
kehamilan
Pengalaman Bunda Hamil di Jepang, Utamakan Cara Alami Termasuk saat Terpapar COVID-19
HaiBunda
Minggu, 31 Mar 2024 15:02 WIB

Ketika tinggal di negara yang jauh dari asal kita, tentu penting bagi Bunda untuk melakukan penyesuaian terhadap budayanya agar dapat menjalani hidup dengan baik. Namun, adaptasi tersebut pada umumnya juga membutuhkan waktu.
Tak jarang, seorang diaspora akan mengalami culture shock ketika baru tinggal di negara tersebut. Culture shock merupakan suatu perasaan terkejut saat beradaptasi dengan suatu budaya yang jauh dari kebiasaan budaya negara asalnya. Hal ini juga dialami oleh seorang Bunda asal Indonesia yang tinggal di Jepang. Seperti apa kisahnya? Simak terus ya, Bunda.
Culture shock saat hamil di Jepang
Kisah ini datang dari seorang Bunda yang bernama Fauziyah Hasna. Ia merupakan seorang diaspora Indonesia yang tinggal di Jepang. Ternyata, Bunda yang tinggal di kota Hiroshima ini juga sedang hamil, Bunda.
Tentu, ia sempat mengalami culture shock dengan cara penanganan dokter akan kehamilan di negeri sakura tersebut. Kisahnya ini juga ia bagikan melalui akun TikTok pribadinya, @fauziyahhasna22. HaiBunda sudah mendapatkan izin untuk membagikan kisah ini, Bunda.
Di Jepang sendiri, rupanya dua garis biru pada tes kehamilan belum dianggap Bunda sudah pasti hamil, lho. Menurut Bunda Fauziyah, biasanya seorang Bunda di Jepang baru dapat dinyatakan hamil bila usia kehamilan sudah mencapai 8 minggu. Selain itu, janin juga harus terdeteksi detak jantungnya saat pemeriksaan USG.
Harus mendapatkan nutrisi dan pengobatan secara alami
Selalu mengutamakan cara yang alami, Jepang juga tidak merekomendasikan ibu hamil untuk mengonsumsi suplemen kehamilan apapun, Bunda. “Mereka hanya bilang, jaga pola makan yg sehat dan seimbang,” tulis ibu hamil yang satu ini.
Lalu bagaimana dengan asam folat? Pada dasarnya, ibu hamil di Jepang harus mengonsumsi makanan yang memang memiliki kandungan asam folat didalamnya. Jadi, tidak menggunakan suplemen untuk mendapatkan asam folat tersebut, ya.
Saat hamil, ternyata Bunda Fauziyah juga sempat terkena penyakit COVID-19, Bunda. Ia mengaku mengalami demam tinggi saat itu. Uniknya, dokter tetap tidak memberikan obat karena menghindari terlalu banyak kimia pada tubuh ibu hamil. Sehingga, Bunda Fauziah saat itu diberikan obat herbal.
Karena memiliki riwayat penyakit asma, Bunda yang tengah hamil ini bahkan juga diberikan inhaler herbal. Sebab, obat asma yang biasa ia konsumsi dianggap cenderung kurang aman bagi ibu hamil.
Ketika Bunda Fauziyah sempat mengalami demam tinggi di tengah kehamilannya, dokter pun memberikan dosis parasetamol yang lebih rendah. Hal ini lantaran parasetamol juga dianggap tidak begitu aman bagi para ibu hamil.
Ketimbang memberikan parasetamol yang berdosis 500 miligram dan harus diminum tiga kali sehari seperti pada umumnya, dokter hanya memberi Bunda Fauziyah dosis sebanyak 200 miligram. Selain itu, obat tersebut juga hanya boleh dikonsumsi satu kali dalam sehari saat tubuh sedang panas tinggi.
Saat hamil, terutama pada trimester pertama, umum bagi para Bunda untuk mengalami mual dan muntah. Akan tetapi, di Jepang justru tidak ada susu hamil sama sekali lho, Bunda. Hal yang terpenting, seorang ibu hamil harus memiliki pola makan dengan gizi yang seimbang dan harus mengonsumsi makanan yang alami, bukan dari susu.
Mungkin, terdapat juga ibu hamil yang memiliki gigi bolong. Hal ini dapat terjadi sebab memiliki kalsium yang kurang, Bunda. Namun demikian, dokter di Jepang tidak menganjurkan para ibu hamil untuk mendapatkan kalsium dari suplemen.
Artinya, Bunda yang sedang hamil di Jepang harus memperbanyak konsumsi makanan yang memang mengandung kalsium. Sebisa mungkin, mereka membuat semua pengobatan dilakukan secara alami tanpa kimia.
Mengutamakan persalinan secara normal
Di Jepang, para dokter lebih menekankan agar ibu hamil dapat melahirkan secara normal. Apabila terdapat ibu hamil yang memiliki mata minus, mereka tetap dianjurkan untuk melahirkan secara normal, lho.
Sehingga, melahirkan secara caesar hanya dilakukan apabila terdapat keadaan darurat yang membuat ibu hamil tidak dapat melahirkan secara normal. Apapun alasannya, seorang ibu hamil tetap harus mau melahirkan secara normal kecuali memiliki kondisi medis yang memang tidak memungkinkan.
Di kala ibu hamil masuk masa persalinan, ternyata mereka hanya boleh didampingi oleh satu orang, Bunda. Begitu juga dengan masa pasca melahirkan, tidak ada yang boleh menemani Bunda dan bayi saat rawat inap. Meski begitu, sang Ayah maupun keluarga tetap diberikan kesempatan untuk menjenguk.
Itulah beberapa culture shock yang dialami oleh Bunda Fauziyah semasa kehamilannya sebagai seorang diaspora di Jepang, Bunda.
Selain itu, apa saja ya tradisi kehamilan lainnya yang ada di 'Negeri Sakura' ini? Simak pada halaman berikutnya, ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TRADISI KEHAMILAN DI JEPANG
Pengalaman Bunda Hamil di Jepang, Utamakan Cara Alami Termasuk saat Terpapar COVID-19/Foto: Getty Images/iStockphoto
Mungkin, Bunda penasaran mengapa Jepang memiliki tradisi dengan semuanya harus serba alami. Padahal, tentu rasa sakit saat melahirkan juga luar biasa hebat bukan?
Meskipun merupakan negara maju, Jepang justru merupakan negara yang memiliki tingkat kelahiran tanpa rasa sakit yang rendah dibandingkan negara-negara maju lainnya. Melansir dari Tokyo Review, hanya terdapat 5,2 persen ibu hamil yang diberikan anestesi epidural atau anti-nyeri pada saat melahirkan pada tahun 2016.
Tradisi Jepang untuk ibu hamil
Uniknya, Jepang memang memiliki tradisi di mana para ibu hamil diharuskan untuk merasakan sakit pada masa persalinan. Karena negara ini memang mengutamakan semua dilakukan secara alami, maka tak jarang Bunda yang melahirkan di Jepang akan merasakan rasa sakit yang cukup hebat.
Tradisi di Jepang ini juga berasal dari sebuah kepercayaan kuno Buddha, Bunda. Menurut kepercayaan tersebut, ibu hamil harus merasakan nyeri saat persalinan sebagai bentuk ujian yang mempersiapkan mereka untuk menjadi seorang Bunda.
Meskipun saat ini sudah banyak dokter di Jepang yang menganjurkan ibu hamil untuk diberikan epidural, masih terdapat para Bunda yang tetap ingin melaksanakan tradisi melahirkan tersebut lho.
Ketika Bunda sudah memasuki masa pasca melahirkan, ternyata terdapat juga tradisi Jepang yang biasa dilakukan oleh warganya. Berikut adalah beberapa tradisi melahirkan yang umum dilakukan oleh orang Jepang.
1. Ibu hamil melahirkan tanpa ditemani suami
Seperti yang telah dikatakan oleh Bunda Fauziyah sebelumnya, Jepang memang memiliki tradisi di mana ibu hamil hanya boleh ditemani oleh satu orang saat masa persalinan. Dan ternyata, para Bunda di Jepang bahkan harus melahirkan sendiri tanpa boleh ditemani oleh suaminya, lho.
Meski begitu, terdapat kondisi di mana Ayah dapat menemani proses melahirkan sang istri dengan syarat sudah mengikuti kelas prenatal sebelumnya.
2. Tinggal di rumah orang tua setelah melahirkan
Pasca melahirkan, rupanya para Bunda di Jepang juga harus tinggal di rumah orang tuanya. Setidaknya, mereka harus tinggal di rumah tersebut selama satu bulan. Tradisi ini dilakukan agar Bunda dapat memiliki istirahat yang cukup selama 21 hari untuk memulihkan diri dan memperkuat ikatan dengan sang anak.
Dengan tinggal di rumah orang tua, Bunda juga mendapatkan bantuan dari anggota keluarga untuk melakukan pekerjaan rumah. Sehingga, fisiknya dapat tetap terjaga ketika juga baru beradaptasi dengan menjadi seorang Bunda.
3. Memberikan hidangan bagi keluarga atau teman yang menjenguk
Selama tinggal di rumah orang tua tersebut, Bunda yang baru melahirkan juga harus menyediakan hidangan bagi para tamu yang datang untuk berkunjung lho, baik itu kerabat maupun teman.
Biasanya, tamu akan diberikan makan nasi merah atau hidangan kacang merah yang juga disebut osekihan.
Demikian informasi mengenai tradisi yang biasa dilakukan oleh orang Jepang setelah melahirkan.
Saksikan juga video tentang buah yang baik untuk bumil di trimester 1:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Ramai Ibu Hamil di Jepang Rentan Terkena Slapped Cheek Syndrome, Apakah Itu?

Kehamilan
Banyak Perempuan Muda di Jepang Diperkirakan Tak akan Miliki Anak, Alasannya Mengejutkan

Kehamilan
Cerita Bunda Melahirkan di Jepang, Dapat Massage & Dinner Sebelum Pulang dari RS

Kehamilan
Tradisi Melahirkan di Jepang, Tak Boleh Pakai Anti Nyeri dan Tak Didampingi Pasangan

Kehamilan
Pengalaman Wanita RI Hamil & Melahirkan di Jepang, Dapat Tunjangan Sampai Rp50 Juta


7 Foto
Kehamilan
Hamil Anak Kedua, Intip 7 Potret Stylish Dinda Hauw saat Liburan ke Jepang
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda