Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri

Melly Febrida   |   HaiBunda

Kamis, 01 Mar 2018 18:03 WIB

Dalam banyak cerita, ibu tiri digambarkan sebagai sosok yang jahat. Nyatanya nggak selalu begitu.
Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Menjadi orang tua itu bukan pekerjaan mudah ya, Bun, termasuk jika menjadi orang tua tiri. Menikahi pasangan yang sudah memiliki anak otomatis menjadi hal yang 'menantang' ketika harus mengasuh anak-anak tiri.

Kini sudah banyak yang menggunakan istilah ibu sambung untuk menggantikan ibu tiri. Ya, konotasinya terdengar lebih baik. Seperti dikatakan penulis buku Intimate Relationship, Huh Kyungok, di mata anak, ibu tiri adalah orang yang jahat dan menakutkan. Sehingga jika ada bunda baru, mereka membentengi diri dan butuh waktu yang tidak cepat untuk menerimanya.

Nah, berikut ini curhat beberapa perempuan yang menjadi ibu sambung alias ibu tiri. Yuk, disimak bersama, Bun.

1. Sedihnya Diabaikan Anak Bawaan Suami

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock


Menjadi ibu tiri atau ibu sambung memang nggak mudah. Masih selalu ada anggapan buruk yang menyertainya. Misalnya anggapan sebagai perusak rumah tangga dari anak-anak bawaan suami. Padahal mungkin si ibu sambung baru bertemu, mengenal, dan jatuh cinta dengan ayah anak-anak itu bertahun-tahun setelah bercerai.

"Anak-anak mengabaikanmu, tidak peduli betapa baiknya kita bagi mereka. Mayoritas keputusan dalam hidup didikte oleh mantan pasangan dan masyarakat yang secara otomatis menganggap kita sebagai perusak rumah, walaupun kita bertemu dengan pasangan bertahun-tahun setelah perpisahannya," tutur Jenna Korf, dikutip dari Huffington Post.

Tanpa rasa percaya diri yang kuat, ketidakamanan hanya akan membuat ibu sambung alias ibu tiri diragukan langkahnya.

2. Mantan Belum Sepenuhnya Move On

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: thinkstock


Meski seseorang sudah bercerai dan menikah lagi, bukan berarti mantan sudah sepenuhnya move on. Mantan si ibu tiri atau mantan dari suami ada lho yang masih terus datang dan mempengaruhi kehidupan keluarga yang baru dijalani. Seringkali alasannya anak-anak yang tidak tinggal dengan mereka.

"Tidak ada yang mengatakan berapa besar mantan dapat mempengaruhi hubungan Anda dan keluarga baru dengan apa yang dia lakukan atau tidak lakukan," ucap Nicholas Golden.

3. Naluri Keibuan Nggak Selalu Ada

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock


Bagi perempuan yang belum pernah punya anak sebelumnya tentu nggak mudah untuk mengasuh anak yang dibawa suami, apalagi jika anaknya sudah cukup besar. Seperti disampaikan Janelle Dexheimer.

"Saya pikir naluri keibuan saya akan terbawa sebagai respns memiliki anak-anak tiri. Nyatanya nggak," kata Janelle.

4. Dekat dengan Anak Tiri Nggak Selalu Membahagiakan

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: thinkstock

Ketika ibu tiri atau ibu sambung dekat dengan anak bawaan suaminya dan merasa anak terbuka, apakah jadi merasa bahagia? Nggak selalu. Terkadang perasaan itu sulit muncul.

"Tidak ada yang memberitahu betapa sulitnya menyeimbangkan tuntutan peran Anda. Anda adalah tempat yang aman bagi anak tiri Anda untuk membuka perasaan mereka karena tidak dapat berbicara dengan orang tua mereka sendiri. Pada awalnya, saya sangat senang dan merasa seperti, 'Ya, mereka akhirnya percaya kepada saya!' Tapi kemudian Anda tahu ini bisa menjadi hal negatif yang sangat besar," papar Kerri Mingoia.

Ada berbagai hal yang berkecamuk dalam benaknya. Di satu sisi, dia mencoba menjadi orang tua yang keren dan menangani masalah si anak sendiri dengan merahasiakan apa yang anak katakan kepadanya. Tapi di sisi lain juga ingin memberi tahu orang tua kandung mereka, karena bagaimanapun bukankah orang tua kandung yang paling berhak tahu?

"Tapi jika saya memberi tahu ayah atau ibu anak-anak, mereka akan merasa seolah dikhianati. Ini situasi yang sulit," imbuh Kerri.

5. Merasa Hebat Saat Diajak Pergi Anak Tiri

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock


Terkadang ada bangga tak terkatakan saat anak bawaan suami lebih memilih mengajak pergi ibu tiri atau ibu sambungnya, ketimbang mengajak pergi ibu kandungnya. Rasanya seperti 'pemenang' dalam ajang perbandingan.

"Seperti merasakan perasaan terhebat di dunia. Seolah-olah saya akhirnya diizinkan masuk ke dalam kelompok rahasia," terang Jenna Korf.

6. Mencintai Ayahnya, Harus Mencintai Anaknya Juga?

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock


Meski mengalir darah laki-laki yang kini menjadi suami di dalam tubuh anak tiri, tapi mencintai anak diri seperti halnya mencintai anak kandung bukan perkara mudah. Itulah yang disampaikan Brenda Ockun, penerbit majalah StepMom.

"Jatuh cinta pada seseorang tidak secara otomatis menjamin Anda akan mencintai anak-anaknya dan ini bukan prasyarat untuk keluarga tiri yang bahagia dan sukses," kata Brenda.

Oke, ibu tiri atau ibu sambung nggak harus mencintai anak bawaan suami seperti darah dagingnya sendiri, tapi perlu banget bertindak dengan cara yang penuh kasih dengan penuh kebaikan dan rasa hormat. "Dan jika cinta berkembang? Anggap saja bonus," imbuh Brenda .

7. Sedihnya Saat Sering Disalahkan

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: Thinkstock

Kehadiran ibu tiri atau ibu sambung di mata anak-anak bisa saja selalu salah. Anak-anak bisa jadi akan tetap menganggap si ibu sambunglah yang memisahkan kedua orang tuanya.

"Tidak ada yang mengatakan sepertinya tidak peduli sudah berapa lama orang tua mereka berpisah, tapi anak-anak akan tetap menyalahkan Anda karena orang tua mereka tidak bersama-sama," ujar Angela Robbins.

Menurut Emily Visher dan John Visher, psikolog dan psikiater, sekaligus penulis buku Stepfamilies: a Guide to Working with Stepparents and Stepchildren, ada suatu karakteristik keluarga tiri yang harus dipahami oleh orangtua tunggal yang ingin menikah lagi, yaitu bahwa hubungan orang tua kandung dan anak memiliki sejarah yang lebih panjang. Mereka juga punya ikatan yang lebih kuat dibandingkan hubungan orang tua tiri dan anak.

Inilah tantangan tersendiri bagi seorang ibu tiri atau ibu sambung. Sering kali dianggap 'penyusup' dalam keluarga sehingga segala hal yang dilakukan terlihat salah.

8. Ternyata Anak Butuh Teman, Bukan Ibu Tiri

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: thinkstock


Kadang ketika suami istri berpisah, lalu suami menikah lagi, si ibu tiri atau ibu sambung diharap bisa mengisi kekosongan peran ibu dalam hidup anak. Nyatanya sering kali yang dibutuhkan anak adalah teman, bukan ibu tiri.

"Tidak ada yang mengatakan semua anak tiri Anda benar-benar membutuhkan teman, bukan orang tua pengganti. Lebih penting lagi, butuh orang dewasa yang bisa mereka percaya," tutur Bleakney Ray.

9. Bahagianya Jika Anak Tiri Menerima Anak yang Kita Bawa

Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/Curhat Mereka yang Menjadi Ibu Tiri/ Foto: ilustrasi/thinkstock


Kalau ibu tiri membawa anak, lalu anak-anak suami barunya menerima anak tersebut, rasanya bahagia banget. "Tidak ada yang mengatakan kepada Anda betapa menakjubkannya perasaan itu ketika anak-anak tiri sepenuhnya menerima saudara laki-laki atau saudara perempuan mereka yang baru sebagai saudara yang baru," kata seseorang bernama Golden.

(Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda