Jakarta -
Ketika terjadi
bencana alam, seperti di Lombok, Sigi, Palu, dan Donggala, nggak cuma orang tua yang menjadi korban, anak-anak juga. Apalagi psikis anak, ada yang trauma karena kehilangan rumah dan orang tuanya.
Untuk membantu anak-anak pulih dari trauma, relawan pun dayang ke pengungsian untuk membantu menghibur anak-anak. Diharapkan, dengan adanya pendamping dan orang yang menghiburnya, anak-anak bisa melewati fase grieving lebih cepat.
"Anak adalah masa depan. Jangan lupakan anak-anak. Dunia anak adalah dunia bermain. Kembalikan lagi dunia anak-anak itu seperti semula," ujar Dr Seto Mulyadi atau yang akrab dipanggil Kak Seto.
Dalam acara 'Gerakan Sejuta Anak Terproteksi' pada Rabu (17/10/2018), Kak Seto memperagakan dan mengajak peserta untuk mengikuti permainan yang biasa dilakukan di pengungsian
bencana alam. Nggak cuma menghibur nih, Bun. Permainan ini juga dapat mengasah kemampuan dan kreativitas anak. Jadi bisa juga ditiru di rumah.
1. Membuat laguPada dasarnya, lagu anak dibuat dari 3 nada yang sama yaitu 3,4,5 (mi, fa, sol). Tiga nada ini dapat membuat sebuah lagu memotivasi anak untuk melakukan sesuatu. Misalnya, lagu tentang makan sayur, mandi, belajar, dan sebagainya.
Kalau di pengungsian Bun, relawan sudah membuat 4 kalimat pendek. Kemudian mereka menyanyikan dua kalimat awal dengan nada 'mi fa sol'. Nanti anak-anak diminta untuk meneruskan lagu yang dibuat oleh kakak-kakak relawan.
Nah, Bunda bisa tiru nih di rumah. Membuat lagu sederhana bersama anak. Selain menyenangkan, ini juga bisa mengasah kreativitas anak lho.
 Ilustrasi atasi trauma anak korban bencana alam/ Foto: Dok. Reuters |
2. Tebak ceritaRelawan membacakan deskripsi tokoh cerita yang terdiri dari 3 sampai 4 kalimat. Deskripsinya juga bisa disampaikan lewat lagu juga. Nanti, anak-anak diminta untuk menebak siapakah tokoh yang dideskripsikan tersebut. Bunda juga bisa menerapkan permainan ini di rumah. Nadanya ngarang juga nggak apa-apa kok, Bun, he-he-he. Hal terpenting, anak fokus dengan permainannya.
Contoh kalimatnya :
Ada seorang anak yang durhaka
Ia lupa kepada ibundanya
Kemudian dikutuk menjadi batu selamanya
Siapakah dia?
 Ilustrasi atasi trauma anak korban bencana alam/ Foto: Pradita Utama |
3. Membuat lingkaranPermainan ini harus dilakukan beramai-ramai ya, Bun. Jadi kalau Bunda mau ikuti di rumah, bisa ajak teman-teman anak atau saudara-saudaranya. Caranya, cukup dengan memutar musik dan minta anak-anak menari. Di tengah-tengah musik, akan ada sebuah angka yang disebutkan atau ditunjukkan. Nah, anak-anak harus membuat lingkaran dengan jumlah anggota sesuai angka yang ditunjukkan.
Selain mengajarkan berbaur dengan teman-teman yang lain, permainan ini juga secara tidak langsung mengajarkan anak untuk berhitung dengan cepat. Seru ya, Bun. Permainan-permainan sederhana ini ternyata mampu membangkitkan mood
anak-anak korban bencana alam lho. Mereka jadi lupa sejenak akan kesedihan yang menimpanya. Kebahagiaan anak-anak adalah kunci kebahagiaan semua orang. Kesehatan anak-anak juga kunci kesehatan orang dewasa.
 Ilustrasi atasi trauma anak korban bencana alam/ Foto: Pradita Utama |
"Anak adalah kunci. Mungkin ayah dan ibunya sehat. Tapi kalau anaknya sakit, mereka juga sakit. Tapi mungkin, orang tuanya sakit. Kemudian melihat anaknya bahagia, tidak trauma, mereka akan kembali sehat," tutur drg Imam Rulyawam, MARS, Direktur Utama Dompet Dhuafa Filantropi (DDF).
(rdn/rdn)