Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Sunat Anak Laki-Laki: Usia yang Tepat, Estimasi Biaya, Manfaat, Risiko & Perawatannya

ZAHARA ARRAHMA   |   HaiBunda

Selasa, 01 Jul 2025 09:10 WIB

Prosedur sunat dan biayanya
Prosedur sunat dan biayanya/ Foto: Getty Images/golfcphoto
Daftar Isi

Salah satu kewajiban yang perlu Ayah dan Bunda perhatikan untuk anak laki-laki adalah menjalani prosedur sunat. Tindakan ini bukan hanya berkaitan dengan ajaran agama, tetapi juga memiliki manfaat penting bagi kesehatan Si Kecil, terutama dalam mencegah infeksi dan risiko penyakit kelamin di masa depan.

Nah, jika Ayah dan Bunda ingin mengetahui lebih jauh seputar manfaat, risiko, metode sunat, hingga estimasi biaya yang perlu disiapkan, simak rangkuman informasi lengkap yang telah HaiBunda susun berikut ini, yuk!

Manfaat khitan untuk anak

Khitan atau sunat tidak hanya dianjurkan secara agama, tetapi juga memiliki sejumlah manfaat dari segi medis lho, Bunda.

Melansir laman Cleveland Clinic dan NHS, beberapa penelitian menunjukkan bahwa penis yang sudah disunat lebih mudah dibersihkan, terutama pada anak-anak. Hal ini membantu menjaga kebersihan dan kesehatan area genital secara keseluruhan.

Selain itu, khitan juga memberikan perlindungan terhadap berbagai risiko kesehatan, seperti:

  • Infeksi saluran kemih (ISK), terutama pada tahun pertama kehidupan anak.
  • Iritasi, peradangan, atau infeksi pada penis, karena penis yang disunat lebih mudah dirawat dan dijaga kebersihannya.
  • Kondisi medis tertentu yang berkaitan dengan kulup, seperti fimosis (kulup tidak bisa ditarik), parafimosis (kulup tidak bisa dikembalikan), serta peradangan kulup dan kepala penis (balanitis).
  • Beberapa jenis infeksi menular seksual (IMS) saat anak beranjak dewasa, termasuk HIV.
  • Risiko kanker penis, meskipun kasus ini sangat jarang, baik pada pria yang disunat maupun yang tidak.
  • Risiko kanker serviks pada pasangan seksual perempuan di masa depan.

Risiko sunat anak

Meskipun sunat atau khitan tergolong prosedur yang aman, tetap ada beberapa risiko medis yang perlu Bunda ketahui, seperti halnya tindakan medis lainnya.

Risiko-risiko ini memang jarang terjadi, apalagi jika dilakukan oleh tenaga medis yang berpengalaman. Namun, beberapa kemungkinan yang bisa muncul antara lain, seperti dikutip dari laman NHS dan Kids Health.

  • Perdarahan ringan selama atau setelah prosedur. Bila ada riwayat gangguan pembekuan darah dalam keluarga, penting untuk memberitahukannya kepada dokter terlebih dahulu.
  • Infeksi ringan di area luka sunat, yang biasanya mudah diobati.
  • Jumlah kulit yang terpotong terlalu banyak atau terlalu sedikit.
  • Terbentuknya jaringan parut.
  • Iritasi atau peradangan di ujung penis (meatitis).
  • Penyempitan saluran kencing di ujung penis (meatal stenosis).
  • Adhesi penis, yaitu kulup yang menempel ke kepala penis karena penyembuhan yang kurang sempurna. Dalam beberapa kasus, kondisi ini memerlukan perbaikan sunat.

Rasa sakit juga bisa muncul, tetapi kini sudah tersedia berbagai metode untuk meredakannya, seperti krim anestesi atau suntikan lokal sebelum sunat. Setelahnya, Si Kecil bisa diberi parasetamol, serta ditenangkan dengan empeng manis atau dibedong agar lebih nyaman.

Ada pula anggapan bahwa sunat dapat menurunkan sensitivitas ujung penis dan berdampak pada aktivitas seksual di masa depan. Namun, hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang meyakinkan terkait hal tersebut.

Oleh sebab itu, selama dilakukan oleh dokter yang kompeten dan dengan prosedur yang benar, risiko sunat sangat kecil. Namun, tetap penting memantau kondisi Si Kecil setelah sunat dan segera periksa ke dokter jika terjadi pendarahan berlebih, infeksi, atau luka yang tak kunjung sembuh, ya, Bunda.

Kondisi yang dilarang anak laki-laki sunat

Sunat tidak bisa dilakukan pada semua anak laki-laki, Bunda. Ada kondisi tertentu pada penis yang membuat prosedur ini tidak dianjurkan. Berikut dua di antaranya.

Hipospadia

Salah satu kondisi yang membuat sunat justru tidak dianjurkan adalah hipospadia. Menurut spesialis urologi di Eka Hospital Cibubur, dr. Gampo Alam Irdam, hipospadia merupakan kelainan bawaan pada penis, di mana lubang saluran kencing tidak berada di ujung kepala penis seperti umumnya.

"Sunat penting karena bisa mencegah gangguan berkemih bahkan infeksi saluran kemih bisa dicegah. Tapi orang yang mengalami hipospadia justru tak bisa menjalankan prosedur ini," kata dr. Alam, dikutip dari laman CNN Indonesia

Pada anak dengan hipospadia, lubang kencing bisa terletak di bawah penis, bahkan hingga mendekati skrotum atau selangkangan. Kondisi ini juga bisa disertai bentuk penis yang melengkung ke bawah, kulup yang tampak tidak normal, atau testis yang belum turun ke kantung kemaluan. Ciri lain yang mudah dikenali adalah aliran urine tidak memancar lurus saat buang air kecil.

Meski penyebab pastinya belum diketahui, beberapa faktor risiko yang diduga berpengaruh antara lain adalah genetik, kelahiran prematur, paparan zat tertentu seperti pestisida dan asap rokok, hingga penggunaan kontrasepsi hormonal yang tidak tepat oleh ibu. Risiko juga meningkat pada ibu berusia di atas 35 tahun dan mengalami obesitas selama kehamilan.

Untuk menangani hipospadia, tindakan yang paling umum dilakukan adalah operasi korektif, guna memperbaiki posisi lubang kencing dan bentuk alat kelamin.

"Tindakan operasi bisa dilakukan pada bayi usia 3–18 bulan," kata dr. Alam.

Namun, tidak semua kasus bisa selesai dalam satu kali operasi. Terkadang, diperlukan beberapa tahap bedah, tergantung tingkat keparahan kelainan yang dialami. Harapannya, setelah prosedur selesai, posisi lubang kencing, bentuk penis, serta fungsinya bisa optimal hingga anak tumbuh dewasa.

Buried penis

Buried penis adalah kondisi ketika penis tampak kecil atau tersembunyi karena tertarik ke dalam oleh jaringan ikat atau otot abnormal di sekitar pangkalnya. Meski terlihat sepele, kondisi ini bisa menimbulkan masalah serius jika tidak dikenali sebelum anak menjalani sunat.

Menurut studi dalam National Library of Medicine, pada kasus buried penis, batang penis sebenarnya berukuran normal, namun tersembunyi dan sulit terlihat dari luar.

Jika anak langsung disunat tanpa diagnosis yang tepat, dokter bisa tanpa sengaja mengangkat terlalu banyak kulit. Akibatnya, batang penis bisa kehilangan seluruh lapisan kulitnya dan menimbulkan luka luas, yang bahkan memerlukan tindakan lanjutan seperti cangkok kulit.

Oleh karena itu, buried penis sebaiknya dikoreksi terlebih dahulu sebelum sunat dilakukan. Penanganannya bisa berupa operasi ringan untuk melepaskan jaringan penarik atau memperbaiki bentuk anatomi agar penis terlihat jelas. 

Jenis-jenis metode sunat anak

Seiring perkembangan teknologi medis, kini ada berbagai pilihan metode sunat yang bisa dipertimbangkan orang tua. Masing-masing memiliki kelebihan, kekurangan, serta waktu pemulihan yang berbeda. Mengutip laman detikcom, berikut penjelasan empat metode sunat yang umum digunakan.

1. Metode Konvensional (Pembedahan)

Meski kini banyak teknik sunat modern, metode konvensional masih cukup sering digunakan. Pada metode ini, kulup penis dipotong langsung menggunakan alat bedah seperti gunting atau pisau, tanpa bantuan alat modern.

Prosedur ini tidak melibatkan alat khusus dan biasanya dilakukan tanpa bius lokal menyeluruh. Dari sisi risiko, metode ini tergolong aman, namun waktu penyembuhannya lebih lama, yakni sekitar 5–7 hari.

2. Metode Laser (Electric Cauter)

Metode sunat laser cukup populer di berbagai klinik dan rumah sakit. Prosedur ini menggunakan logam yang dialiri listrik untuk menghasilkan panas, lalu digunakan untuk memotong kulup.

Waktu tindakan berlangsung sekitar 30–60 menit. Meski prosesnya lebih lama dibanding metode modern lain, risiko pendarahan tetap rendah. Area yang disunat biasanya perlu dijahit dan diperban setelahnya.

3. Metode Klem

Metode klem menjadi salah satu pilihan favorit karena prosesnya cepat dan minim risiko, Bunda. Dalam prosedur ini, digunakan tabung plastik khusus yang disesuaikan dengan ukuran penis anak. Tabung ini dipasang dan dikunci pada penis, lalu kulup dipotong.

Kelebihannya, proses sunat hanya berlangsung 5–10 menit, tidak membutuhkan jahitan, dan minim risiko perdarahan. Si Kecil juga bisa langsung beraktivitas setelahnya. Namun, beberapa anak mungkin merasa kurang nyaman karena harus mengenakan tabung selama beberapa hari.

4. Metode Stapler

Terakhir ada metode stapler, di mana merupakan teknologi sunat modern yang juga banyak diminati. Prosedurnya menggunakan alat berbentuk seperti lonceng ganda: bagian dalam melindungi kepala penis, sementara bagian luar dilengkapi pisau bundar untuk memotong kulup.

Setelah pemotongan, stapler akan secara otomatis menjahit luka dan menghentikan perdarahan. Waktu prosedur cukup singkat, hanya sekitar 10–15 menit. Meski efektif dan praktis, metode ini umumnya memerlukan biaya yang lebih tinggi dibanding metode lainnya, Bunda.

Usia sunat anak laki-laki menurut Islam

Dalam buku Wasiat Rasulullah tentang Anak yang ditulis Mohammad Wifaqul Idaini, M.Pd, dijelaskan bahwa waktu pelaksanaan sunat atau khitan masih menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama. Ada yang menyarankan dilakukan sejak hari kelahiran, hari ketujuh, atau ketika anak menginjak usia tujuh tahun.

Meski begitu, pada dasarnya khitan boleh dilakukan kapan saja, asalkan tidak melebihi usia baligh. Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathul Bari mengutip pendapat Al-Mawardi:

“Khitan itu mempunyai dua waktu, waktu wajib dan waktu mustahab (sunah). Waktu wajib adalah ketika usia baligh, sedangkan waktu mustahab adalah sebelum baligh.”

Pandangan serupa juga disampaikan oleh Syekh Abdullah al-Jibrin. Ia mengatakan:

“Sebagian memilih dilakukan khitan ketika hari lahir, ada juga pendapat ketika berusia tujuh hari. Jika ingin ditunda maka pada hari ke-40. Lalu apabila ingin ditunda lagi maka saat berusia tujuh tahun, yaitu umur diperintahkan agar melaksanakan salat. Salah satu syarat salat adalah taharah (suci). Hal ini tidak sempurna kecuali dengan berkhitan.”

Dari berbagai pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa menunda khitan memang diperbolehkan, tetapi akan lebih baik bila disegerakan. Anjuran ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 148.

"Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan." (QS. Al-Baqarah [2]: 148).

Artinya, sunat anak laki-laki menurut Islam sebaiknya tidak ditunda terlalu lama. Batas akhir yang disepakati adalah sebelum anak mencapai usia baligh, karena pada tahap ini ia sudah mulai dibebani kewajiban ibadah.

Jadi, selama tidak ada halangan atau kondisi yang membahayakan, sebaiknya khitan dilakukan sebelum anak masuk usia baligh, ya, Bunda.

Waktu sunat anak laki-laki berdasarkan medis

Bila sudah tahu bagaimana batasan usia sunat anak laki-laki di mata Islam, pandangan medis juga memiliki pendapat yang tak jauh berbeda nih, Bunda.

Secara medis, khitan sebaiknya dilakukan sejak usia dini. Selain hasilnya lebih optimal, tindakan ini juga bisa mengurangi rasa takut pada anak, menurunkan risiko infeksi, serta mempercepat proses penyembuhan.

Hal ini sejalan dengan pendapat dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Rumah Sunat dr. Mahdian, yang menyebut masa bayi sebagai periode pertumbuhan dan regenerasi sel yang paling pesat.

"Karena itu pada usia bayi kalau ada luka paling cepat sembuh karena sel akan beregenerasi paling bagus saat itu," jelasnya kepada HaiBunda beberapa waktu lalu.

Selain itu, bayi juga belum terlalu aktif bergerak. Apalagi jika usianya masih di bawah enam bulan, biasanya belum bisa tengkurap. Hal ini tentu mempermudah perawatan pasca sunat dan mempercepat pemulihan luka.

"Makanya disarankan kalau pas usia Bayi jangan pas di atas umur enam bulan. Selanjutnya adalah dampak trauma psikologis. Anak usia bayi enggak ingat apa-apa, jadi enggak ada trauma pas dia disunat," lanjut dr Mahdian.

Estimasi biaya sunat anak laki-laki

Biaya sunat anak laki-laki dapat bervariasi tergantung pada metode yang dipilih, fasilitas medis, serta lokasi tindakan. Jika Bunda memilih sunat di klinik atau rumah sunat khusus anak, biasanya tersedia layanan tambahan seperti pendampingan anak, perawatan yang lebih nyaman, dan pemulihan yang lebih cepat.

Beberapa klinik juga menyediakan layanan sunat di rumah, salah satunya Rumah Sunat dr. Mahdian yang memiliki lebih dari 40 cabang di berbagai kota di Indonesia. Biaya sunat di klinik ini berkisar antara Rp2.200.000 hingga Rp3.050.000, dan bisa dijadwalkan saat libur sekolah.

Prosedur ini dilakukan oleh dokter profesional dengan pendekatan yang ramah anak, serta didampingi tim medis berpengalaman untuk memastikan proses berjalan nyaman dan minim stres bagi anak maupun orang tua.

7 Tips perawatan pasca sunat agar cepat sembuh

Berikut beberapa tips perawatan yang perlu dilakukan setelah anak disunat agar luka cepat sembuh dan terhindar dari risiko yang mengkhawatirkan, dikutip dari laman Cleveland Clinic dan The American College of Obstetricians and Gynecologists.

1. Jaga kebersihan area sunat

Bersihkan area sunat dengan air hangat dan sabun antiseptik ringan saat mandi. Jangan gunakan sabun yang mengandung pewangi atau alkohol karena bisa menyebabkan iritasi. Setelah dibersihkan, keringkan dengan menepuk lembut menggunakan kain bersih.

2. Ganti perban secara teratur

Luka sunat biasanya ditutup dengan perban untuk melindunginya dari kotoran dan gesekan. Gantilah perban sesuai petunjuk dokter, biasanya 1–2 kali sehari atau saat perban basah dan kotor. Saat mengganti, pastikan tangan dalam keadaan bersih dan gunakan salep jika diresepkan.

3. Kenakan celana yang longgar

Hindari pakaian yang ketat atau berbahan kasar karena bisa menyebabkan gesekan pada luka. Gunakan celana berbahan lembut dan longgar, atau celana khusus sunat agar anak merasa lebih nyaman dan luka tidak terganggu.

4. Batasi aktivitas fisik

Selama masa penyembuhan (sekitar 7–10 hari), anak sebaiknya tidak melakukan aktivitas berat seperti berlari, melompat, atau bersepeda. Aktivitas fisik berlebihan bisa menyebabkan luka robek atau perdarahan.

5. Kompres dingin untuk mengurangi bengkak

Wajar jika area sekitar luka tampak bengkak di hari-hari awal pasca sunat. Kompres dingin dengan es batu yang dibungkus kain bersih selama 10–15 menit dapat membantu mengurangi bengkak dan rasa nyeri. Jangan menempelkan es langsung ke kulit.

6. Pastikan Si Kecil cukup istirahat

Istirahat cukup membantu tubuh mempercepat proses penyembuhan. Pastikan Si Kecil tidur cukup dan tidak terlalu banyak bergerak di masa awal pasca sunat. Jika ia merasa tidak nyaman saat tidur, bantu dengan posisi tidur yang tidak menekan area luka.

7. Perhatikan asupan nutrisi

Ahli gizi Kavitha Krishnan, RD, menjelaskan bahwa setiap kali makan sebaiknya mengandung biji-bijian utuh, buah, sayuran, dan cukup protein. Pola makan seimbang ini membantu tubuh mendapatkan vitamin dan mineral yang dibutuhkan selama masa penyembuhan.

Protein menjadi salah satu nutrisi utama karena berperan penting dalam memperbaiki jaringan tubuh, termasuk kulit yang terluka. Selain itu, protein juga membantu memperkuat daya tahan tubuh dan mempercepat proses pemulihan luka.

Demikian informasi seputar prosedur sunat pada anak laki-laki, mulai dari batas usia hingga pilihan metode yang paling nyaman untuk dilakukan. Semoga bermanfaat, ya!


Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(rap/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda