Jakarta -
Akhir-akhir ini, skullbreaker challenge tengah viral di kalangan remaja dan anak-anak. Bunda sudah tahu apa itu
skullbreaker challange? Tantangan ini awalnya muncul dari sebuah aplikasi seperti TikTok, yang dimainkan oleh tiga orang.
Melihat maraknya anak-anak membuat tantangan semacam ini, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) meminta orang tua dan guru agar lebih waspada. Pasalnya, permainan ini sangat berisiko membuat anak terjatuh.
Dalam
challenge ini, ada tiga orang yang berdiri sejajar dan melompat bersama-sama. Saat orang yang ada di tengah melompat, dua orang lainnya menendang kaki orang tersebut hingga ia jatuh ke belakang. Kemungkinan besar ia akan terjatuh dan cedera.
Menurut Ketua KPAIÂ Susanto,Â
skullbreaker challenge sangat berbahaya untuk anak. Orang tua dan guru harus mencegah anak ketika akan melakukan tantangan ini.
"Ini sangat berbahaya untuk anak. Maka, kepada guru dan orang tua agar waspada. Jika ada anak-anak yang berpotensi melakukan hal yang sama harus dicegah sedini mungkin," kata Susanto dikutip dari
detikcom.
Susanto meminta agar Kementerian Kominfo mengambil langkah cepat. Kominfo harus menghapus konten-konten negatif.
"Kominfo juga perlu melakukan langkah sesuai kewenangan yang dimiliki agar ini tidak dilihat dan menginspirasi anak melakukan hal yang sama. Bukan TikTok-nya tapi konten negatifnya (yang dihapus)," jelas Susanto.
Seperti yang dikatakan Susanto, orang tua perlu mengawasi anak ketika akan melakukanÂ
challenge di media sosial. Bukan tidak boleh mengikuti challenge, tapi Bunda harus lebih mengawasi tantangan apa yang akan dilakukan anak.
Dikutip dari
Healthy Children, berikut ini cara yang bisa Bunda lakukan untuk pastikan anak mengikuti
challenge yang tidak berbahaya.
1. Mulai pembicaraanAjak anak berbicara tentang
challenge paling seru yang ada di lingkaran pertemanannya. Tanyakan tentang apa yang ia pikirkan tentang
challenge tersebut.
2. Tanyakan langkah-langkah melakukan challengeJika anak terdengar ingin melakukan tantangan itu, tanyakan langkah demi langkah
challenge tersebut. Tanyakan kepada anak apa risiko yang akan terjadi dari
challenge itu.
3. Follow anak di media sosialLewat unggahan anak di media sosial, Bunda dan Ayah bisa selalu tahu tentang kondisinya. Selain itu, Bunda juga tahu apa yang sedang tren dan terjadi di lingkungan anak.
Jadi, jangan biarkan anak bermain
gadget dan melakukan
challenge tanpa pengawasan ya, Bun. Terlebih lagi
skullbreaker challenge yang tadi dijelaskan.
Bunda juga bisa simak cara Mona Ratuliu ajak anak liburan sebagai detoks dari gadget.
[Gambas:Video Haibunda]
(sih/rap)