Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Gentle Discipline, Metode Disiplinkan Anak Tanpa Marah-marah

Melly Febrida   |   HaiBunda

Senin, 18 Feb 2019 11:01 WIB

Mendisplinkan anak tak perlu marah-marah, Bun. Karena ini bisa dilakukan dengan kelembutan.
Ilustrasi gentle discipline/ Foto: iStock
Jakarta - Senangnya kalau sejak kecil anak-anak sudah belajar disiplin. Banyak cara untuk mengajarkan disiplin, salah satunya dengan disiplin yang lembut (gentle discipline). Maksudnya, orang tua fokus ke pembelajaran dan pengajaran, ketimbang memberi hukuman.

Selain itu, teknik disiplin dengan kelembutan ini juga mengharapkan perilaku anak-anak yang realistis, Bun. Mengingat perkembangan otak mereka belum seperti orang dewasa.

"Ini juga tentang saling menghormati dan bekerja dengan anak-anak, bukan melawan mereka," tulis pendiri situs Gentle Parenting Sarah Ockwell-Smith dalam bukunya The Gentle Discipline.

Kata Ockwell-Smith, dalam disiplin lembut memerlukan keseimbangan kekuatan. Orang tua perlu memiliki kerendahan hati dan kesabaran, menyadari apa yang bisa memicu kemarahan kita, serta tidak melimpahkan kekesalan kita pada anak hanya karena masalah yang sedang dihadapi.

"Disiplin yang lembut adalah tentang bersikap positif dan perencanaan untuk masa depan. Ini tentang menginspirasi anak-anak untuk menjadi lebih baik dan berbuat lebih baik, sementara orang tua berusaha memberikan contoh yang bagus kepada mereka," kata Ockwell-Smith.

Meski dengan cara yang lembut, Ockwell-Smith mengingatkan bukan berarti orang tua bersikap permisif atau otoriter. Bukan berarti juga orang tua membiarkan anak melakukan segala sesuatu dan membesarkan anak yang dicap nakal. Ini lebih kepada gaya pengasuhan otoritatif, bukan otoriter.



Menurut Ockwell-Smith, dalam pengasuhan disiplin yang otoriter, orang tua menuntut anak-anak harus melihat, bukannya mendengar. Padahal, cara itu efektif untuk orang dewasa. Dalam disiplin otoriter, orang tua menyisakan sedikit ruang belas kasih, empati dan pengertian, serta menyebut anak-anaknya nakal dan berfokus pada pembelajaran.

Selain itu, lanjut Ockwell-Smith, metode mendisiplinkan anak paling umum saat ini adalah otoriter dan menggunakan time out, memarahi, memukul, menahan anak, meminta anak masuk ke kamarnya, atau mengambil barang yang anak sukai.

Ilustrasi ibu dan anakIlustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock
Berbeda dengan metode disiplin otoritatif, yakni dengan cara hati-hati antara kontrol orang tua dan anak. Ockwell-Smith mengatakan, pada metode ini apabila pantas, anak diberi kontrol, ketika tidak ada orang dewasa yang mengambil kendali.

"Disiplin selalu dilakukan dengan penuh hormat dan semangat. Orang tua tidak takut anak mereka menangis. Tetapi ketika mereka menangis, seringkali karena disiplin, ortu mendukung dan menawarkan kenyamanan," kata Ockwell-Smith.



Sebenarnya, Bunda bisa mempraktikkan disiplin dengan lembut ini kapan saja demi menciptakan masa depan anak yang lebih baik. Caranya, ciptakan ruang antara perilaku anak dan disiplin yang dihasilkan.

"Ruang ini akan memberi Anda waktu untuk memikirkan apa yang Anda lakukan dan apakah tindakan Anda sesuai dengan tujuan pengasuhan jangka panjang," kata Sarah.

Menurutnya, terlalu banyak orang tua yang mendisiplinkan dengan cara marah-marah dan reaktif. Padahal, apabila orang tua melakukannya, dia akan selalu jatuh ke gaya otoriter.

[Gambas:Video 20detik]

(rdn/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda