Jakarta -
Bermain sambil belajar bisa dilakukan di rumah dengan cara-cara yang mudah. Apalagi sekarang kita hidup di era digital, di mana aneka hal dan ide bisa dengan mudah didapatkan dengan memanfaatkan kemajuan teknologi.
Nah, Azka Madihah, juga tertarik banget nih mengembangkan
kegiatan untuk anak yang bisa menambah pengetahuan. Jadi nih, misalnya para bunda belum berniat menyekolahkan anak ke pre-school ataupun taman kanak-kanak, bisa diajari sendiri di rumah sambil bermain. Agar kegiatannya terstruktur, maka butuh kurikulum, dong. Maka itu, Azka akhirnya menyusun kurikulum kegiatan bermain sambil belajar melalui 'TK digital'.
Kegiatan 'TK digital' itu dikembangkan melalui aplikasi berbasis online bernama Mungilmu. Hampir satu tahun berdiri, 'TK digital' ini sudah memiliki murid lebih dari 1.500 anak.
Kegiatan ini digagas Azka antara lain karena anaknya sendiri masih enggan berlama-lama duduk di ruang kelas. Sang anak selalu menganggap bahwa alam semesta inilah ruang kelasnya.
Si kecil memang selalu diajak Azka menjelajah alam, membuat mainan dari bahan bekas, dan merasakan pengalaman langsung yang menyenangkan. Misalnya, saat melihat petani-petani padi sedang memanen padi secara tradisional, Azka tidak enggan meminta izin kepada petani agar anaknya mencoba memanen padi. Maka dengan gembira, anaknya memukul-mukulkan segenggam padi ke batu yang disediakan petani. Butir-butir gabah berserakan di alas yang disediakan. Petani pun ikut tertawa gembira.
Baca juga:
Begini Tanda-tanda Anak Terlambat BicaraDari situ kemudian Azka menyusun kurikulum untuk pembelajaran anaknya selama di rumah, sembari menunggu anaknya mendapat sekolah yang cocok. Azka menggunakan pendekatan tematik yang melingkupi seluruh kecakapan yang diperlukan anak usia prasekolah dalam menyusun kurikulum untuk anaknya.
 Kegiatan Mungilmu/ Foto: dok Mungilmu |
Dia memulai dengan tema-tema yang disenangi anak, misalnya hewan, keluarga, transportasi, dan lainnya. Kemudian Azka berpikir, mungkin ada pula orang tua yang membutuhkan kurikulum sejenis ini. Maka Azka pun mengajak beberapa teman para pengajar anak usia dini yang juga merupakan sarjana psikologi untuk lebih serius mengembangkan kurikulum prasekolah ini.
Nama Mungilmu sendiri dipilih dari gabungan dari kata 'Biar Mungil, Banyak Ilmu'. Karena itulah tagline Mungilmu adalah 'Sahabat si Mungil Mencari Ilmu'.
Saat ini sebenarnya banyak pula orang tua muda yang semakin sadar pentingnya memulai pendidikan anak usia dini dari rumah. Namun, karena kesibukan, tidak sempat mencari sumber pembelajaran dan kurikulum yang runut bagi anaknya. Maka itu Mungilmu ingin membantu orang tua yang ingin mengajak anak belajar dengan gembira. Kegiatan-kegiatan Mungilmu bisa diakses di website-nya kemudian, orang tua cuma perlu menge-print, menggunting, dan menempel bahan, kemudian langsung bisa bermain bersama anak.
Baca juga:
Penyebab Anak Terlambat Bicara"Tujuan utama didirikannya Mungilmu ialah dapat membantu para orang tua dalam memberikan pembelajaran pada anak melalui media bermain. Kita ketahui dunia anak usia dini ialah dunia bermain," terang Azka saat berbincang dengan HaiBunda.
Azka sadar, pembelajaran yang dibungkus dengan kegiatan bermain sangat menarik minat anak. Anak dapat belajar dengan gembira. Selain itu juga, anak dapat terhindar dari kecanduan gadget. Apalagi belakangan ini banyak ditemukan kasus anak kecanduan gadget sehingga menyebabkan anak menjadi terlambat bicara atau bahkan serig tantrum.
"Kami berharap dengan menggunakan materi dari Mungilmu ini dapat mengurangi anak dari paparan gadget," imbuh Azka.
Selain itu, ada hal menarik yang terjadi pada situasi pendidikan anak usia dini di Indonesia. Dari program Satu Desa Satu PAUD yang dicanangkan pemerintah, ternyata penyebarannya masih belum merata. Ada provinsi-provinsi yang tingkat penuntasan program 90 bahkan 100 persen, tetapi di beberapa provinsi lain justru di bawah 50 persen. Jadi dengan adanya Mungilmu, diharapkan orang tua di daerah dengan akses PAUD yang terbatas pun tetap bisa memberi pendidikan terbaik bagi anak-anaknya.
"Edukasi yang diterapkan oleh mungilmu ini adalah menerapkan beberapa kurikulum di antaranya dari Kemendikbud, Montessori, Reggio Emilia Approach, dll. Semuanya disusun agar memberi stimulus terbaik bagi aspek perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, sosial-emosional, dan kognitif anak," papar Azka.
Mungilmu dirancang untuk anak usia dini. Karena di masa keemasan inilah anak berkembang sangat pesat. Maka orang tua perlu memastikan bisa menjadi guru terbaik bagi sang anak, di sekolah pertama anak yaitu rumah mereka sendiri.
 Kegiatan Mungilmu/ Foto: dok Mungilmu |
Materi Mungilmu dibagi menjadi dua jenjang berdasarkan kelompok usia yaitu, Mungilmu mini dan reguler. Untuk Mungilmu mini, materi ini dirancang secara umum sebagai panduan stimulus untuk anak usia 6-24 bulan. Sedangkan Mungilmu reguler untuk anak usia 2-6 tahun.
Baca juga:
Yuk! Kenali Berbagai Refleks pada Bayi"Kegiatan dari Mungilmu ini memang hampir seluruhnya menggunakan kertas. Ketika materi mungilmu di-print, pelanggan dan anak perlu menggunting alat peraga yang mungilmu sediakan dalam bentuk kertas," papar Azka.
Sementara itu alat peraga pendukung lainnya seperti kardus dan botol bekas disediakan oleh orang tua sendiri. Dengan menggunakan kertas dan bahan sehari-hari, Azka ingin memberikan nilai bahwa sebenarnya anak tidak memerlukan mainan yang mahal.
"Jadi lebih kepada permainan yang dapat menarik minat belajarnya. Dan juga kualitas bermain bersama orang tua sehingga menimbulkan kedekatan anak dan orang tua yang semakin lengket," imbuh Azka.
(jos)