Jakarta -
Senangnya kalau sejak kecil anak-anak sudah
belajar disiplin. Banyak cara untuk mengajarkan disiplin, salah satunya dengan disiplin yang lembut (
gentle discipline). Maksudnya, orang tua fokus ke pembelajaran dan pengajaran, ketimbang memberi hukuman.
Selain itu, teknik disiplin dengan kelembutan ini juga mengharapkan perilaku anak-anak yang realistis, Bun. Mengingat perkembangan otak mereka belum seperti orang dewasa.
"Ini juga tentang saling menghormati dan bekerja dengan anak-anak, bukan melawan mereka," tulis pendiri situs
Gentle Parenting Sarah Ockwell-Smith dalam bukunya
The Gentle Discipline.Kata Ockwell-Smith, dalam disiplin lembut memerlukan keseimbangan kekuatan. Orang tua perlu memiliki kerendahan hati dan kesabaran, menyadari apa yang bisa memicu kemarahan kita, serta tidak melimpahkan kekesalan kita pada anak hanya karena masalah yang sedang dihadapi.
"Disiplin yang lembut adalah tentang bersikap positif dan perencanaan untuk masa depan. Ini tentang menginspirasi anak-anak untuk menjadi lebih baik dan berbuat lebih baik, sementara orang tua berusaha memberikan contoh yang bagus kepada mereka," kata Ockwell-Smith.
Meski dengan cara yang lembut, Ockwell-Smith mengingatkan bukan berarti orang tua bersikap permisif atau otoriter. Bukan berarti juga orang tua membiarkan anak melakukan segala sesuatu dan membesarkan anak yang dicap nakal. Ini lebih kepada gaya pengasuhan otoritatif, bukan otoriter.
Menurut Ockwell-Smith, dalam pengasuhan disiplin yang
otoriter, orang tua menuntut anak-anak harus melihat, bukannya mendengar. Padahal, cara itu efektif untuk orang dewasa. Dalam disiplin otoriter, orang tua menyisakan sedikit ruang belas kasih, empati dan pengertian, serta menyebut anak-anaknya nakal dan berfokus pada pembelajaran.
Selain itu, lanjut Ockwell-Smith, metode mendisiplinkan anak paling umum saat ini adalah otoriter dan menggunakan time out, memarahi, memukul, menahan anak, meminta anak masuk ke kamarnya, atau mengambil barang yang anak sukai.
 Ilustrasi ibu dan anak/ Foto: iStock |
Berbeda dengan metode disiplin otoritatif, yakni dengan cara hati-hati antara kontrol orang tua dan anak. Ockwell-Smith mengatakan, pada metode ini apabila pantas, anak diberi kontrol, ketika tidak ada orang dewasa yang mengambil kendali.
"Disiplin selalu dilakukan dengan penuh hormat dan semangat. Orang tua tidak takut anak mereka menangis. Tetapi ketika mereka menangis, seringkali karena disiplin, ortu mendukung dan menawarkan kenyamanan," kata Ockwell-Smith.
Sebenarnya, Bunda bisa mempraktikkan disiplin dengan lembut ini kapan saja demi menciptakan masa depan anak yang lebih baik. Caranya, ciptakan ruang antara perilaku anak dan disiplin yang dihasilkan.
"Ruang ini akan memberi Anda waktu untuk memikirkan apa yang Anda lakukan dan apakah tindakan Anda sesuai dengan tujuan pengasuhan jangka panjang," kata Sarah.
Menurutnya, terlalu banyak orang tua yang
mendisiplinkan dengan cara marah-marah dan reaktif. Padahal, apabila orang tua melakukannya, dia akan selalu jatuh ke gaya otoriter.
[Gambas:Video 20detik]
(rdn/rdn)