Jakarta -
Sejak sore tanggal 31 Desember 2019 hujan udah turun.dengan derasnya. Aku enggak berpikir kalau bakalan banjir karena kuanggap hujannya enggak sebesar ini. Aku pun tetap saja tidur. Maklum, habis nyapu jalan seharian.
Tapi kemudian, anak sulungku membangunkan aku dan suami juga adik-adiknya. Dia bilang banjir, banjir. Saya pikir itu cuma hoax. Eh ternyata enggak. Saat kubuka bedeng tempat tinggalku aku lihat air sudah mengalir ke daerah rumahku. Tinggi air selutut kemudian meninggi sampai setinggi dadaku, sekitar 155cm.
Langsung saja aku selamatkan surat berharga seperti ijazah dan akta. Kebetulan rumahku berbentuk bedeng 2 lantai luas 3x2,5m. Aku selamatkan TV dan dispenser serta barang berharga. Dan kutaruh di lantai dua.
Makin lama air makin besar dan tinggi. Belum lagi hujan yang enggak kunjung berhenti. Aku dan suami juga dua anakku cuma bisa nongkrong di loteng. Untungnya, aku kayak punya feeling. Biasanya aku malas masak apalagi kalau sedang hujan.
Ilustrasi banjir/ Foto: Banjir di Pondok Gede Permai (yoki/detikcom) |
Tapi, malamnya aku masak sayur kangkung, tempe orek, tahu, dan ikan asin. Untung saja aku masak. Kalau enggak mau makan apa kami. Sebab, warung pun enggak ada yang jualan. Boro-boro beli makanan matang, akses keluar RT-ku aja tertutup air. Aku dan warga sekitar dikepung air.
Selama menunggu hujan berhenti aku hanya duduk di loteng, menikmati banjir yang terjadi. Habis, mau gimana lagi? Jelang siang, beberapa warga ada yang memberi sumbangan nasi dan lauk pauk serta baju dan bahan makanan.
Keluargaku pun cuma pakai baju yang dipakai di badan. Soalnya, sebagian baju sudah hanyut. Baju dan celana yang ada di lemari pun sudah kerendam air. Mau enggak mau aku harus mencucinya lagi. Tapi, kalau masih hujan gimana bajuku dan keluarga bisa kering.
Saat memikirkan pakaianku juga beberapa barang seperti bantal dan guling yang kubuang ke kali karena sudah enggak bisa dipakai, ada sesuatu bergerak di semak-semak. Aku panggil suamiku dan ternyata ada ular sanca kembang sama kobra lewat depan rumahku.
Untungnya ada petugas Pemda yang sedang mengecek lokasi. Dua hewan melata itu lantas bisa disingkirkan. Kini, aku hanya tinggal membersihkan rumah dengan segala lumpur dan sisa-sisa kotoran sampah.
(Kisah Bunda Ety di Jakarta)*Bunda yang ingin berbagi kisah seputar rumah tangga dan parenting di Cerita Bunda, bisa kirimkan langsung ke email redaksi kami di redaksi@haibunda.com Cerita paling menarik akan mendapat voucher belanja dari kami. dengan subjek Cerita Bunda. Ssst, Bunda yang tidak mau nama aslinya ditampilkan, sampaikan juga di email ya. Cerita yang sudah dikirim menjadi milik redaksi kami sepenuhnya. (rdn/rdn)