Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Rambut Palsu yang Indah Ini untuk Pasien Kanker Anak

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 04 Oct 2017 13:17 WIB

Untuk anak-anak yang kehilangan rambut karena pengobatan kanker, dibuatlah rambut palsu yang indah.
Rambut Palsu yang Indah Ini untuk Pasien Kanker Anak (Foto: Facebook/@magicyarnwigs)
Jakarta - Salah satu efek samping pengobatan kanker adalah rambut yang rontok. Hal ini juga dialami anak-anak yang sedang menjalani pengobatan kanker. Kadang mereka pun jadi kehilangan kepercayaan diri lantaran berkepala plontos.

Tak ingin anak-anak sedih karena kehilangan rambut, Magic Yarn Project lantas dibentuk. Ini merupakan kegiatan amal yang digagas sejak 2015 lalu. Dalam kegiatan amal ini, dibuatlah wig atau rambut palsu yang terbuat dari benang untuk anak-anak dengan kanker.

Baru-baru ini, dalam peringatan ulang tahunnya yang kedua dari kegiatan ini, telah ada empat ribu wig dengan berbagai tema karakter anak-anak untuk 29 negara yang berasal dari tiga ribu relawan.

Salah satu pendirinya, Holly Christensen, seorang perawat ortopedi paruh waktu yang pernah bekerja di bidang onkologi, membuat wig pertamanya ketika anak temannya didiagnosis kanker. Ia tahu benar bahwa kemoterapi dapat menyebabkan anak kehilangan rambutnya, namun kulit kepala anak-anak terlalu sensitif untuk dipakaikan wig pad umumnya.

Baca juga: Saling Berbagi Juga Berdampak Positif bagi Psikis Anak Lho

Ia lantas berkeinginan untuk membuat topi hangat yang ekstra lembut namun tetap menyenangkan untuk anak. "Saya pikir mereka (anak-anak) akan menikmati memakai wig benang Rapunzel, sejak saya tahu bahwa kehilangan rambut itu sungguh sulit," kata Holly, seperti dilansir Cosmopolitan.

Holly kemudian mengumpulkan teman-temannya untuk membantunya membuat wig untuk anak-anak lain dan menggunakan Facebook guna menggalang donasi benang. Sejak postingannya viral di media sosial pada September 2015, teman Holly yang bernama Bree Hitchcock mengulurkan tangannya untuk membuat desain grafis dan menyiapkan halaman GoFundMe untuk penggalangan dana. Itulah awal mula terbantuknya Magic Yarn Project.

Rambut palsu yang dibuat mulanya beanie atau kupluk yang bisa diikat dengan tangan. Butuh waktu kurang lebih dua jam lho, Bun, untuk membuatnya. Mereka juga membuat karakter Disney seperti Anna dan Elsa dari Frozen, Ariel Putri Mermaid, Aurora dari Sleeping Beauty, Belle dari Beauty and The Beast, Cinderella, Jack Sparrow dari Pirates of the Caribbean, Rapunzel, dan Tiana dari sang Putri dan Pangeran Kodok. Selain itu ada juga beberapa superhero seperti Spiderman dan Ninja Turtles.

Holly menegaskan bahwa pembuatan wig ini mudah dipelajari kok, Bun. Bahkan para relawan termasuk pramuka puteri, pemain NFL, nenek, dan tentara militer saja mampu membuatnya. Bahkan relawan juga bisa beanies, tiara (mahkota), kepingan salju dan sebagainya. Seluruh wig ini diarahkan ke situs The Magic Yarn Project atau bisa juga hanya dikirim dengan kartu ucapan yang dihias bersama dengan wignya.

Baca juga: Cerita Tentang Pak Polisi yang Gemar 'Berubah' Jadi Superhero

Soal berbagi, sejak dini memang sudah harus diajarkan kepada si kecil nih, Bun. Meski memang di usianya yang masih sangat dini, anak cenderung enggan berbagi.

Menanggapi hal ini, psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani MPsi atau akrab disapa Nina menuturkan pada anak batita mereka memang belum mengerti konsep berbagi. Dengan kata lain, tahap tumbuh kembang anak belum mencapai hal itu. Bahkan, ketika anak batita tidak berbagi, menurut Nina itu adalah hal yang normal.

Psikolog anak dari Tiga Generasi, Anastasia Satriyo MPsi juga mengatakan kemampuan anak untuk bisa berbagi jadi salah satu hal yang ingin diajarkan orang tua ke anaknya. Tapi berbagi yang seperti apa, kapan harus berbagi, dan bagaimana mengajarkan boundaries atau batasan pada anak juga penting lho, Bun.

Bagaimanapun, untuk sesuatu yang dilakukan sehari-hari termasuk berbagi anak perlu melihat contoh lebih dulu, bagaimana sih berbagi itu. Jadi, Bunda sama Ayah bisa jadi contoh untuk anak dalam berbagi. Misalnya berbagi makanan atau berbagi pakaian yang sudah nggak dipakai.

Kalau anak sudah berumur usia 6-7 tahun, ketika ingin berbagi kita bisa berdialog atau melakukan komunikasi dua arah nih Bun sama si kecil dengan menanyakan 'Ada nggak barang yang mau kamu bagi ke orang lain?'. Jangan lupa, jelaskan juga ya manfaat yang bisa anak dapatkan dengan berbagi, Bun.

Baca juga: Anak Mau Berbagi Sama Teman Tapi Pelit Sama Adiknya, Kenapa? (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda