Jakarta -
Berawal dari rasa masuk angin yang ngga
selesai-selesai, aku putuskan untuk menuju ke Bidan terdekat di 2010. Aku memang menggunakan
spiral sebagai alat kontrasepsi (KB). Tapi kok rasanya aku mual terus-menerus dan ngga mempan diberi obat warung.
Jangan-jangan aku hamil?!
"Wah, ini spiralnya kok ngga teraba ya. Coba cek dulu ya ke dokter kandungan di rumah sakit," kata si Bidan yang sudah membantu melahirkan anak pertamaku. Ucapan sesaat yang sudah membuatku ngga tenang.
Ditemani adik bungsu, aku pun menuju ke Rumah Sakit Ibu dan Anak terdekat. Benar saja, aku hamil! USG menunjukkan bahwa aku saat itu mengandung lima bulan dan si spiral sudah lepas dari tempatnya. Spiral itu terlihat di USG nyaris menempel di kepala jabang bayiku! Gusti!
Kok bisa hamil? Kan aku sudah menggunakan KP spiral? Salahku di mana?
Ilustrasi KB Spiral/ Foto: thinkstock |
Dokter yang sudah berusia lanjut itu menjelaskan bahwa ada tiga kemungkinan kenapa aku bisa kebobolan. "Pertama, karena pemasangan spiral yang kurang tepat. Kedua, karena hubungan yang intim yang terlalu agresif. Ketiga, karena spermanya yang terlalu kuat," demikian tuturnya.
Ia juga santai menjelaskan bahwa ini hal yang sudah biasa dilihat dokter kandungan. Toh nanti si spiral akan keluar di saat aku
melahirkan. Tapi anehnya sampai akhirnya aku melahirkan secara normal, Bidan tidak menyebut ada spiral yang keluar bersama ari-ari atau "jeroan'" lainnya.
Beragam penyesalan langsung menyergap. Ingat bahwa beberapa hari ini aku rajin minum obat masuk angin. Takutnya itu membuat janinku
kenapa-napa. Namun, kembali aku bertahan dengan ucapan dokter bahwa ini adalah hal normal.
Memang pada akhirnya aku melahirkan anak keduaku dengan sehat. Seluruh tubuhnya lengkap dan ngga ada spiral yang "nyangkut" di manapun. Tapi sebagai bentuk pencegahan, aku ngga lagi menggunakan spiral KB dan menggantinya dengan KB suntik. Sudah ah, kebobolanya sekali aja, hahaha!
(Cicie -Cimanggis)
**Bunda yang ingin berbagi kisah dalam Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di redaksi@haibunda.com. Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya.
(ziz/ziz)