
trending
Film Barbie Bikin Pria Insecure Karena Propaganda Feminisme? Begini Faktanya
HaiBunda
Kamis, 03 Aug 2023 13:16 WIB

Film Barbie masih menjadi buah bibir sejak awal rilis hingga sepekan lebih penayangan. Tak banyak yang menyangka kisah boneka ikonik ini mengandung topik yang 'berat'.
Sejak peluncuran film ini, banyak muncul berbagai pandangan orang dari setiap gender mengenai film ini.
Penonton perempuan banyak yang merasa nostalgia, terharu, hingga relate dengan sejumlah adegan dan dialog di dalam film Barbie.
Sementara itu, penonton laki-laki merasa terhibur sebagian ketika menyaksikan Barbie. Namun, tak sedikit pula yang memberikan pandangan miring dan menilai film itu sebagai propaganda feminisme.
Beberapa cerita muncul di media sosial, mulai dari wanita yang mengaku dicampakkan sang kekasih karena menilai film itu membuat 'perempuan tidak butuh laki-laki'. Selain itu, muncul pula cibiran yang berbunyi 'cowok kok nonton Barbie'.
Pengamat perfilman dan budaya populer Hikmat Darmawan menilai justru penilaian miring terhadap film Barbie dari segelintir kaum Adam membuktikan bahwa isu yang diangkat sutradara Greta Gerwig benar adanya, Bunda.
Dalam film tersebut, Greta menampilkan bagaimana gagasan patriarki yang diimpor Ken dari dunia nyata mengubah Barbieland. Para Barbie yang semula mampu menjadi apapun, malah jadi tak lebih dari pendamping Ken.
"Itu yang sekarang di media sosial di dalam dan luar negeri, itu toxic masculinity, sesuatu yang basi tapi bangkit lagi. Apakah relasi karena harus butuh cowok atau kalaupun enggak dibutuhkan, ya terus kenapa? Itu persis isunya," kata Hikmat.
"Kalau mereka insecure karena itu [film Barbie], justru mereka membuktikan isu di film Barbie itu benar dong," imbuhnya.
Padahal, film Barbie tidak sepenuhnya menggambarkan stigma 'perempuan mandiri yang tidak butuh laki-laki', lho. Greta dan Noah Baumbach selaku penulis membalikkan kondisi saat Beach Ken (Ryan Gosling) pulang sendirian ke Barbieland dari dunia nyata dengan membawa pemahaman patriarki. Ken dan kaumnya kemudian 'menguasai' dunia fantasi tersebut.
Sebelumnya, Barbie dikisahkan 'menguasai' dunia itu sementara para Ken hanya sibuk mencari perhatian para Barbie.
Keseimbangan gender mulai ditunjukkan saat Stereotypical Barbie (Margot Robbie) tersadarkan oleh monolog memukau dari Gloria yang diperankan oleh America Ferrera. Monolog itu mengandung pesan tentang bagaimana rumitnya menjadi perempuan di dunia nyata.
Sejak saat itu, satu per satu Barbie mulai memahami bahwa dunia mereka harus kembali direbut. Namun yang menarik, Stereotypical Barbie menyadari bahwa kemenangan para Barbie merebut kembali Barbieland dari kaum Ken justru tidak menyelesaikan masalah.
"Jika dibilang bahwa kisah film Barbie ini membuat cewek enggak butuh cowok, saya justru memiliki pandangan yang berbeda. Saya malah melihat bahwa Barbie pada akhirnya harus mengakui bahwa tidak boleh hanya satu gender saja yang 'mengendalikan' semuanya," kata produser film yang juga aktivis gender, Tunggal Pawestri, saat berkorespondensi dalam kesempatan terpisah.
"Bahkan di dunia fantasi [Barbieland], cowok (Ken) harus dilibatkan lebih aktif dalam kehidupannya, terutama saat Barbie pada akhirnya juga setuju untuk tidak lagi melulu membuat girl's night party, 'not every night has to be girls' night'," katanya mengutip dialog dalam film itu.
Lebih lanjut, Greta justru menampilkan bagaimana nilai feminisme yang dibawa para Barbie dengan pemahaman versi baru ini 'membebaskan' Ken dari maskulinitas toksik, Bunda.
TERUSKAN MEMBACA KLIK DI SINI.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
Saksikan juga video tentang film Barbie yang sukses pecahkan rekor:
(anm/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda