Jakarta -
Baru-baru ini beredar luas hadis tentang dukhan atau kiamat yang terjadi pada hari Jumat, 15 Ramadhan. Di mana itu bertepatan dengan besok, Jumat (8/5/2020). Hadis tersebut berbunyi tentang kejadian di pertengahan bulan Ramadhan dan bertepatan di hari Jumat.
Hadis tersebut diriwayatkan oleh Sayyidina Abdullah Bin Masoud. Bunyinya sebagai berikut:
"Apabila terjadi suara yang sangat dahsyat di bulan Ramadhan, maka akan terjadi huru-hara di Syawal. Akan banyak manusia yang memisahkan diri di bulan Zulkaidah dan akan ada pertumpahan darah di bulan Zulhijah dan Muharram.""Kemudian ia bertanya kepada Rasul apa yang harus dilakukan di bulan Muharram dan Rasul menjawab, sangat disayangkan sekali manusia saat itu saling membunuh dan sangat kacau keadaannya.""Kemudian ia bertanya lagi, apa suara dahsyat yang terjadi di pertengahan Ramadhan itu?""Kemudian Rasul menjawab suara itu terjadi di pertengahan bulan Ramadhan yang bertepatan di malam jumat, dan membangunkan orang-orang yang sedang bangun, menjatuhkan orang-orang yang sedang berdiri dan wanita-wanita yang terhempas dari kamar-kamar mereka.""Pada saat itu terjadi gempa, pada saat itu cuaca dingin akan menerpa. Jika ingin salat subuh, maka disarankan di rumah, kunci pintu rapat-rapat dan selimuti diri kalian, jika dengar suara dahsyat maka bersujud dan berdzikir lah." Buya Yahya/ Foto: Buya Yahya |
Pertanyaannya, sahih atau tidak kahÂ
hadis tersebut? Sebelum menjawab pertanyaan itu, Buya Yahya mengatakan bahwa sebagai umat muslim, berbanyaklah sujud dan berzikir tanpa harus menunggu dentuman tersebut.
Tanpa menunggu suara karena kematian bisa datang tidak pada pertengahan Ramadhan, bisa saja esok hari.
"Kita lebih perlu bagaimana kita meningkatkan kualitas diri kita, kebaikan kita. Bahkan ada orang bicara tentang
kiamat, ada kiamat. Ya, kiamat akan tiba, akan tetapi kiamat pribadi ada kok. Kematian kita," ujarnya dalam YouTube Suara Islam, (5/5/2020).
Justru itu yang perlu kita siapkan tanpa menunggu dentuman tersebut, Bunda. Buya Yahya mengajak bulan Ramadhan maka kita perlu tingkatkan ibadah.
"Baik, adapun riwayat seperti itu banyak, disebut kalimat naz'ah, faz'ah, nafqah faz'ah, macam-macam riwayat. Dari riwayat-riwayat ini, yang pertama ada suara malaikat jibril, suara setan, macam-macam riwayat," ujarnya.
Menurutnya, hanya ahli hadis yang bisa menghukumi, termasuk Imam dalam Ala Alil Masnuati tentang hadis maudhu (hadis palsu).
Buya Yahya mengatakan, hadis itu termasuk riwayat palsu yang tak boleh dibawa. Pakar-pakarnya menyebutkan sebagai itu.
"Yang memutuskan itu ahli hadis karena tidak semua hadis itu sahih. Nanti ahli hadis yang menghukumi. Kecuali yang sudah dipastikan seperti Bukhari, Muslim," katanya.
"Kesimpulannya, pakar-pakar seperti Imam As Suyuti, Ibnu Jauzi, Zahabi, Ukeili, yang lainnya mengatakan itu tidak dibenarkan. Bukan omongan saya, bukan omongan kami," lanjut Buya Yahya.
Selagi sebagian para muhadisin mengatakan seperti itu, enggak perlu kita mengangkat hal-hal yang semacam itu, Bunda. Buya Yahya berpesan tak perlu bikin takut orang, melainkan diajak saja untuk memperbaiki diri, untuk takut Allah.
Sementara itu menurut Ustaz Syafiq Riza Basalamah, terkadang berita itu bisa menjadi sesuatu yang diyakini oleh banyak orang.
 Ustaz Syafiq Riza Basalamah/ Foto: YouTube |
"Dan Rasul mengatakan, 'Barangsiapa yang berdusta atas nama aku, hendaklah ia bawa kursinya ke neraka.'Makanya jangan mudah menyebarkan hadis palsu, hadis dhaif (lemah) kecuali memberikan penjelasan," kata Syafiq Riza Basalamah di video YouTube Kajian Ar-Rahman.
Dikatakan Ustaz Syafiq Riza, menurut ahli bahwa hadis ini munkar tidak benar, hadis ini tak punya dasar, tak ada yang benar. Ia menyebutkan para ahli hadis kalau hadis itu palsu. Padahal nabi tidak pernah bersabda soal itu.
Ustaz Syafiq Riza mengingatkan jika menyebarkan itu ada malaikat Raqib Atid yang mencatat, Bunda.
Kemudian, para ulama boleh menyampaikan hadis-hadis dhaif (lemah) dalam fadilah amal dengan tiga catatan. Pertama hadis tidak terlalu dhaif. Kedua hadis masuk ke dalam kaidah umum, yang ketiga tidak boleh meyakini.
"Maka hadis palsu, hadis dhaif tidak boleh (diamalkan). Kalau antum (Anda) mau menyampaikan sebuah hadis yang dhaif, sampaikan kalau ini dhaif, kalau ini palsu agar mereka paham dan tidak tertipu," ujarnya.
Simak juga cerita Aldila Bekti, tegar setelah kehilangan anak ketiga:
[Gambas:Video Haibunda]
(aci/som)