Jakarta -
Apa yang dilakukan
anak-anak memang bisa terkesan mengejutkan. Seperti yang dilakukan bocah 4 tahun bernama Leon ini. Dia sengaja mengoles krim ruam popok berwarna putih ke wajahnya. Hmm, apa alasan Leon melakukan itu?
Ibu Leon, Alison, awalnya diberitahu seorang teman bahwa ada sebuah foto lucu. Ternyata foto itu adalah gambar Leon yang sedang mengolesi wajahnya dengan krim berwarna putih yang dipakai bayi ketika mengalami ruam popok. Melihat itu, Alison kaget banget.
Khawatir akan perilaku anaknya, apalagi Leon baru berusia 4 tahun dan baru mulai sekolah, Alison mencoba bicara dari hati ke hati dengan si kecil. "Suatu malam saya bicara dengannya dan dia bertanya pada saya, 'Ibu apakah ibu bisa menyemprot wajahku supaya putih?'. Saya tanya alasannya dan dia bilang tidak ingin punya kulit cokelat," papar Alison kepada BBC.
Diakui Alison, selama ini ia memang hanya mengajak anaknya ke berbagai festival budaya Afro-Karibia tanpa menjelaskan ke Leon bahwa mereka adalah keturunan ras tersebut. Mendengar perkataan Leon Alison menjelaskan bahwa keluarga terdekat mereka punya kulit yang sama, berwarna cokelat.
"Saya bilang begitu juga saya sebagai ibunya, ayahnya, dan semua orang yang mencintai Leon semuanya berwarna kulit sama. Tapi jika di lain waktu dia ingin kulitnya jadi putih, saya nggak akan bereaksi berlebihan," tutur Alison dilansir Metro.
 Leon yang mengoleskan krim ruam. Foto: Istimewa |
Rolan Garcia, psikoterapis anak mengatakan coba bantu anak untuk lebih bisa mengekspresikan diri. Walaupun hasilnya akan mengejutkan atau membuat malu, nggak ada salahnya orang tua melakukan 'time out' dengan anak dan mengajak mereka bicara sejenak. Kata Rolan, perhatian orang tua pada hal-hal kecil yang dilakukan anak sangat penting.
Jika ada hal yang kurang tepat maka baiknya sesegera mungkin kita meluruskannya, Bun. Apalagi terkait perbedaan seperti warna kulit atau ras. Sementara itu psikolog klinis Christina Tedja yang akrab disapa Tina menekankan pada dasarnya nggak ada
anak yang rasis, semua hanya belajar dan input informasi dari sekitar.
 Ibu dari Leon. Foto: Istimewa |
Makanya, Tina berpesan hal yang perlu dihindari saat bicara dengan anak adalah ketidaksengajaan menggiring anak pada opini publik terkait perbedaan agama. Dengan kata lain cara tersimpel mengajarkan anak untuk menerima perbedaan antar agama, suku, dan etnis dimulai dari si orang tua sendiri.
"Termasuk penilaian sehari-hari terhadap orang yang beda etnis dan agama. Dengan merespons baik segala perbedaan yang ada, anak akan meniru. Sebaliknya apabila kita melihat perbedaan saja, lalu ngomel terkait kejadian itu atau protes, anak akan membentuk pola pikir yang sama," tutur Tina.
Ini diamini oleh psikolog anak, Feka Angge Pramita. Supaya anak bisa menerima perbedaan, coba jelaskan ke mereka bahwa kita hidup di tengah masyarakat yang heterogen. Bangsa Indonesia terdiri dari beragam suku, agama, dan sebagainya. Anak-anak, lanjut Feka, harus dikenalkan dengan perbedaan itu dan tanamkan ke mereka sikap saling menghormati, menghargai, dan mencintai perbedaan yang ada.
"Jadi jangan langsung melarang anak untuk berteman dengan anak yang berbeda suku, agama, dan ras," kata Feka.
(rdn)