
trending
Curhat Pilu Wanita Disabilitas, Tak Sangka Wajahnya Dipakai Menakut-nakuti Anak
HaiBunda
Selasa, 01 Sep 2020 06:00 WIB

Seorang wanita disabilitas mengungkapkan perasaan sakit hatinya saat tahu bahwa foto wajahnya digunakan untuk menakuti anak-anak. Curhatannya ini pun sangat menyayat hati.
Ialah Melissa Blake, yang lahir dengan sindrom Freeman-Sheldon, yakni kelainan tulang dan otot genetik yang menyebabkan bentuk wajahnya tak sempurna. Blake mengakui bahwa reaksinya datar saat membaca pesan dari seseorang yang memberitahunya bahwa mereka melihat fotonya di TikTok dibagikan dengan cara yang menyakitkan.
"Saya seorang penulis lepas dan aktivis disabilitas, yang berarti bahwa bagian dari pekerjaan saya sangat aktif dan terlihat di media sosial. Dan karena saya terlihat berbeda, orang-orang menyebut saya apa saja, mulai dari 'menjijikkan' hingga 'blobfish' hingga mengatakan bahwa saya dilarang memposting foto diri saya karena saya terlalu jelek," ungkapnya, dilansir Refinery29.
Awalnya Blake berusaha untuk biasa saja dengan hinaan-hinaan itu. Namun beberapa minggu lalu, hal seperti itu terjadi lagi di TikTok melalui sesuatu yang disebut The New Teacher Challenge. Ini merupakan tren viral terbaru di mana orang tua menunjukkan foto penyandang disabilitas kepada anak mereka, yang mereka sebut sebagai guru baru untuk anak mereka. Reaksi anak-anak biasanya ketakutan dan malu, dan itu direkam. Tentu saja ini dilakukan untuk bahan tertawaan.
"Saya tidak tertawa, karena tidak ada yang lucu. Saya benar-benar muak," katanya.
Tak hanya Blake, seorang pembicara motivasi dan penulis, Lizzie Velasquez, yang juga penyandang disabilitas baru-baru ini menemukan bahwa fotonya digunakan oleh seorang ibu untuk merekam reaksi ketakutan putranya. Velasquez
kemudian menggunakan Instagram untuk mengutuk tren tersebut dan meminta orang tua untuk memberikan contoh yang lebih baik bagi anak-anak mereka.
"Jika Anda adalah orang dewasa yang punya anak, mohon jangan ajari mereka bahwa takut pada seseorang yang tidak mirip mereka adalah tidak apa-apa. Tolong. Segala sesuatu yang perlu diketahui anak-anak ini tentang empati dan bersikap baik satu sama lain dimulai dari rumah," demikian kata Velasquez.
![]() |
Lebih lanjut, menurut Blake, orang dewasa yang menganggap hal semacam ini adalah sesuatu yang bukan masalah atau lelucon harusnya bisa berpikir lebih baik. Mereka harusnya mengajari anak-anak mereka betapa berbahayanya dan menyakitkan lelucon seperti ini.
"Kita hidup dalam masyarakat di mana orang-orang yang berpenampilan berbeda dipandang jelek dan mengerikan, pesan-pesan itu mulai diajarkan pada usia muda," ungkap Blake.
Penulis Ariel Henley, yang lahir dengan sindrom Crouzon, yang kerap mendapat kata-kata kejam dari media sosial juga pernah angkat bicara. Menurutnya generasi saat ini perlu diajarkan bahwa perbedaan harusnya dihormati, bukan ditakuti atau diejek.
"Kita harus berhenti bersikap bahwa wajah yang berbeda secara inheren buruk atau menakutkan, menjadi sesuatu yang layak untuk tren TikTok yang konyol dan kejam," ungkap Henley.
"Aku memimpikan hari ketika wajah seperti wajahku adalah normal, itu bukan masalah," sambungnya.
Blake kemudian mengungkapkan bahwa sejauh ini, TikTok belum berbuat banyak untuk memerangi ujaran kebencian secara online ini.
"Ketika orang-orang melaporkan akun yang telah menggunakan foto saya dalam tantangan ini, mereka menerima pernyataan bahwa TikTok tidak menemukan pelanggaran terhadap aturan platform," paparnya.
"Tidak hanya di sana. Ketika saya melaporkan akun Twitter karena memposting foto ikan blob untuk menindas saya, Twitter mengatakan itu juga tidak melanggar aturan apa pun. Saya ingin menjelaskan, saya ditindas. Setiap saat. Setiap foto, ejekan, dan kata-kata kejam jelas melanggar martabat dan nilai saya sebagai manusia," sambungnya.
Blake lalu mengatakan, salah satu aktivis disabilitas favoritnya, Carly Findlay, seorang penulis Australia yang lahir dengan kondisi kulit langka yang parah yang menyebabkan perbedaan wajah. Secara teratur melawan orang-orang yang mengejek penampilannya secara online. Findlay menanggapi postingan ujaran kebencian terhadapnya dengan mendidik orang-orang tentang perbedaan wajahnya.
"Ini mengubah tanggapan dari jijik dan benci menjadi lebih berempati," katanya.
Penulis penyandang disabilitas, Karin Hitselberger juga secara rutin memposting foto selfie di media sosial dalam upaya menormalkan disabilitas, yang merupakan bagian indah dari keanekaragaman alam dunia kita.
"Tren tersebut mengajarkan kepada orang-orang bahwa penyandang disabilitas adalah sesuatu yang ditakuti. Tren seperti ini mengabadikan narasi bahwa kita lebih rendah dari manusia," kata Hitselberger.
Terakhir, Blake menekankan bahwa orang-orang cacat bukanlah untuk ditertawakan. Karena mereka bukan lelucon. Mereka juga adalah manusia.
Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari curhatan hati Blake ini ya, Bunda. Dan semoga kita bisa menjadi orang yang menghargai perbedaan.
Simak juga intimate interview dengan Asri Welas dalam video ini:
Â
(yun/rap)TOPIK TERKAIT
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda