun. Akhirnya, si anak memang sih kelihatan cenderung lebih dekat dan senang kalau bergaul sama keluarga dari bundanya.
Iya Bun, efek kayak gini bisa terjadi kalau mudik lebih sering ke kampung halaman salah satu pihak aja. Seperti kata psikolog klinis dari Tiga Generasi, Sri Juwita Kusumawardhani M.Psi., Psikolog, kalau kita cuma fokus sama satu keluarga besar aja, nanti anak-anak bisa berpikir dirinya cuma perlu hormat dan ke salah satu keluarga besar aja Bun.
"Makanya untuk menghindari itu, kita perlu gantian mudik ke keluarga besar suami atau istri," kata Wita, begitu dia akrab disapa waktu ngobrol sama HaiBunda.
Bahkan, kalau Bunda sekiranya punya masalah sama mertua atau saudara ipar, baiknya nggak ngasih tahu ke anak Bun. Misalnya, Bunda ngeluh nih ke anak kalau neneknya itu nyebelin. Kata Wita, justru kita akan dapat respect dari pasangan ketika kita didik anak tetap netral dan hormat sama kakek-nenek si anak atau keluarganya.
Dengan begitu, anak juga jadi tetap 'bersih' dan nggak punya preferensi pribadi kan Bun. Kalau Bunda kelihatan sebal sama keluarga suami misalnya, nanti pas sudah besar anak bisa berpikir dua hal nih Bun. Pertama, anak bisa kesal sama kakek dan nenek atau keluarga si ayah. Kedua, justru anak yang jadi kesal sama Bunda. Kok bisa?
"Iya, jadi anak mikir 'Oh pantes kakek sama nenek kayak gitu ke bunda karena memang bunda nyebelin'. Makanya, penting banget buat kita untuk tidak menanamkan benih-benih ketidaksukaan pada keluarga, baik keluarga si ayah atau bunda," kata Wita.
Menurut Wita, memang idealnya mudik ke kampung halaman suami atau istri gantian tiap tahunnya. Tujuannya, agar mertua maupun pasangan nggak ada yang merasa dikesampingkan. Tapi kalau tadi, pasangan terlalu dominan, yuk coba ajak diskusi Bun. Ingatkan bahwa ini juga salah satu pembelajaran kepada anak bahwa kakek-nenek atau keluarga dari ayah bundanya punya status penting yang setara.
Masalah lain, kalau salah satu pasangan ogah diajak mudik karena nggak nyaman dengan salah satu anggota keluarga, kata Wita, kita perlu mendengarkan keluh kesah dari pasangan. Jadi, dia merasa didengar dan dimengerti. Kalau sudah begitu, pasangan akan lebih mudah untuk dirayu. Jangan lupa ya Bun, Bunda juga bisa cari hal-hal positif yang bisa ditemui atau dilakukan oleh pasangan ketika mengunjungi keluarga kita.
"Jadi meskipun bertemu dengan saudara yang tidak menyenangkan, ia tetap semangat dengan alasan yang lain. Terus, yakinkan bahwa kita akan ada untuk dia dan dia tidak menghadapi ini sendirian," tutur Wita.
(rdn)