Jakarta -
Saya sudah pernah dua kali
hamil dan melahirkan, tapi kehamilan ketiga nyatanya tidak lepas dari stres. Saat itu, anak saya yang kedua masih belum genap berusia dua tahun dan sedang sering rewel. Alhasil anak kedua saya minta sering-sering digendong.
Saya jadi merasa tertekan dan nggak menikmati
kehamilan ini. Apalagi saya harus mengurus semuanya sendiri. Hmm, kadang hal-hal kecil yang menumpuk memang bisa jadi stressor tersendiri ya.
Bicara soal stres kehamilan kedua, ketiga, dan seterusnya, Melissa S. Cohen, seorang psikoterapis di Westfield, New Jersey, berpesan agar kita tidak berpura-pura bisa mengendalikan semuanya. "Ketika Anda bertindak seperti semuanya baik-baik saja, maka semua orang akan berpikir semuanya baik-baik saja," ujar Melissa seperti dilansir Parents.
Melissa menyadari memang sulit bagi siapapun untuk mengaku merasa kewalahan. Termasuk untuk bercerita ke teman dekat saja rasanya susah ya, Bun. Tapi, jika kita diam saja juga nggak bagus lho.
"Bagi sebagian dari kita, rasanya seperti gagal meminta bantuan, tetapi jika tidak meminta bantuan, maka berisiko untuk mengembangkan depresi pascamelahirkan," sambung Melissa memperingatkan.
Kalau sudah kewalahan, Melissa menyarankan para bunda untuk menanyakan ke diri sendiri sebenarnya apa yang dibutuhkan. Jika ada teman yang menawarkan bantuan, cobalah untuk tidak berpura-pura tak butuh.
"Jika seseorang, siapa pun, bertanya apakah Anda butuh sesuatu, katakan ya dan cari tahu apa yang nanti bisa dibantu," lanjut Melissa.
Ini Bukan Kehamilan Pertama, Tapi Kok Masih Merasa Stres Ya?/ Foto: thinkstock |
Sementara itu, menurut Michelle Klavohn, family coach di Quad Cities, Illinois, bantuan yang didapat seorang ibu dampaknya bisa sangat besar. Ketika kita mendapat bantuan, maka tingkat kesabaran akan ikut meningkat dan stres berkurang.
Kita perlu ingat stres saat hamil itu berbahaya, Bun. Stres bisa memengaruhi kinerja jantung janin yang dikandung. Nggak cuma itu, kelak setelah dilahirkan, anak-anak yang lahir dari ibu yang stres saat hamil juga berisiko depresi serta mengalami masalah perilaku yang lebih tinggi di kemudian hari. Apalagi jika anak berada di lingkungan keluarga dan sekolah yang buruk. Duh, amit-amit.
Penelitian yang dilakukan psikolog di University of Zurich, Jerman menemukan saat kita stres, tubuh akan melepaskan hormon Corticotropin-releasing hormone (CRH). Hormon ini bisa memicu peningkatan hormon kortisol yang masuk melalui plasenta. Hal ini berisiko bikin bayi lahir prematur.
Dikutip dari detikHealth, psikolog Maria, M.Psi, bilang akibat perubahan hormon dan tekanan yang dihadapi, ibu hamil memang rentan stres. Nah, agar lebih rileks, ibu hamil bisa mendengarkan musik-musik yang menenangkan atau melakukan hobi yang bisa membuat mood positif.
Nah, bagus juga nih jika bergabung ke klub atau forum ibu hamil, atau bisa juga sharing dengan sesama teman yang sedang hamil. Ibu hamil juga bisa lebih rileks dengan berjalan-jalan atau melakukan olahraga khusus ibu hamil.
Psikolog Debora Basaria menyarankan ibu hamil untuk istirahat cukup dan mengonsumsi makanan yang bergizi. Menurunya, dua hal ini bisa membantu ibu hamil mendapatkan mood yang baik.
Selain itu orang-orang sekitar juga perlu membantu menghindarkan ibu hamil dari perasaan khawatir dan cemas.
(Nurvita Indarini)