TRENDING
Kisah Haru WN Belanda Cari Ibu Kandung di Indonesia, Terbentur Dokumen Palsu
Asri Ediyati | HaiBunda
Rabu, 17 Jun 2020 08:25 WIBTak bisa dibayangkan rasanya terpisah dengan ibu kandung selama puluhan tahun tanpa tahu kondisi terkini sang ibunda. Hal ini dialami Widyastuti, warga negara Belanda yang kini masih mencari ibu kandungnya di Indonesia. Cerita Widya ini dijelaskan secara detail oleh teman sekantornya, Tazia melalui thread di Twitter.
Tazia menceritakan bahwa memori Widya tentang masa kecilnya tidak banyak. Hal yang Widya ingat kala itu ia berusia 5 tahun saat diadopsi oleh orang tua Belanda dan dibawa ke sana.
"Dia enggak tahu pasti tanggal lahir dia karena dokumen-dokumen adopsi, termasuk akta lahir, dipalsuin sama Panti Asuhan Kasih Bunda," tulis Tazia, dikutip Selasa (16/6/2020);
Memori yang ia ingat sebelum diadopsi adalah Widya yakin ia lahir di Yogyakarta sebab dalam suratnya kepada ibu kandung, ia ingat ikut berlutut ke sultan. Ia merasa kalau orang tuanya kerja di lingkungan keraton.
Kemudian pindah ke Metro, Lampung bersama ibunya. Asumsi Widya saat itu bahwa ia dan keluarga ikut program transmigrasi dari pemerintah. Widya tahu pindah ke Metro karena diberitahu oleh petugas panti asuhan yang bernama Utari saat itu.
Sayangnya, Widya sama sekali tak ada memori tentang ayahnya. Di Metro, Lampung, rumah Widya kebakaran lalu memorinya langsung lompat ke bagian ketika sang ibunda dan dirinya dipenjara, di Jakarta.
"Di Jakarta, Widya dan ibunya dipenjara sebentar, enggak tahu kenapa. Ini momen yang bikin dia takut sama polisi sampai sekarang. Setelah dibebaskan, dia dan ibunya menggelandang di Jakarta, hidup di jalanan, tidur di bawah jembatan, dan beberapa lokasi di Kota Tua (seingat dia)," tulis Tazia.
Hal yang Widya ingat setelah keluar dari penjara, ia sering dititipi ibunya ke perempuan lain yang juga punya anak. Sepulang kerja dan berbekal uang, sang ibunda kemudian menjemput Widya. Di sini Widya menyayangkan, meski sering bersama sang ibunda, ia tak bisa ingat wajah ibunya.
Diadopsi orang Belanda dan sempat krisis identitas
Widya juga mengungkap memori terakhir dengan ibu kandungnya sebelum diadopsi oleh orang Belanda. Saat itu, Widya diajak ke stasiun kereta. Stasiunnya kecil, hanya memiliki dua rel dan platform terbuka. Menurutnya seperti Stasiun Tebet, Jakarta.
Sang ibunda menyuruhnya pergi bersama perempuan Tionghoa yaitu Utari (petugas panti asuhan). Widya tidak tahu kalau itu bakal jadi momen terakhirnya dengan sang ibunda. Ia selalu mengira akan dijemput lagi seperti biasa.
Widya kemudian dibawa Utari ke Panti Asuhan Kasih Bunda. Widya tak banyak ingat soal panti asuhan tersebut. Yang jelas panti asuhan itu membuatnya takut dan keseringan nangis serta ngompol.
"Karena dia sebenernya kangen banget sama ibunya," tulis Tazia.
Sampai akhirnya, bulan Agustus 1979, dia terbang ke Belanda dengan orang tua adopsinya. Sampai di Belanda, memori yang Widya ingat adalah ia langsung dirawat di RS karena sakit tipes.
Kemudian, memori tentang ibu kandungnya itu langsung lompat ke tahun 1991. Di tahun itu, ia bersama orang tua adopsi berkunjung ke Indonesia. Mereka menanyakan panti asuhan, apakah bisa bertemu dengan ibu kandungnya atau tidak.
"Panti asuhannya bilang 'oh bisa gampang'. Akhirnya diatur pertemuan tersebut di Bandung. Mereka dipertemukan dengan 'ibu', '3 adik tiri', dan 'bibi' di rumah 'bibi'. Si 'ibu' menikah lagi dan punya 2 anak perempuan dan 1 laki-laki," tulis Tazia.
Sayangnya, sampai saat ini, Widya masih meragukan kalau itu sang ibu kandung karena berbagai alasan antara lain intuisi, ia merasa tak nyaman dan tak ada koneksi dengan ibu yang ia temui di Bandung itu.
Kedua, si 'ibu' pernah memberinya surat dalam Bahasa Inggris bilang kalau ia dalam keadaan sakit dan minta uang. Terdapat nomor rekening pula di surat itu.
"Padahal 'ibu' enggak bisa Bahasa Inggris. Surat terlihat seperti template. 'Ibu' juga kasih kode kalau surat itu rahasia jangan kasih tahu ke ortu adopsi," sambung Tazia.
Tazia pun membagikan video yang menjelaskan keraguan Widya pada ibu yang ditemuinya di Bandung bahwa si ibu aslinya berbahasa dan beraksen Jawa. Lalu, ada kemungkinan bahwa 'bibi' yang ditemuinya itu ternyata istri pertama dari suami baru 'ibu'.
"Ada fase dalam hidup Widya dia merasa marah dan troublesome banget sehingga dia kabur dari rumah. Paham sih, pasti ada rasa bingung, krisis identitas, penasaran dgn kebenaran, dll. Sayangnya, dia kehilangan beberapa dokumen seperti surat dari 'ibu' yang ada alamat dan rekening di Indonesia," kata Tazia.
Saat ini yang sudah dilakukan Widya adalah bergabung dengan komunitas My Roots, komunitas orang-orang Indonesia yang diadopsi ke Belanda saat masih bayi/balita dan cek dokumen-dokumen adopsinya.
Rupanya saat mengecek dokumen, Widya menemukan banyak kejanggalan. Ia semakin tak percaya setelah tahu Panti Asuhan Kasih Bunda blak-blakan mengaku kalau dokumen-dokumen adopsinya itu palsu. Bahkan dokumen adopsi Widya sampai sekarang tak bisa ditemukan di agency yang bertanggung jawab di Belanda.
"Utari bilang, Widya lahir di Yogyakarta dan dulu tinggal di Metro (Lampung). Setelah Utari mengonfirmasi dokumen-dokumen ini palsu, Widya jadi makin enggak percaya dengan isi-isi dokumen tersebut," tulis Tazia.
"Sekarang yang akan Widya lakukan adalah mencari 'ibu' dan '3 adik tiri' dan tes DNA untuk dicocokin. Kalau enggak cocok, artinya itu bukan keluarga biologis dia. Setidaknya, itu akan jadi satu peace of mind dan pembenaran intuisi dia pas ketemu di tahun 91," sambungnya.
Kita doakan, semoga pencarian ibu kandungnya berujung baik ya, Bunda. Berikut surat dari Widyastuti untuk sang ibunda.
Simak juga video soal kondisi restoran di era new normal: