Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

trending

5 Gaya Parenting yang Bisa Ditiru dari Drama Korea Twenty Five Twenty One

Annisa A   |   HaiBunda

Selasa, 22 Mar 2022 05:00 WIB

Drama Korea Twenty Five Twenty One
Ji Seung Wan dan Ibunda di Drama Korea Twenty Five Twenty One / Foto: Dok. tvN

Memasuki episode ke-12, drama Korea Twenty Five Twenty One masih bertahan dengan rating 10,6 persen dan menduduki posisi teratas di daftar drakor paling ramai diperbincangkan.

Penonton telah sampai ke kisah Na Hee Do dan kawan-kawan pada tahun 2000. Sebelumnya, drakor ini menyoroti tantangan mereka ketika melewati krisis ekonomi pada tahun 1998.

Mengusung tema komedi romantis dan melodrama, Twenty Five Twenty One juga mengambil genre coming of age yang membuat serial ini penuh dengan pesan moral.

Tak hanya menekankan soal perjuangan anak-anak muda dalam meraih mimpi mereka, Twenty Five Twenty One juga memberi gambaran mengenai pola asuh orang tua para remaja yang beranjak dewasa, Bunda.

Drama Korea Twenty Five Twenty One memiliki nilai-nilai parenting dan kekeluargaan yang bisa dijadikan sebagai pelajaran untuk para penonton. Bunda, berikut ini 5 gaya parenting yang bisa ditiru dari drama Korea Twenty Five Twenty One:

Banner Curhat Orang Terkaya RI

1. Bersikap terbuka dan mendengarkan keinginan anak

Sejak episode pertama, drama Korea Twenty Five Twenty One sudah menyoroti kehidupan keluarga Na Hee Do (Kim Tae Ri). Hee Do dibesarkan oleh Bunda single parent bernama Shin Jae Kyung (Seo Jae Hee).

Demi membesarkan putrinya, Jae Kyung bekerja giat sebagai pembaca berita. Namun hal itu justru membuat Jae Kyung kurang memberikan perhatian kepada Hee Do karena jarang berada di rumah.

Keduanya sama-sama enggan untuk mengungkapkan perasaan mereka. Hee Do dan Ibunda kerap bertengkar dan merasa mereka bersikap egois kepada satu sama lain. Padahal, setiap hal yang mereka lakukan memiliki maksud dan alasan tersendiri. Hal ini memberi pelajaran kepada orang tua untuk selalu bersikap terbuka dalam berkomunikasi dengan anak.

Namun sejak pindah ke sekolah baru, Hee Do mulai dapat mengungkapkan keinginannya secara lantang kepada Ibunda. Sang Bunda, yang terkesan tidak peduli dengan mimpi sang putri, juga sebenarnya merasa bangga dengan pencapaian Hee Do di ajang Olimpiade. Namun ia masih menyembunyikan perasaan itu.

Twenty Five Twenty One seakan memberi pesan kepada penonton orang tua untuk tidak lupa memberikan pujian dan motivasi terhadap pencapaian dan kerja keras anak.

Ketegangan antara Hee Do dengan Ibunda akhirnya menemukan titik terang. Jae Kyung yang tak pernah mengungkapkan kerinduannya dengan mendiang suami, mendadak tersungkur dengan tangisan yang pecah di hadapan sang putri ketika mereka berkunjung ke makam.

Pada momen itu, Jae Kyung mengungkapkan perasaannya yang sebenarnya terluka karena kepergian suami. Ia juga berjanji untuk lebih sering mengajak Hee Do mengunjungi makam sang Ayah di kemudian hari.

Tak hanya itu, Ibunda Hee Do juga mendukung penuh impian putrinya untuk bermain anggar, asalkan tidak mengenyampingkan pendidikan akademis. Pelan tapi pasti, Hee Do mulai memahami kerja keras Ibunda sebagai single parent, dan alasan di balik sikap keras dan pola asuh disiplin yang selalu dia berikan.

Lanjutkan membaca di halaman berkikutnya, Bunda.

Saksikan juga cuplikan tentang drama Korea Twenty Five Twenty One:

[Gambas:Video Haibunda]


MENERIMA KEKALAHAN DENGAN IKHLAS

Drama Korea Twenty Five Twenty One

Ko Yoo Rim di Drama Korea Twenty Five Twenty One / Foto: Dok. tvN

2. Memberi contoh untuk bersikap lembut dan berlapang dada

Anak merupakan cerminan orang tua. Setiap anak, hanya akan mengikuti orang tua apabila diberikan contoh untuk diikuti. Penting untuk selalu menanamkan sikap baik dengan memberikan contoh di kehidupan sehari-hari.

Di drakor Twenty Five Twenty One, sosok Ibunda Ko Yoo Rim (Bona WJSN) dikisahkan sebagai pemilik restoran yang ramah dan baik hati. Meski diterpa kesulitan ekonomi, ia selalu tersenyum dan malah memberikan yang terbaik untuk putrinya.

Meski awalnya sulit memahami mengapa Ibunda justru membelikan ponsel mahal ketika sedang kesulitan, Ko Yoo Rim pada akhirnya memahami maksud sang Bunda. Selain itu, Ibunda Yoo Rim juga bersikap baik dan pemaaf kepada orang lain.

Ketika Na Hee Do datang ke restoran, ia justru memeluknya dan mengatakan bahwa Na Hee Do telah banyak menderita. Pada saat itu, kemenangan Hee Do dianggap curang dan tidak adil karena Ko Yoo Rim melayangkan protes di Olimpiade.

Melihat Ibunda yang memeluk Hee Do, hal itu membuka mata Yoo Rim untuk selalu berlapang dada dalam menerima kekalahan. Kelembutan sang Bunda juga membuatnya mulai bisa menurunkan ego dan meminta maaf kepada Hee Do.

3. Selalu mengungkapkan rasa cinta

Berbeda dengan keluarga Hee Do dan Yoo Rim, Baek Yi Jin (Nam Joo Hyuk) berasal dari keluarga kaya raya sebelum bangkrut. Krisis ekonomi membuat keluarga mereka harus hidup berpencar agar tidak mudah dilacak oleh para penagih utang.

Hal itu membuat Ibunda Yi Jin kerap merindukan suami dan putra sulungnya. Ia terpaksa tinggal di desa pesisir pantai bersama si bungsu, Baek Yi Hyun (Choi Min Young). Meski begitu, sang Bunda tak pernah absen menghubungi Yi Jin yang bekerja di kota.

Ia selalu memastikan putranya baik-baik saja dengan menanyakan keadaannya. Sang Bunda juga tidak ragu mengungkapkan rasa cinta. Tak hanya kepada Yi Jin, ia juga selalu menyatakan rasa cinta dan kerinduannya kepada sang suami lewat pesan yang dikirimkan lewat Yi Jin.

Meski suaminya tak lagi kaya, ia tetap setia menunggu keadaan hingga membaik agar mereka dapat kembali tinggal bersama. Hal itu membuat Yi Jin lebih termotivasi untuk bekerja dan mengembalikan keluarga mereka seperti semula.

Baca juga tentang gaya parenting orang tua Ji Seung Wan di halaman berikutnya.

MENDUKUNG KEPUTUSAN ANAK

Drama Korea Twenty Five Twenty One

Ji Seung Wan di Drama Korea Twenty Five Twenty One / Foto: Dok. tvN

4. Percaya dan mendukung keputusan anak

Ji Seung Wan (Lee Joo Myung), dikisahkan sebagai yang paling pintar di antara geng Na Hee Do. Ia juga dikenal sebagai ketua kelas dan siswi yang selalu menempati posisi ranking satu di sekolah.

Kesempurnaan itu harus berakhir ketika ia mengekspose guru sekolah mereka yang melakukan penganiayaan kepada murid. Ia dipaksa untuk bungkam dan meminta maaf. Namun Seung Wan justru memilih untuk mengundurkan diri karena tak sudi diajak menormalisasi kekerasan di sekolahnya.

Ji Seung Wan kemudian menceritakan hal tersebut kepada Ibunda, sekaligus meminta izin untuk mengundurkan diri dari sekolah. Padahal, ia hanya tinggal mengikuti ujian masuk universitas.

Namun sang Bunda mendengarkan keluh kesah sang putri dengan baik. Ia bahkan menanyakan apakah itu benar-benar hal yang dia inginkan. Melihat kegigihan sang putri dan niat mulia di balik alasan mengundurkan diri, Ibunda Seung Wan pun setuju.

Keesokan harinya, ia datang ke ruang guru bersama Seung Wan. Dengan berani dan penuh percaya diri, ia meminta surat pengunduran diri dari sekolah. Ia juga mengatakan dengan lantang bahwa apa yang dilakukan oleh sang putri merupakan hal benar. Ia mengaku menyesal telah menyekolahkan sang putri di tempat yang menormalisasi kekerasan.

Ibunda Seung Wan juga tetap menyemangati sang putri untuk terus bersabar menunggu kesempatan ujian di tahun berikutnya. Sang Bunda tak pernah menuntut Seung Wan, meski ia tahu bahwa putrinya adalah siswa berprestasi. Ia percaya, bahwa putrinya sudah melakukan hal yang tepat.

5. Tak pernah lelah memotivasi anak

Meski dikisahkan sudah meninggal, ada sepenggal cerita masa kecil Na Hee Do bersama sang Ayah. Ia dikisahkan memiliki Ayah yang lembut dan penyayang. Tak hanya itu, sang Ayah juga selalu berpesan untuk tak menyerah selama masih menyukai hal yang dia lakukan.

Pesan itu masih terus diingat oleh Hee Do hingga dewasa dan memiliki anak. Ketika mendengar bahwa Kim Min Chae (Choi Myung Bin) sudah lelah dan ingin berhenti main balet, ia kemudian bertanya kepada sang putri.

"Apakah kamu sudah tidak menyukai balet? Kamu boleh berhenti, tetapi hanya jika kamu memang sudah tidak menyukai balet," ujar Hee Do.

Tak hanya orang tua, pesan tersebut juga disampaikan dari sosok pelatih dan guru di Twenty Five Twenty One. Ketika Ye Ji (Jo Bo Young) ingin berhenti bermain anggar, Yang Chan Mi (Kim Hye Eun) melarangnya untuk keluar dari klub.

Sang pelatih hanya mengizinkan Ye Ji berhenti bermain anggar apabila ia bisa membuktikan masuk ke babak perempat final. Hal itu sengaja dilakukan oleh Chan Mi agar murid-muridnya selalu termotivasi dan mengingat kerja keras yang telah mereka lalui, untuk mencapai tujuan yang baru.

Keputusan itu justru membuat Ye Ji termotivasi. Ia belajar giat hingga membuktikan dirinya masuk ke babak perempat final. Ia pun bisa keluar dari klub anggar dengan penuh kebanggaan dan berencana untuk mencapai tujuan berikutnya, yakni membuka bisnis roti usai lulus dari SMA.


(anm/som)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda