
kehamilan
Melahirkan 44 Anak Kembar di Usia 41 Tahun, Bunda Ini Ternyata Alami Hiperovulasi
HaiBunda
Minggu, 24 Mar 2024 02:00 WIB

Memiliki seorang anak merupakan sebuah anugerah yang selalu dinantikan oleh pasangan suami istri. Namun, kehamilan bisa saja tak mudah untuk didapatkan oleh para pasangan yang ingin menjadi orang tua. Berbagai cara akan dilakukan oleh mereka agar segera hamil dan mendapatkan momongan.
Setelah melahirkan, tentu akan hadir berbagai tantangan lagi yang juga harus dihadapi oleh orang tua dalam merawat anaknya. Mungkin, memiliki satu anak saja akan membuat Bunda dan suami perlu beradaptasi dan belajar lagi. Tentu, hal tersebut juga tidak mudah untuk dijalani, terlebih bagi yang baru pertama kali menjadi seorang Ayah dan Bunda.
Akan tetapi, Bunda yang satu ini memiliki kasus yang berbeda. Berasal dari Uganda, seorang Bunda bernama Mariam Nabatanzi ini telah melahirkan 44 anak. Seperti apa kisahnya? Simak terus ya, Bunda.
Baca Juga : Ovulasi |
Kisah Mariam Nabatanzi yang lahirkan 44 anak
Di Uganda sendiri, setiap keluarga pada umumnya memiliki 5 hingga 6 anak. Angka tersebut juga termasuk salah satu tingkat kelahiran yang tinggi di Afrika. Namun, Mariam memiliki jumlah anak yang jauh lebih banyak daripada rata-rata.
Pada usia 12 tahun, Mariam Nabatanzi menikah dengan suaminya yang berjarak usia 28 tahun. Dari pernikahan tersebut, Mariam melahirkan dua anak kembar saat usianya 13 tahun, Bunda.
Seiring bertambahnya usia, Bunda satu ini kembali melahirkan sebanyak 42 anak saat berumur 36 tahun. Memiliki anak dengan jumlah yang sangat banyak, suami dari Mariam ini tak sanggup lagi hingga meninggalkannya untuk mengurus anak-anak mereka sendirian.
“Saya tumbuh dengan air mata, suami saya telah memberikan banyak penderitaan bagi saya. Seluruh waktu saya dihabiskan untuk mengasuh anak-anak dan bekerja untuk mendapatkan uang,” ujar Mariam, dikutip dari Mirror.
Tentu, kasus yang dialami oleh Bunda yang satu ini jarang terjadi, Bunda. Meskipun sudah meminta pertolongan dokter, kondisi Mariam ini tidak bisa dihindari. Rupanya, Mariam mengalami suatu kondisi genetik langka yang membuat ovariumnya besar.
“Kasusnya adalah kecenderungan genetik untuk mengalami hiperovulasi, yaitu melepaskan banyak sel telur dalam satu siklus, yang secara signifikan meningkatkan kemungkinan memiliki anak yang banyak; itu selalu bersifat genetik,” jelas dr. Charles Kiggundu, dokter Ginekologi di Mulago Hospital, Kampala, Uganda.
Kondisi tersebut membuat Mariam terus hamil dengan jumlah anak yang banyak. Selain itu, Mariam juga disarankan oleh dokter untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi karena hal tersebut akan memberikan masalah kepada kondisinya.
Saat ini Mariam memiliki tiga pasang anak kembar empat, empat pasang anak kembar tiga, dan enam pasang dua anak kembar. Hebatnya, Mariam tetap sanggup untuk merawat dan memberikan semua anaknya makanan dengan sendiri.
Akui tak mudah merawat anak sendiri
Menjadi seorang ibu tunggal, Mariam mengaku bahwa tak mudah untuk melakukan segalanya sendiri. Ia harus bekerja keras berkali-kali lipat dibandingkan orang tua lainnya karena jumlah anaknya yang banyak.
Berbagai pekerjaan Mariam lakukan agar dapat menafkahi ke-44 anaknya, seperti bekerja menjadi penata rambut, dekorator acara, mengumpulkan dan menjual besi tua, hingga membuat gin lokal sendiri untuk dijual sebagai obat herbal. Semua ini Mariam kerjakan karena tekad besarnya agar anak-anaknya mendapatkan kehidupan yang layak.
Akhirnya, Mariam ini mendapatkan bantuan medis setelah melahirkan anak kembar yang terakhir pada 2017. Mariam mengaku dokter harus memotong uterusnya dari dalam untuk menghindari risiko ia untuk kembali hamil.
Kondisi yang dialami oleh Mariam Nabatanzi ini juga disebut sebagai hiperovulasi, Bunda. Jika ingin mengenal hiperovulasi lebih jauh, yuk, simak informasinya pada halaman berikut.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
SERBA-SERBI HIPEROVULASI
Melahirkan 44 Anak Kembar di Usia 41 Tahun, Bunda Ini Ternyata Alami Hiperovulasi/Foto: Getty Images/iStockphoto/Pirotehnik
Mengenal hiperovulasi
Bunda, sebenarnya hiperovulasi ini bukanlah satu penyakit atau kanker. Pada dasarnya, hiperovulasi ini merupakan suatu kondisi yang kebetulan terjadi pada sebagian perempuan pada siklus menstruasinya.
Hiperovulasi ini juga dapat menyebabkan perempuan yang mengalaminya untuk lebih cepat hamil. Hal ini sebab mereka memiliki lebih banyak peluang untuk hamil dalam jangka waktu yang sama dengan seseorang yang hanya berovulasi satu sel telur setiap siklus menstruasi. Namun, perlu penelitian lebih lanjut mengenai perbedaan perempuan yang memiliki kondisi hiperovulasi dan yang tidak.
Akan tetapi, kondisi hiperovulasi ini juga dapat menyebabkan kehamilan ganda lho, Bunda. Kondisi kehamilan tersebut juga dapat meningkatkan Bunda untuk terkena tekanan darah tinggi, persalinan secara prematur, dan komplikasi lainnya.
“Rata-rata, bayi kembar terlahir secara prematur karena terbatasnya ruang untuk pertumbuhan di dalam rahim,” ujar dr. Eric Flisser, direktur medis di Reproductive Medicine Associates of New York, dikutip dari Healthline.
Tidak hanya itu, para janin dengan kondisi hiperovulasi ini cenderung berukuran lebih kecil dibandingkan dengan anak lainnya. Hal ini disebabkan oleh adanya persaingan untuk mendapatkan sumber dari sang ibu yang biasanya disediakan untuk mendukung pertumbuhan satu janin.
Lantas, apa yang sebenarnya menjadi penyebab hiperovulasi?
Penyebab hiperovulasi
1. Genetik
Seperti yang sudah dijelaskan, seseorang yang mengalami kondisi hiperovulasi ini cenderung karena adanya sifat genetik dari keluarga. Banyak yang memercayai bahwa setiap ada anak kembar dalam satu keluarga, keturunan mereka pun akan kembar juga nantinya.
2. Usia
Ternyata, usia seorang Bunda juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab hiperovulasi, lho. Menurut dr. Flisser, perempuan yang mendekati usia subur cenderung mengalami hiperovulasi. Hal ini sebab di usia remaja, seseorang memiliki sistem endokrin yang belum matang. Sistem tersebut memungkinkan hormon perangsang folikel, yaitu hormon yang menginduksi ovulasi, untuk keluar dari sistem umpan balik tubuh.
Bagi para orang dewasa yang lebih tua, berkurangnya cadangan ovarium dapat melepaskan hormon perangsang folikel yang berlebih. Sehingga, hal tersebut juga memicu periode hiperovulasi.
3. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi hormonal
Menggunakan alat kontrasepsi hormonal rupanya juga memengaruhi kondisi hiperovulasi, Bunda. Saat perempuan berhenti menggunakan alat kontrasepsi tersebut, bisa saja mereka mengalami beberapa gejala, salah satunya yaitu hiperovulasi ini. Hal ini terjadi sebab tubuh kembali mengalami penyesuaian terhadap kadar hormon yang baru.
Bunda, itulah informasi mengenai hiperovulasi dan faktor-faktor yang menjadi penyebabnya. Semoga informasinya bermanfaat ya.
Saksikan juga video tentang 3 jenis hamil kembar:
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Kisah Unik Bayi Kembar yang Lahir Berbeda Warna Kulit, Kok Bisa?

Kehamilan
Super Langka, Anak Kembar Ini Miliki Warna Kulit & Rambut yang Berbeda Jauh

Kehamilan
Menakjubkan! Wanita Hamil Lagi Saat Mengandung Anak Pertama

Kehamilan
Waspadai Mirror Syndrome pada Bayi Kembar, Kasus Langka yang Mematikan

Kehamilan
Kondisi yang Bisa Jadi Tanda-tanda Ibu Hamil Bayi Kembar


9 Foto
Kehamilan
9 Potret Gaya Busana Keluarga Kerajaan Inggris Usai Melahirkan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda