Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

7 Kondisi Berbahaya yang Bisa Terjadi di Masa Nifas, Segera Kenali Gejalanya Bun

vania dinda   |   HaiBunda

Rabu, 08 Feb 2023 10:35 WIB

Beautiful woman holding a newborn baby in her arms
7 Kondisi Berbahaya yang Bisa Terjadi di Masa Nifas, Segera Kenali Gejalanya Bun /Foto: Getty Images/iStockphoto/tonefotografia

Masa nifas adalah proses keluarnya darah dari vagina mirip seperti menstruasi. Nifas terjadi karena selama hamil, Bunda tidak mengalami menstruasi. Nah, darah menstruasi pun terakumulasi di rahim dan baru dikeluarkan setelah melahirkan.

Masa nifas pasti dialami wanita pasca melahirkan, baik secara normal maupun caesar. Setelah janin berhasil dikeluarkan, nifas hadir sebagai proses alami yang dialami tubuh.

Namun, di masa yang semestinya menjadi pemulihan ini, banyak Bunda justru kewalahan dan kelelahan, entah itu karena aktivitas mengasuh bayi atau terlalu banyak tekanan dan pikiran.

Kondisi berbahaya di masa nifas

“Melahirkan adalah hal alamiah yang membawa kebahagiaan, tetapi ada beberapa hal buruk setelahnya yang bisa terjadi jika seorang ibu tidak menanganinya dengan serius,” kata Robyn MacQuarrie, seorang OB-GYN dari South Shore Women’s Health di Bridgewater, Nova Scotia.

Oleh karena itu, Bunda perlu memperhatikan kondisi diri pasca persalinan. Apalagi jika Bunda menyadari hal-hal yang tidak biasa pada hari-hari dan minggu-minggu setelah melahirkan.

Berikut kondisi di masa nifas atau pasca persalinan yang harus di waspadai, seperti yang dilansir dari Today's Parent.

1. Perdarahan 

Kondisi ini memiliki gejala seperti perdarahan hebat hingga Bunda bisa mengganti beberapa pembalut per jam. Namun, pendarahan pasca persalinan adalah salah satu dari kondisi paling umum.

Pendarahan ini sering terjadi setelah melahirkan, tetapi bisa terjadi hingga sekitar satu bulan pasca persalinan. Bagi Bunda yang menjalani operasi caesar, persalinan dengan bantuan vakum atau forsep, kehamilan kembar, persalinan lama, menderita obesitas atau gangguan tekanan darah, akan berisiko tinggi mengalami pendarahan.

Kondisi ini akan mengancam jiwa jika tidak ditangani, artinya jika Bunda curiga menderita pendarahan harus segera menghubungi dokter atau mencari bantuan medis. Penyebab umum dari perdarahan pasca persalinan seperti atonia uteri, suatu kondisi yang menyebabkan rahim kehilangan tonus otot dan kemampuannya untuk berkontraksi dengan baik, sehingga dapat menghentikan aliran darah setelah melahirkan. 

Sedangkan jika perdarahan nya tertunda dapat disebabkan oleh infeksi rahim atau retensi plasenta, artinya sebagian plasenta tetap berada di dalam rahim setelah melahirkan.

Women using it during menstruation to avoid damage to clothing.Pendarahan/ Foto: Getty Images/iStockphoto/Boyloso

2. Retensi plasenta

Kondisi ini memiliki gejala umum seperti demam, pendarahan dan gumpalan yang berlebihan, serta kram. Kondisi ini disebabkan masih adanya bagian dari plasenta yang berada di dalam rahim dalam waktu setengah jam setelah melahirkan. 

Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti rahim tidak cukup berkontraksi untuk mendorong plasenta keluar dari rahim, serviks menutup sebelum semua plasenta dikeluarkan, atau plasenta tidak dapat terlepas secara alami dari rahim dan harus dikeluarkan secara manual. 

Biasanya dokter akan memeriksa plasenta setelah Bunda melahirkan untuk memastikan tidak ada bagian yang tertinggal, karena jika ada bagian yang tertinggal bisa sulit dideteksi jika keluar berkeping-keping. Gejala utama nya adalah pendarahan hebat, diikuti dengan demam dan nyeri yang cenderung muncul dengan sendirinya paling cepat 24 jam setelah melahirkan.

Penderita retensi plasenta berisiko mengalami perdarahan pasca persalinan, yang berarti diagnosis retensi plasenta disertai dengan pengangkatan manual segera. Akan tetapi jika retensi plasenta baru terdeteksi, Bunda akan akan menjalani operasi pelebaran dan kuretase untuk mengangkat bagian plasenta yang bermasalah.

3. Sepsis 

Tanda dan gejala awal dari kondisi ini yakni demam di atas 38 derajat Celcius, panas dingin, kelelahan, dan pusing. Biasanya infeksi saluran kemih dan mastitis juga menjadi awal penyebab kondisi ini.

Sepsis memang menakutkan karena ini adalah tahap infeksi lanjut yang mengancam jiwa karena tubuh mulai mati rasa. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai infeksi pasca persalinan yang umum.

Infeksi saluran kemih, kandung kemih, payudara, darah, dan bahkan rahim, yang dikenal sebagai endometritis, jika tidak segera diobati dapat menyebabkan prekursor sepsis. 

MacQuarrie mengatakan bahwa infeksi kandung kemih adalah salah satu penyebab umumnya. Infeksi kemudian masuk ke aliran darah atau menyebabkan infeksi rahim. “Begitu infeksi berpindah dari area asalnya ke aliran darah, kita mulai mengalami sepsis,” tambah MacQuarrie.

Selain mual dan muntah, penderita sepsis sering berhenti buang air kecil, mengalami demam tinggi, dan mengalami penurunan tekanan darah. Menurutnya, jika seseorang mengalami sepsis, sulit untuk memasukkan infus untuk mendapatkan cairan agar cepat sadar dari kondisi ini.

Untuk mengetahui tanda kondisi yang berbahaya pasca persalinan, Bunda dapat klik halaman selanjutnya.

Saat masa nifas, Bunda bisa melakukan beberapa perawatan pasca melahirkan agar terasa lebih nyaman. Salah satunya mengenakan korset yang direkomendasikan untuk perawatan pasca melahirkan. Bunda mau beli produk ini? Langsung aja yuk, Bun klik di sini.

Saksikan juga yuk video tentang 5 ciri pendarahan nifas yang perlu diwaspadai:

[Gambas:Video Haibunda]



SAKIT KEPALA HINGGA BATU EMPEDU

pendarahan nifas pasca melahirkan

7 Kondisi Berbahaya yang Bisa Terjadi di Masa Nifas, Segera Kenali Gejalanya Bun /Foto: Getty Images/iStockphoto/Rowan Jordan

4. Sakit kepala epidural

Tanda dan gejala kondisi ini di awali dengan sakit kepala parah seperti migrain yang memburuk saat duduk atau berdiri, dan membaik saat berbaring. Sakit kepala memang sering terjadi jika Bunda kurang tidur pasca melahirkan, tetapi sakit kepala parah yang disertai dengan nyeri leher, mual, dan kepekaan terhadap cahaya terang kemungkinan besar adalah sakit kepala pasca tusukan dural, juga dikenal sebagai sakit kepala epidural.

Sakit kepala epidural disebabkan oleh tusukan pada selaput yang berisi cairan serebrospinal. Cairan itu membungkus sumsum tulang belakang dan otak. Kebocoran dari tusukan inilah menciptakan ketidakseimbangan tekanan dalam cairan, yang mengakibatkan sakit kepala yang parah.

Pengobatan nya membutuhkan membutuhkan ahli anestesi untuk menyuntikkan sebagian darah Bunda sendiri ke dalam cairan tulang belakang, untuk meningkatkan tekanan dan membuat gumpalan yang akan menghentikan kebocoran.

Banner 20 Mainan Paling Berbahaya

5. Trombosis vena dalam (DVT) atau Pulmonary embolism (PE)

Gejala awalnya ditandai dengan betis merah atau bengkak, sesak napas, sakit dada, sakit saat bernafas, dan detak jantung meningkat.

Gumpalan darah dalam sistem peredaran darah adalah salah satu ancaman terbesar hingga enam minggu setelah kehamilan. Karena dapat menyebabkan peningkatan estrogen dan protein pembekuan darah lainnya membuat Bunda hiperkoagulasi atau lebih mungkin mengalami pembekuan.

Bagi Bunda yang merokok, menderita diabetes, berusia di atas 35 tahun, jalani operasi caesar, atau menderita obesitas, dapat memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pembekuan darah. Kondisi ini cenderung terjadi di kaki, secara teknis dapat terbentuk di vena mana pun yang membawa darah kembali ke jantung, tetapi sulit untuk dideteksi.

Hal ini menyebabkan pembengkakan pada satu kaki, lalu akan memerah dan terasa panas saat disentuh. Gumpalan dapat diobati dengan pengencer darah setelah terdeteksi. Namun, jika gumpalan bergerak melalui sistem peredaran darah dan mencapai paru-paru, dapat mengancam jiwa.

6. Batu empedu dan penyakit kandung empedu

Gejala awalnya ditandai dengan nyeri parah seperti serangan jantung di tulang rusuk atau dada kanan atas, sulit bernafas, mual dan muntah. Kondisi ini disebabkan karena kantong empedu melambat bersama dengan sistem pencernaan Bunda selama kehamilan.

Peran kantong empedu adalah melepaskan enzim yang membantu memecah lemak dan memindahkannya ke seluruh tubuh. Tetapi peningkatan estrogen yang datang dengan kehamilan dapat menghilangkan keseimbangan enzim tersebut, sehingga mengakibatkan pembentukan batu empedu atau lumpur seperti kerikil yang menyebabkan pembengkakan dan nyeri kandung empedu, terutama setelah makan.

Jika batu empedu berkembang, mereka dapat diangkat, seperti halnya seluruh kantong empedu, tetapi idealnya hanya setelah trimester kedua atau setelah melahirkan. Jika tidak diobati, masalah kandung empedu dapat menyebabkan infeksi atau pecah.

7. Sindrom HELLP

Tanda dan gejala dari kondisi ini seperti sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri di dada kanan dan perut bagian atas, gangguan pencernaan, pembengkakan parah. Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom HELLP adalah komplikasi kehamilan yang jarang terjadi. Ini adalah jenis preeklamsia dan memiliki gejala yang serupa.

Sindrom ini biasanya terjadi pada trimester ketiga kehamilan. Namun juga bisa berkembang pada minggu pertama setelah melahirkan (postpartum preeclampsia).

Nama sindrom HELLP adalah singkatan dari:
H: Hemolysis atau penghancuran sel darah merah (sel yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh).
EL: Elevated liver enzymes atau peningkatan enzim hati (bahan kimia yang mempercepat reaksi tubuh, seperti memecah protein).
LP: Low platelet count atau Jumlah trombosit yang rendah (bagian dari darah yang membantu pembekuan).

Tidak ada penyebab yang diketahui dari sindrom HELLP. Bagi Bunda yang mengalami preeklampsia atau eklampsia (preeklampsia yang tidak terkontrol) memiliki risiko sindrom HELLP yang lebih tinggi.

Menangani sindrom HELLP mungkin termasuk minum obat untuk menurunkan tekanan darah dan mencegah kejang. Tak jarang, beberapa ari Bunda yang membutuhkan transfusi darah. Namun pada akhirnya, satu-satunya pengobatan adalah dengan cara melahirkan Si Kecil dan plasenta.

Jika Bunda mungkin merasa mengalami gejala pasca persalinan dari salah satu kondisi di atas, sebaiknya segera periksakan ke dokter ya.


(pri/pri)
Loading...

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda