Karawang -
Kabar duka kembali kita rasakan hari ini (29/10/2018).
Pesawat Lion Air jatuh di perairan Tanjung Karawang. Dilansir
CNN, pesawat Lion Air JT-610 rute Bandara Internasional Soekarno Hatta-Bandara Depati Amir Pangkalpinang dikabarkan awalnya hilang kontak 13 menit setelah lepas landas.
Menurut Kepala Bagian Kerja sama dan Humas Direktorat Jenderal Perhubungan Udara (Ditjen Hubud) Kementerian Perhubungan, Sindu Rahayu, pesawat membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, dan 2 bayi dengan 2 pilot dan 5 flight attendant. Demikian dikutip dari
detikcom.
Mendengar kabar tersebut, pastinya kaget dan sedih ya, Bun? Terlebih yang dirasakan oleh keluarga korban. Menurut seorang psikiater asal New York, M. Regina Asaro, MS RN, jika kehilangan seseorang karena bencana pesawat jatuh, begitu banyak faktor yang membuat hal tersebut begitu traumatis. Ada beberapa kerugian yang jelas dan sekunder yang mungkin terjadi setelahnya.
"Beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk menangani krisis adalah persepsi kejadian, keefektifan dari mekanisme penanggulangan yang biasa dilakukan, serta ketersediaan dan kapasitas untuk menggunakan dukungan teman dan keluarga," kata Regina dikutip dari National Air Disaster Alliance.
 Kondisi Psikis yang Bisa Dialami Keluarga Korban Pesawat Jatuh/ Foto: Antara Foto |
Kecelakaan pesawat jadi hal yang begitu traumatis
Seorang individu yang selamat dari kecelakaan udara sering harus berurusan dengan cedera fisik serta masalah psikologis yang intens. Sementara beberapa keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dalam bencana pesawat jatuh, sangat sulit untuk menerima alasan-alasan berikut.
1. Berita kematian yang tiba-tiba dan ketidakmampuan untuk mempersiapkannya.
2. Kesedihan atas kematian seseorang yang dicintai tak dapat dipulihkan secara utuh.
3. Respons publik dan media.
4. Kemungkinan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kelalaian manusia.
5. Melihat lokasi kejadian yang ternyata mudah ditemukan.
6. Jumlah anggota keluarga, teman, atau rekan kerja yang meninggal.
7. Jumlah total orang yang tewas dalam kecelakaan itu.
8. Faktor situasional lain yang memengaruhi konteks lokasi kecelakaan terjadi
Masing-masing faktor ini memiliki potensi untuk menimbulkan trauma pada korban kecelakaan
pesawat jatuh serta orang-orang yang dicintai dari para korban. Selain itu, mereka mungkin kemudian mengalami sejumlah apa yang disebut sebagai 'cedera sekunder' yaitu, cedera emosional pasca-kecelakaan. Tiga penyebabnya adalah sebagai berikut.
1. Pihak yang bertanggung jawab atas kecelakaan itu tidak dapat ditemukan.
2. Pihak yang dianggap harus bertanggung jawab atas kecelakaan itu malah tidak bertanggung jawab.
3. Penghargaan keuangan dianggap tidak selaras atau diberikan secara tidak merata kepada keluarga yang masih hidup.
Ketika orang yang dicintai meninggal, begitu pula harapan atau rencana masa depan pada orang itu. Orang tua dan anak-anak biasanya berduka secara berbeda dan seringkali secara terpisah. Beberapa anggota keluarga mungkin ingin membicarakan tentang apa yang terjadi.
"Sementara ada juga yang mungkin ingin menghindarinya dengan segala cara. Ada yang mencoba untuk melindungi orang tua mereka dari rasa sakit karena kehilangan dengan tidak berbicara tentang bagaimana perasaan mereka. Dinamika ini sering berfungsi untuk memisahkan anggota keluarga secara emosional dan menjaga mereka dengan memberi dan menerima dukungan dari satu sama lain," ujar Regina.
(aci/aci)