Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

Bangga! Kisah Maura Adik Sherina Munaf Menang Kompetisi Desain Poster Sedunia

Annisa Afani   |   HaiBunda

Jumat, 28 Jan 2022 19:12 WIB

Maura Munaf
Maura Munaf/Foto: Instagram @mayzurstla

Nama Indonesia kembali harum oleh WNI yang menetap di Amerika Serikat (AS), Bunda. Kali ini prestasi tersebut diukir oleh Mayzura Restalia Munaf atau yang dikenal sebagai Maura Munaf.

Adik Sherina Munaf ini sedang menetap Boston, Bunda. Belum lama ini, ia bersama rekannya, yakni Allie Phelan, mengikuti kompetisi desain poster dan menjadi pemenang.

Poster mereka menyinggung isu tunawisma yang hidup di jalanan kota Amerika Serikat. Diketahui, secara umum, para tunawisma ini kerap menjadi jadi korban KDRT atau tidak dapat layanan sosial.

Karya tersebut diberi judul Affordable, but Unlivable atau Terjangkau, tapi tidak layak untuk dihuni. Poster satir ini menggambarkan alas tidur dari kardus bekas berharga $0. Poster ini juga bertuliskan, "Dibangun untuk muat di pojokan, di depan pintu masuk, dan diabaikan publik."

Mengutip dari VOA Indonesia, kompetisi ini diselenggarakan oleh majalah Graphis, yakni publikasi yang menampilkan berbagai talenta dan hasil kreasi para pekerja kreatif dari seluruh dunia. Mulai dari di bidang desain, periklanan, fotografi, hingga ilustrasi seni.

Banner Nama Bayi Perempuan IslamiFoto: Novita Rizki/ HaiBunda

Di Boston, Maura sendiri berprofesi sebagai copywriter atau penulis iklan dan materi publisitas. Ia dan Allie memutuskan untuk mengikuti kompetisi global membuat poster dalam bentuk protes yang menyuarakan isi hatinya.

"Di Amerika itu isu tuna wisma sangat-sangat besar. Mungkin di Boston enggak sebesar di New York, tetapi di Philadelphia, (di tempat Allie tinggal), dia sangat melihat dimana-mana banyak banget orang tuna wisma," papar Maura, dikutip pada Rabu (26/1/2022).

Mendalami makna karya Maura dan Allie, dikatakan bahwa kardus bekas berbagai perabot rumah tangga yang dibuang ke tempat sampah, kembali menjadi berharga. Ini khususnya bagi para tuna wisma sebagai alas tidur atau atap yang melindungi mereka di jalanan.

"Kita mikir gitu pada waktu yang sama banyak banget iklan-iklan furnitur, barang-barang rumah yang ada. Dan banyak juga produksi furnitur dan barang-barang untuk rumah. Kita mikir bagaimana kita bisa membawa atau meningkatkan kesadaran terhadap masalah ini," tambah perempuan berusia 23 tahun ini.

"Seperti tempat tidur, kursi, bantal. (Kita) mencoba membuat furnitur (dari kardus) dan menggambarkannya seperti iklan yang minimalis," papar Allie Phelan.

Simak kelanjutannya di halaman berikut ya, Bunda.

Bunda, simak juga soal Marissa Hutabarat, hakim pertama di Amerika yang berdarah Indonesia dalam video berikut:

[Gambas:Video Haibunda]

BARANG-BARANG BERHARGA BAGI TUNAWISMA

Maura Munaf

Maura Munaf bersama ibunda/Foto: Instagram @mayzurstla

Dalam kesempatan yang sama, Maura juga bercerita bahwa sejak kuliah, ia sering mengamati dan berpapasan dengan tuna wisma. Mereka menggunakan berbagai barang untuk tujuan yang berbeda.

Misalnya kereta dorong supermarket, dipakai untuk menaruh barang dan berpindah tempat tinggal. Kadang, keranjang-keranjang plastik juga mereka pakai sebagai tempat duduk.

"(Barang-barang ini) sudah menjadi simbol untuk gaya hidup orang-orang tuna wisma. Dan simbol-simbol ini sudah menjadi simbol yang powerful semenjak masalah tuna wisma ini sudah meningkat," ungkap Maura.

Isu yang dipakai Maura dan Allie ini memang menyentil banyak pihak, ya. Mengenai hal tersebut, Ibunda Maura akui bangga dan senang karena putrinya berhasil mengangkat tema tersebut.

"Saya sangat senang sekali ya dia bisa mengangkat isu ini sehingga bisa membuat banyak orang menjadi lebih melihat keadaan ini, karena memang intinya sih buat saya, anak-anak itu yang utama adalah berbuat kebaikan," kata Luki Ariani.

"Nah, ini adalah salah satu cara dia untuk berbuat kebaikan melalui kreatifitasnya dia," sambungnya.

Tak disangka dari ratusan poster yang masuk dari seluruh dunia, karya Maura dan Allie ini berhasil memenangkan penghargaan Silver dari majalah Graphis. Poster ini nantinya akan dipajang di majalah Graphis yang dirilis tahun 2022, Bunda.

Kemenangannya ini mendapat perhatian dan pujian warganet di LinkedIn yang bergerak di bidang kreatif, saat Maura mengunggah posternya.

"Saya dan Allie berharap ini bisa meningkatkan awareness bukan hanya di dunia sehari-hari tapi juga di dunia kreatif, bagaimana kita bisa semakin sadar dan semakin ingin untuk mengubah dunia hanya dari advertising," tulisnya.

Simak cerita selengkapnya di halaman berikut ya, Bunda

MAURA MUNAF LULUS SUMMA CUM LAUDE DI AS

Maura Munaf

Maura Munaf/Foto: Instagram @mayzurstla

Ternyata, Maura Munaf memang senang menulis sejak kecil, Bunda. Hingga saat ia lulus SMA pada 2016 lalu, Maura pun memutuskan untuk menunda kuliah dan mencari kesempatan magang di stasiun radio dan di dunia jurnalistik sebagai penulis.

Saat magang, salah satu tugasnya yakni jadi penulis resensi film. "Aku nulis film review untuk Resident Evil sama Mel Gibson, Hackshaw Ridge."

"Dua film itu aku dikirim, masih kecil gitu ke bioskop. Sebelahnya ada wartawan-wartawan yang mungkin udah kayak dua kali lipat umur aku ya," kenang lulusan Binus International School itu.

Kemudian pada 2017, Maura mengejar mimpinya untuk kuliah di Amerika Serikat, yakni Boston University. Di sana, ia mengambil jurusan film dan televisi.

Boston University memang menjadi salah satu universitas swasta tertua di kota Boston dan telah melahirkan tokoh-tokoh terkenal. Di antaranya seperti mendiang aktivis HAM Dr. Martin Luther King, Jr., politikus sekaligus aktivis AS, Alexandria Ocasio-Cortez, aktris Geena Davis dan Julianne Moore, masih banyak yang lainnya.

Tahun 2018, Maura sempat pulang ke Indonesia dan magang di perusahaan periklanan sebagai copywriter. Ia pun mulai jatuh cinta dengan dunia itu dan memutuskan untuk juga mengambil jurusan periklanan di Boston University.

Di tengah kesibukan kuliahnya dan berbagai kegiatan organisasi yang ia ikuti, Maura tetap giat mencari kesempatan magang untuk mendapatkan pengalaman dan meningkatkan ilmunya.

Sebagai mahasiswa internasional, Maura sempat merasa ragu akan kemampuannya saat mencari kesempatan magang. Apalagi ketika harus bersaing dengan mahasiswa lokal.

"Jujur dengan employer kita, situasi kita, dan bilang ke mereka kalau saya enggak mau ngerepotin kalian, tapi saya suka banget sama perusahaan kalian. Kalau saya bisa mendapat dukungan, bagus, kalau saya enggak bisa, it's okay, too," kata putri bungsu dari tiga bersaudara ini.

Semangat Maura ini terus membara dan ingin terus mengejar passion atau kecintaannya dalam menulis. Selama kuliah di Amerika Serikat, Maura selalu berusaha yang terbaik di dalam maupun luar ruang kelas.

Usaha dan kerja keras Maura semasa kuliah ternyata membuahkan hasil sesuai harapan. Ia lulus dengan predikat kehormatan tertinggi, Summa Cum Laude dari Boston University.

Bagi Maura, nilai yang bagus bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah bagaimana ia bisa memanfaatkan ilmu yang ia raih.

"Aku tuh selalu memastikan kalau aku (memberikan) 100 persen ke segala hal. Mungkin kehidupan sosial aku enggak sesibuk kehidupan kerja dan sekolah aku. Tapi menurut aku itu worth it," paparnya.


(AFN/fir)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda