Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

cerita-bunda

Menyesal Dulu Sibuk Bekerja, Kini Ku Tebus Kesalahan pada Anak Kandung & Anak Suamiku

Sahabat HaiBunda   |   HaiBunda

Jumat, 05 Jul 2024 16:30 WIB

Frustrated young woman feeling tired and stressed, keeping eyes closed and massaging nose while sitting at her working place.
Ilustrasi Cerita Bunda: Menyesal Dulu Sibuk Bekerja, Kini Ku Tebus Kesalahan pada Anak Kandung & Anak Suamiku/ Foto: Getty Images/iStockphoto/nathaphat
Jakarta -

#HaiBunda hampir 3 tahun aku menjalani pernikahan kedua. Alhamdulillah suami baik dan mau menerima anakku dari pernikahan pertama, anak laki-laki usia 9 tahun.

Jujur, aku bahagia dengan pernikahan kedua ini. Kami sama-sama membawa anak dari pernikahan sebelumnya. Suami sudah punya tiga anak laki-laki usia 9 tahun, 6 tahun, dan 2 tahun. Tapi, anak bungsu suami diasuh Neneknya di kampung.

Istri pertama suami meninggal setelah melahirkan anak ketiga. Saat hamil besar, almarhumah mengalami pecah pembuluh otak. Setahun setelah kepergian istrinya, kami pun menikah melalui perkenalan singkat grup taaruf.

Aku mengurus anak-anak suami dengan penuh kasih sayang, kesabaran, bahkan melebihi anak kandung sendiri. Awal-awal memandikan anak suami, aku sampai menangis karena dulu nggak punya cukup waktu buat anak kandungku.

Waktu anakku usia 3 tahun, aku berpisah dengan ayahnya. Terpaksa, aku melanjutkan hidup dengan bekerja, pergi pagi pulang petang. Aku tinggal di rumah kakak dan menitipkan anak padanya saat aku bekerja.

Sedih banget, aku jadi nggak punya waktu untuk anak. Aku nggak tahu, dia makan siang apa, tidur siang atau enggak, apakah kakakku mengurusnya dengan baik? Saat aku pulang kerja, anakku sudah tidur karena tak jarang juga aku pulang malam.

Aku merasa bersalah pada anakku yang dibesarkan tanpa kasih sayang ayah. Dia tumbuh dewasa lebih cepat, sangat mengerti kalau Bundanya lagi nggak punya uang, dia banyak mengalah pada adik dan kakak sambungnya.

Saat ke toko mainan, dia pun lebih memilih mainan yang murah. Ya, aku berhasil mendidiknya dengan baik, tapi aku juga merasa bersalah karena mungkin dia kurang bahagia selama ini. Aku masak tiap hari untuk keluarga baru ini, tapi aku nggak tahu apa makanan kesukaan dia.

Sampai saat ini, aku masih belajar jadi ibu yang baik untuk anak-anak. Aku harus menebus kesalahan di masa lalu karena terlalu sibuk bekerja saat jadi single parent. Aku harus memberi perhatian lebih untuk anakku!

-Bunda L, Cikarang-

Mau berbagi cerita juga, Bun? Yuk cerita ke Bubun, kirimkan lewat email [email protected]. Cerita terbaik akan mendapat hadiah menarik dari HaiBunda.

(muf/muf)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda