
moms-life
5 Etika Transaksi Jastip, Bunda Wajib Simak Nih
HaiBunda
Selasa, 19 Mar 2019 11:00 WIB

Namun, seperti aktivitas lain dalam keseharian, pastinya ada etika atau tata krama yang mesti diperhatikan ketika melakukan jastip. Etika ini perlu sekali dimiliki pihak yang nitip juga pihak yang menerima titipan.
Nah, ketika Bunda hendak titip sesuatu atau menjadi si penyedia jastip, ada lima etika yang perlu diperhatikan nih.
Bagi si penitip, apa aja yang perlu diperhatikan? Cek halaman berikutnya ya Bunda.
Etika bagi si penitip
Ilustrasi jasa titip/ Foto: iStock
1. Mengirim format order sesuai ketentuan
Salah satu sahabat HaiBunda yang sering membuka jastip berupa pakaian, Rizky Maulina, mengatakan bagi si penitip, akan membantu sekali jika mengirim format order sesuai ketentuan yang dibuat si penyedia jastip.
"Tujuannya biar pesanan bisa lebih cepat diproses untuk ditotal dan dikirim," ujar wanita yang akrab disapa Maulina ini.
2. Jadi penitip yang teliti
Kata Maulina, selalu budayakan membaca dan memahami keterangan juga aturan yang diberikan supaya pesanan dapat diproses dengan baik. Dan pastinya, enggak ada kesalahan dalam proses transaksi jastip.
3. Perhatikan waktu pembayaran
"Selalu memperhatikan batas waktu pembayaran, supaya bisa segera dilakukan pengiriman sesuai jadwal," kata dia.
Baca juga: 5 Tips Penting Sebelum Bunda Membuka Jastip |
4. Sudah diberi rekapan, baiknya jangan dibatalkan
Maulina bilang, ketika sudah diberi rekapan pesanan, mohon tidak dibatalkan. Hal ini agar tidak merugikan penyedia jastip dan pelanggan lain. Nah, sahabat HaiBunda lain yang juga membuka usaha jastip terutama buku dan perlengkapan anak, Bela Retma, berpendapat soal hit and run. Menurutnya, belum ada sanksi soal hal ini yang bisa bikin kapok.
"Biasanya penitip abis nge-bid, harus transfer sekian ke jastip, eh tapi ada yang cancel, padahal barang udah dibelikan," ujar Bela.
Menurut dia, situasi seperti ini benar-benar bikin gondok, Bun. Hiks. Dia mengibaratkan si penyedia jastip sudah menjual jasa, eh ditambah lagi harus jual barang yang tak jadi dibeli.
![]() |
Menurut pengalaman ibu satu anak ini, biasanya penitip seperti itu bakal di-blacklist. Lalu, bisa juga oleh si jastiper si penitip ini diinfokan ke sesama jastiper agar tidak melakukan transaksi dengannya.
"Nah, untuk menghindari situasi kayak gini, biasanya mereka bakal minta deposit atau DP (Down Payment) buat bukti mengikat," ujar Bela.
5. Sabar, saling menghargai, dan pengertian
"Ini penting banget karena jastip tidak hanya melayani satu pelanggan dan seperti orang pada umumnya, jastiper kan punya urusan lain juga ya, he-he-he. Yang penting komunikasinya terjalin dengan baik toh?" tutur Maulina.
Sementara itu, Bela berharap si penitip cukup pengertian. Dalam artian, masing-masing penitip punya pilihan. Misal, bersedia memberi fee kecil tapi mungkin barangnya enggak lengkap.
"Atau nitip ke jastiper besar yang biasanya punya tim, lebih terkoordinasi, tapi ya fee-nya juga lebih besar. Istilahnya, ada uang ada barang lah ya, he-he-he," kata Bela.
Untuk etika bagi jastiper atau penyedia jastip, cek halaman selanjutnya, Bun. Yuk!
Etika bagi jastiper
Ilustrasi jasa titip/ Foto: iStock
1. Ramah
Ramah melayani pelanggan, kata Maulina penting banget dimiliki seorang jastiper. Ya, seperti dalam usaha berniaga lainnya, pelanggan adalah raja bukan? Tapi, pelanggan juga enggak boleh seenaknya ya.
2. Penetapan fee
"Untuk fee tergantung masing-masing jastiper. Tiap jastip punya standar. Ada yang rendah, standar, sampai tinggi, bisa jadi tergantung tingkat percaya dirinya. Soalnya kan ada yang sudah lama nge-jastip, punya langganan sendiri, saling percaya satu sama lain, jadi enggak masalah kalau fee-nya tinggi," kata Bela.
Tapi, ada juga jastiper yang mungkin baru merintis, mencari pasar, dan biasanya jastipnya murah untuk membangun kepercayaan lebih dulu. Hal yang pasti, kata Bela, mereka akan berjuang untuk mencari barang titipan.
Pada prinspinya, Bela melihat hubungan penitip dan jastiper seperti simbiosis mutualisme. Soalnya, penitip rela bayar fee lebih untuk imbalan jasa jastiper, dan orang tersebut pun bersedia mencarikan barang dari penitip dengan fee tertentu.
3. Memperhatikan quality control barang
"Sebagai penyedia jastip, wajib banget memperhatikan quality control barang-barang yang kita jual atau tawarkan. Soalnya, pelanggan berhak mendapatkan yang terbaik. Kalau pelanggan puas, bisa jadi langganan kita juga kan?" papar Maulina yang juga punya usaha kuliner ini.
![]() |
4. Respons terhadap complain
Dalam sebuah usaha, bisa saja ada kendala kan, Bun? Begitu pun dalam jastip. Menurut Maulina, ada kemungkinan pelanggan mengajukan complain. Nah, saat ada complain sudah semestinya si jastiper menerimanya dengan baik, mengakui, dan bertanggung jawab apabila ada kesalahan atau kekeliruan. Lalu, menjelaskan dengan bukti kalau yang dituduhkan enggak benar
5. Bila barang cacat atau kosong
Namanya kondisi pasar kadang sulit ditebak. Salah satunya, barang yang diinginkan penitip enggak ada alias kosong atau bahkan cacat. Nah, dalam situasi begini, baiknya ganti barang yang dipesan dengan produk yang sama atau refund uangnya.
"Karena pelanggan berhak mendapatkan produk sesuai keinginannya, perlu diambil keputusan bersama jika produk tersebut kosong atau cacat," imbuh Maulina.
Nah, menurut Bunda, apa sih etika yang penting banget dimiliki jastiper dan si penitip supaya kedua belah pihak sama-sama nyaman dan enggak ada yang dirugikan dalam praktik jasa titip ini? Share yuk di kolom komentar.
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Mom's Life
Bisnis Jastip, Bisakah Membawa Produk Indonesia ke Luar Negeri?

Mom's Life
5 Tips Penting Sebelum Bunda Membuka Jastip

Mom's Life
5 Barang Jastip Paling Laris di Kalangan Para Bunda

Mom's Life
Sisca & Riza, Duet Bunda Hebat Buka Jasa Titip Hingga ke Eropa

Mom's Life
4 Kisah Sukses Jastip, Titip-titip Berujung Keuntungan Duit


7 Foto
Mom's Life
Berbagai Kado Unik untuk Baby Shower
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda