Kesuksesan Butik Berujung Santet yang Hampir Merenggut Nyawaku
Ratih Wulan Pinandu |
HaiBunda
Rabu, 02 Oct 2019 09:45 WIB
Ilustrasi Santet/ Foto: iStock
Sebagai seorang ibu dan wanita pekerja rasanya bersalah sekali ketika sakit. Semua itu pernah ku rasakan, selama berbulan-bulan tubuhku terasa lemas tak berdaya. Seakan tulang tangan dan kaki tak mampu menopang berat badanku sendiri.
Tak ku sangka jika batuk yang menyiksa berujung asma. Napas terasa begitu sesak tak berkesudahan. Hingga pekerjaan di butik pakaian milikku pun terbengkalai.
Rasanya tak sanggup jika harus memantau karyawan dan penjualan butik dengan badan ringkih seperti ini. Sampai akhirnya, ku putuskan untuk kembali ke dokter. Bagai tersambar petir rasanya saat dokter mengatakan jika aku terindikasi TBC.
Sejak saat itu, badan terasa makin nge-drop. Bolak-balik ke dokter menjadi langganan setiap minggu. Hingga puncaknya, dokter kembali menemukan penyakit baru di tubuhku. Rasanya putus asa saat TBC dan typhus menyerang tubuh. Sesak napas dan batuk pun menggerogoti tubuhku, yang tinggal tulang berbungkus kulit. Kejadian terasa makin horor saat aku masuk rumah sakit.
Tanpa terasa, sudah setahun lebih rentetan penyakit menimpaku. Jika diingat kembali, aku mulai merasakan sakit di sekujur tubuh dari awal 2017. Tahun sudah mau berganti, namun penyakit ini tak kunjung sembuh.
Hingga suatu ketika, tubuhku tak mampu lagi bertahan. Mau tak mau, aku harus merasakan rawat inap di sebuah rumah sakit di Bandar Lampung.
Dari sinilah, kisah-kisah aneh di luar nalar mulai menyerangku. Sejak awal masuk ke kamar ruang inap, aku sudah merasakan ketidakberesan. Tiba-tiba saja, telingaku kemasukan air. Dicek ke bagian atas ruangan, tak ada atap yang bocor.
Teror berlanjut saat aku sedang tidur. Ku terbangun dengan napas tersengal-sengal, saat mengalami mimpi buruk yang masih ku ingat sampai sekarang. Tapi anehnya, tubuhku tak bisa digerakkan.
"Aku mimpi ditombak, diarahkan ke bagian perut tembus ke belakang," ungkapku pada suami, yang duduk di samping ranjang rumah sakit.
"Astaghfirullahaladzim, istighfar Bunda. Sekarang rasanya gimana?" tanya suamiku.
"Sekarang bagian perut yang terkena tombak dalam mimpi sakit, tombaknya berapi," lanjutku, sambil melirik jam dinding yang masih menunjukkan pukul 03.00 WIB pagi.
Sesaat setelah bangun tidur, tubuhku tak bisa digerakkan. Sampai akhirnya aku mencoba ruqyah mandiri, dengan membaca Alfatihah, ayat kursi, surat pendek Alquran yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas masing-masing tiga kali. Bibir tak berhenti berkomat-kamit sampai rasa sakit sedikit mereda, dan tubuhku bisa digerakkan sampai duduk.
Sepulang dari rumah sakit, aku dan suamiku akhirnya sepakat untuk melanjutkan ruqyah yang sudah kujalani beberapa kali sebelum masuk rumah sakit. Kami mulai curiga dengan sakit yang menimpaku setahun belakangan. Rasanya ada yang aneh dengan semua yang ku alami.
Apalagi saat sakit yang ku alami akan terasa bertambah parah, setiap kali aku datang ke butik. Tubuh rasanya sampai tak bisa digerakkan. Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menutup butik sementara. Meski rasannya sayang sekali melihat pertumbuhan butik, dengan omzet puluhan juta setiap bulan.
Tapi kini, yang terpikirkan hanya kesembuhanku semata. Ada anak semata wayangku yang sedang butuh kasih sayang dan perhatian dari Bundanya.
Tak ku duga, ternyata pelakunya adalah orang yang ku kenal. Klik next untuk membaca cerita selanjutnya.
Menjerit-jerit saat ruqyah
Ilustrasi Santet/ Foto: iStock
Menjerit-jerit saat ruqyah
Aku menjalani ruqyah dengan dibimbing seorang ustaz. Tapi ternyata, usaha penyembuhan ini belum juga membuahkan hasil. Sang ustaz hanya mengira ada gangguan jin seperti dialami orang-orang pada umumnya.
Hingga akhirnya, suami memutuskan untuk membawaku pulang ke kampung halaman. Di sana, keluarga besar menyarankan untuk kembali membawaku ke seorang ustaz.
Ustaz baru inilah yang kemudian menemukan ada teror mistis yang sengaja dikirimkan ke tubuh dan butikku. Selama proses ruqyah, aku merasakan mual, muntah, dan menjerit-jerit kesakitan.
Adegan yang biasa hanya ku saksikan di televisi, kini ku rasakan sendiri. Rasanya masih seperti mimpi, saat ustaz membantu untuk mengeluarkan jin dari tubuhku.
Sang ustaz kemudian mengambil buhul (benang halus atau tali penghubung gaib yang menjadi penghubung sihir) di dalam tubuhku. Aku, suami, dan keluarga sangat tercengang saat ada benda menyerupai timah berwarna putih dari kepalaku.
Setelah itu, dilanjutkan dengan 'membersihkan' butik dengan metode ruqyah. Tubuhku seketika bergidik ngeri, saat ditemukan buhul besar sebesar jari. Saat dibuka ternyata berisi tanah kuburan, kulit kukang yang di atasnya tertulis nama lengkapku. Serta ada serpihan timah seperti yang masuk ke dalam tubuhku di bungkus kain kafan.
Dari situ terbuka mata kami, apa yang menyebabkan sakit dan ketidakberesan selama setahun kemarin. Ustaz menjelaskan kalau semua itu dikirim seseorang agar butik sepi.
Setelah ditemukan buhul di tubuh dan butik, badan rasanya berangsur membaik. Tapi ternyata, semua masalah enggak berhenti sampai di sana saja.
Selang sebulan kemudian, tubuhku kembali merasakan sakit yang luar biasa. Penyakit-penyakit aneh kembali masuk ke tubuhku, menyerang tulang. Rasanya aku seperti terkena stroke yang membuat ku kepayahan.
Alih-alih mau berjalan, saat itu untuk berdiri pun rasanya susah. Dari duduk ke bangun juga sangat sakit. Saat tidur pun sulit untuk dibuat miring ke kanan dan ke kiri. Akhirnya aku intens berobat medis dan ruqyah selama tiga bulan.
Orang terdekat jadi dalangnya
Rasa penasaran akhirnya mendesakku untuk menanyakan siapa pelaku di balik kegaduhan ini. Tak disangka, orang dekat yang tega mengirim teror mistis tersebut.
Bisa dibilang, dia masih saudara kami, yang juga tinggal tak jauh dari rumah. Rasa tidak suka melihat kesuksesan usaha kami, dia berusaha mematikan usaha dan tubuhku.
Tapi, aku dan suami memilih untuk tak memperpanjang masalah. Kami memutuskan untuk menutup rapat masalah itu dari keluarga besar. Bahkan, suami menyarankan agar kami tetap berbuat baik pada orang yang bersangkutan.
Hingga kini, kami tak pernah menanyakan langsung pada orang tersebut mengenai motif dan tujuannya melakukan semua ini. Kalau bertemu pun, masih ku layangkan senyuman dan sapaan seperti tak terjadi apa-apa.
Butikku sudah lama tutup. Aku memilih mengalah demi keselamatanku dan keluarga. Selama setahun belakangan ini, akhirnya aku intens melakukan pengobatan untuk penyembuhan.
Ada hikmah di balik cobaan yang aku alami, kini ku rasakan makin dekat pada Sang Maha Kuasa. Ibadah sunnah yang awalnya ku rapal untuk mencari perlindungan, kini berubah jadi kebiasaan yang menyenangkan.
Sejak pagi hingga sore, sudah ku biasakan bibir untuk melantun dzikir dan salawat nabi. Hal ini tentu menjadi kebiasaan baik yang dapat menjaga lidah dari ucapan buruk, amarah, dan gunjingan.
Kebiasan buruk pun mulai ku tinggalkan. Hal-hal sepele coba ku ubah sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad, agar jauh dari gangguan jin dan setan. Setiap kebiasaan aku coba sesuaikan dengan adab yang diajarkan syariat Islam.
Pengobatan selama dua tahun terakhir, akhirnya aku merasakan hikmah yang luar biasa. Banyak pelajaran yang bisa diambil dari kejadian mistis yang menimpaku. Aku jadi belajar banyak tentang keikhlasan, kesabaran, dan lebih tenang.
Terpenting, kini ku sadari bahwa segala yang terjadi pasti atas izin-Nya. Hidup di dunia hanya sebentar saja, tak mau lagi diri ini membanggakan dan mengagung-agungkan masalah duniawi. Lebih baik mencari bekal sebanyak-banyaknya untuk ke akhirat.
Wallahualam bissawab. Semoga para Bunda bisa mengambil hikmah dari ceritaku.