Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Hal Ini Bisa Dilakukan Agar Kerjaan dan Pengasuhan Anak Seimbang

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 20 May 2018 13:57 WIB

Ibu bekerja mungkin sering merasa nggak cukup waktu untuk menyeimbangkan urusan kantor dan rumah. Alhasil uring-uringan deh.
Hal Ini Bisa Dilakukan Agar Kerjaan dan Pengasuhan Anak Seimbang/ Foto: thinkstock
Jakarta - Menjalani peran sebagi ibu pekerja dan ibu baru itu nggak mudah. Saya pun pernah merasakannya. Saat jatah cuti melahirkab sudah habis sehingga harus kembali bekerja, rasanya nggak tega meninggalkan anak.

Oke, akhirnya menguatkan hati untuk menitipkan pengasuhan anak kepada pengasuh anak atau daycare. Tapi ternyata kerjaan di kantor begitu menguras perhatian. Kayaknya sih duduk-duduk aja di kantor atau mengikuti sejumlah meeting, tapi ada tekanan tersendiri saat kerjaan terus bertambah dan ada hal-hal di luar ekspekstasi.

Ketika sampai di rumah, tentu inginnya leluasa bisa bersama keluarga tanpa disibukkan urusan pekerjaan. Sayangnya nggak semua orang punya hidup yang ideal, ketika dua hal bisa dilakukan dengan sangat seimbang.

Alexandra Mills, bunda baru yang juga seorang pengacara merasakan hal ini juga, Bun. Kata dia, saat dirinya menjadi ibu bekerja, ada tantangan dalam karir yang dihadapi.

"Dari proses perekrutan, pelecehan seksual di tempat kerja, dan kesenjangan gaji karena gender," kata Alexandra seperti dilansir Female First.

Kata Alexandra, sebagian besar pekerja wanita pada tahap tertentu di dalam kariernya bakal memiliki anak. Dan kembali bekerja setelah cuti melahirkan habis bisa jadi saat yang menakutkan Bun,

"Menjadi orang tua adalah pengalaman yang mengubah hidup, dan fokus Anda bergeser sama sekali. Namun, ini tidak berarti karier Anda berakhir atau Anda tidak bisa menyulap keduanya," sambungnya.

Sebenarnya kapan waktu yang normal ibu bekerja yang baru cuti melahirkan? Menurut Laura Fijolek McKain, M.D, seorang ahli kandungan dari Amerika, enam minggu setelah melahirkan merupakan waktu yang normal untuk ibu dapat kembali bekerja. Beberapa perempuan malah bisa kembali bekerja lebih cepat, tergantung pada tuntutan pekerjaan dan kesiapan mental si ibu.

Alexandra lantas berbagi tips agar pekerjaan lancar ketika ibu baru kembali ke kantor setelah sebelumnya cuti melahirkan. Apa saja? Simak yuk, siapa tahu ada yang pas dengan kondisi Bunda.

1. Keep Contact dengan Atasan Selama Cuti Melahirkan

Tetap kontak-kontakan dengan atasan itu bukan berarti menelepon setiap minggu atau minta dikirimi email update pekerjaan. Tapi cobalah menanyakan bagaimana tim bisa melanjutkan tanggung jawab saat kita sedang nggak bisa bergabung.

Tunjukkan kalau kita juga tertarik untuk terlibat, misal dalam projek-projek baru. Selain itu beritahu atasan dan teman satu tim tentang si kecil yang baru lahir.

2. Tanyakan tentang Hari Keeping In Touch (KIT)

Setelah berbulan-bulan cuti, kita mungkin ingin menyegarkan ingatan tentang apa saja sih yang sudah kita lewatkan. Kalau bunda hendak kembali bekerja, cobalah mengatur hari KIT ini.

3. Diskusikan Jam Kerja

Mulailah mendiskusikan jam kerja yang bisa kita jalani. Tentu kehidupan seorang ibu, beda ya dengan saat anak belum lahir. Saat anak belum lahir mungkin kita bebas saja berangkat pagi dan pulang larut untuk mengerjakan semua hal. Tapi sekarang saat sudah jadi ibu, ada hal lain yang menuntut perhatian kita.

Nah, Alexandra menyarankan untuk membicarakan masalah ini ke pimpinan sejak dini. Ini akan memberi kita waktu untuk memikirkan tentang pengasuhan anak. Dalam kebanyakan kasus, beberapa ibu mengajukan permintaan kerja yang fleksibel ke atasan.

Kita perlu ingat ada tindakan penyeimbang antara apa yang dapat kita kerjakan dan apa yang dibutuhkan atasan sehubungan dengan jam kerja per minggu. Tentu atasan bisa menolak permintaan kita kalau tidak masuk akal atau malah membebani kerja tim.

4. Pertimbangkan Keseimbangan Pekerjaan dan Hidup

Permintaan jam kerja yang fleksibel bisa berarti menyesuaikan jam kerja. Kita bisa datang lebih awal sehingga bisa pulang lebih cepat. Atau mungkin kita bisa mengatur kerjaan dari rumah sehingga masih bisa menjemput anak dari tempat penitipan anak.

"Luangkan waktu untuk memikirkan jam kerja Anda untuk kehidupan rumah Anda," pesan Alexandra.

Fleksibilitas waktu untuk seorang ibu memang perlu ya. Tapi jangan sampai juga ini 'kamuflase' untuk bisa membuat kita bekerja sepanjang waktu di rumah, sampai-sampai tanggal merah pun nggak bisa ke mana-mana karena harus mengerjakan pekerjaan tambahan di hari libur sebagai konsekuensi fleksibilitas waktu kerja.

5. Bicaralah, Bun

Kalau merasa setelah bekerja lagi ternyata perjuangannya lebih berat, katakanlah hal itu, Bun. Kalau jam kerja kurang, katakan saja. Kalau kita merasa diabaikan untuk promosi atau kenaikan gaji, maka jelaskan mengapa kita merasa ini adalah praktik yang diskriminatif.

"Dengan banyak komunikasi antara Anda dan atasan Anda, ada kemungkinan Anda bisa kembali ke karier yang sama seperti sebelumnya," lanjut Alexandra.

Jika, setelah mencoba berbicara dengan atasan tapi justru merasa diabaikan atau tidak merasa bagian dari tim, maka bicaralah dengan orang lain seperti serikat pekerja atau mungkin mencari nasihat hukum.

"Penting untuk mengatakan sesuatu. Dengan begitu banyak wanita yang menemukan keberanian untuk mulai membicarakan masalah ini, mungkin mereka yang berkuasa akhirnya akan mulai mendengarkannya," tambah Alexandra.

Psikolog klinis dewasa dari Klinik Tiga Generasi Sri Juwita Kusumawardhani yang akrab disapa Wita bilang untuk ibu bekerja yang perlu diingat adalah fokus dalam mengerjakan sesuatu. Ketika di kantor, fokuslah untuk bekerja. Sebaliknya saat di rumah ya jangan sibuk mengerjakan pekerjaan kantor.

Kalau nggak ada titik temu, saat ada peluang yang lebih ramah pada ibu bekerja, kita bisa mencobanya. Dan jika di satu titik kita merasa terlalu banyak mengorbankan hidup dan keluarga untuk pekerjaan, mungkin itu saatnya kita memutuskan berganti haluan. Tapi ingat ya, Bun, sebelum memutuskan apapun pertimbangkan semua konsekuensinya. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda