Bangkok -
Setiap anak memiliki idolanya masing-masing. Entah itu seorang entertainer, aktor, model, atlet atau bahkan guru di sekolahnya sendiri. Winnie Tanutchanon atau akrab disapa Winnie, bocah berusia tujuh tahun asal Thailand ini memiliki idola atau role model sendiri. Yakni
Marc Marquez, juara MotoGP 2018.
Di usia yang sangat muda, Winnie sudah belajar naik motor balap mini dan mengikuti beberapa lomba. Mau sedang ikut lomba atau nggak, kecintaan Winnie pada Marc Marquez begitu besar. Winnie selalu memakai atribut yang mengandung unsur MotoGP dan tentunya Marc Marquez. Seringkali ia terlihat memakai kaus MM 93, kausnya
Marc Marquez, Bun.
Dalam beberapa postingan di Instagram-nya, beberapa kali ia sudah bertemu
Marc Marquez. Bahkan Winnie juga memberi ucapan selamat ulang tahun dan kue pada Marc usai balapan. Dalam postingan Instagram-nya, Winnie pertama kali memenangkan pertandingan pada usia enam tahun. Masih bocah tapi sudah jadi jagoan.
[Gambas:Instagram]
Baru-baru ini, Winnie juga berhasil menyabet juara tiga di Lenka Mini GP di Jakarta. Wah, hebat banget nih Winnie! Di balik kesuksesannya menjadi pembalap cilik, Winnie memiliki orang tua dan kakak-kakaknya yang sangat mendukungnya. Kalau Bunda lihat Winnie, pasti juga ingin si kecil berprestasi.
Tapi, ada yang harus diperhatikan nih. Terkadang, berbagai cara dilakukan untuk mencapai itu termasuk bersikap 'keras' pada anak. Misalnya, anak dipaksa ikut les ini, itu atau berlatih sesuatu padahal anak melakukannya dengan setengah hati. Dengan kata lain anak harus mengikuti semua kata orang tuanya.
[Gambas:Instagram]
Memang ini kembali lagi ke masing-masing orang tua. Ada yang bertindak 'keras' ke anak supaya mereka jadi orang yang tangguh tapi ada juga orang tua yang nggak mau 'menggembleng' anak berlebihan. Psikolog anak, remaja, dan keluarga dari Tiga Generasi, Samanta Ananta, mengatakan mendidik anak dengan 'keras' demi jadi orang yang berprestasi dan membanggakan orang tua memang masih jadi perdebatan, ada yang pro namun tidak sedikit yang kontra.
"Pada beberapa budaya, dipercaya untuk membentuk karakter anak dapat diraih dengan disiplin yang sangat keras. Bahkan tak jarang ada yang menggunakan kekerasan fisik juga," papar Samanta saat ngobrol dengan HaiBunda.
Namun, kata Samanta beberapa hasil penelitian menyatakan pola pendisiplinan yang paling efektif adalah disiplin positif. Disiplin positif berfokus pada penguatan positif (positive reinforcement) di mana orang tua fokus pada perilaku yang ingin ditampilkan anak dengan menghindari hukuman fisik.
(aci/nwy)