Jakarta -
Kejadian nahas lagi-lagi terjadi pada seorang anak akibat pengaruh
konten di internet. Kali ini menimpa anak 12 tahun bernama Jason dari Michigan, Amerika Serikat yang ikut-ikutan tantangan viral di internet,
fire challenge.
Akibat menonton
tayangan di YouTube soal
fire challenge, tubuh Jason mengalami luka bakar tingkat 2. Jason 'dibakar' temannya sendiri.
Mengutip
Today, sang ibu, Tabitha Cleary mengatakan kalau teman putranya itu menyemprotkan pembersih cat kuku lalu menyulut api ke tubuh Jason. Kejadian ini menyebabkan Jason harus dirawat empat hari di rumah sakit.
"Pertama kali apinya kecil, tiba-tiba menyebar dan membesar," kata Jason.
Bocah malang itu menggambarkan rasa sakit yang dia rasakan saat dibawa ke rumah sakit oleh sang ibu. Cleary sendiri langsung berlari ke dalam rumah teman anaknya saat mendengar teriakan Jason. Betapa kagetnya dia melihat kondisi sang anak yang terbakar.
"Saya hanya ingin semua orang tahu kalau tantangan ini, atau sesuatu yang mereka tonton di
YouTube tidak pantas ditonton karena mempertaruhkan nyawa," kata Cleary
"Anakku sampai terkena luka bakar tingkat 2, dan itu sangatlah buruk," sambungnya.
Sebenarnya
fire challenge bukanlah hal baru, Bun. Pusat penelitian dari University of Iowa mengatakan, tantangan ini telah beredar di dunia maya sekitar tahun 2010.
Tahun 2016, seorang anak dari Queens, New York, mengalami luka bakar setelah menyiram dirinya dengan alkohol dan menyulutkan api. Tahun lalu, anak perempuan 12 tahun di Detroit harus dirawat selama dua bulan karenaÂ
luka bakar tingkat 2 dan 3. Keduanya mencoba mengikuti fire challenge.
 Ilustrasi anak main gadget/ Foto: iStock |
Fire challenge adalah satu dari banyaknya tantangan yang menjadi tren di internet. Kata psikolog John M. Grohol, Psy.D., tren ini disebut viral hoax karena menyebar di media sosial dan internet, dan biasanya dimulai dari orang dewasa yang membagikannya.
"Bisa saja video dibagikan oleh orang dewasa atau orang tua yang ingin memperingatkan, tanpa tahu itu semua tidak nyata. Padahal, video kebohongan itu akan tersebar luas dan mengancam anak-anak kita yang menggunakan internet," kata Grohol, dilansir
Psych Central.
Langkah terbaik untuk melindungi anak dari konten buruk adalah memantau dan mengetahui aktivitas internet mereka, Bun. Jangan izinkan untuk menggunakan internet sendirian atau hindari penggunaan gawai sampai mereka remaja.
"Bisa juga berikan contoh dari konten buruk di internet. Ajari mereka tentang dampak negatifnya jika ditiru," ujar Grohol.
Sedangkan menurut Head of Consumer Marketing Google Indonesia Fibriyani Elastria, penting untuk orang tua menyoroti dan memastikan konten yang dikonsumsi anak itu aman. Orang tua bisa memainkan peran 'polisi' atau menggunakan layanan parental di internet untuk
mengawasi anak.
"Di saat yang sama, kita harus mencari cara untuk memastikanÂ
konten-konten ini juga akan aman dikonsumsi," kata Fibri seperti dikutip dari
detikcom.
Bunda, simak juga penanganan tepat pada anak yang terkena luka bakar, di video berikut ya.
[Gambas:Video Haibunda]
(ank/rdn)