KEHAMILAN
10 Kondisi yang Meningkatkan Risiko Penebalan Dinding Rahim, Diabetes hingga PCOS
Nanie Wardhani | HaiBunda
Minggu, 11 Aug 2024 15:45 WIBPenebalan dinding rahim atau yang dikenal dengan istilah medis sebagai hiperplasia endometrium, adalah kondisi yang perlu diwaspadai oleh Bunda, terutama menjelang atau setelah masa menopause. Meskipun kondisi ini tidak selalu berbahaya, namun penebalan dinding rahim bisa menjadi tanda awal dari masalah kesehatan yang lebih serius, seperti kanker endometrium.
Beberapa faktor dapat meningkatkan risiko terjadinya penebalan dinding rahim. Dari usia yang semakin bertambah hingga adanya riwayat keluarga dengan kanker rahim atau ovarium, berbagai kondisi ini dapat memengaruhi kesehatan reproduksi Bunda.
Apa yang perlu Bunda pelajari tentang ini?
Mengenal kondisi penebalan dinding rahim atau hiperplasia endometrium
Dilansir Yale Medicine, hiperplasia endometrium adalah kondisi yang perlu diwaspadai, di mana terjadi penebalan dinding rahim yang tidak normal.
Kondisi ini bisa menyebabkan gejala yang cukup mengganggu bagi Bunda, seperti menstruasi yang sangat berat, perdarahan setelah menopause, dan anemia akibat perdarahan yang berlebihan.
Kondisi ini paling sering dialami oleh perempuan yang berusia 50 hingga 60 tahun, terutama mereka yang telah memasuki masa menopause. Namun, hiperplasia endometrium juga dapat terjadi pada Bunda yang sedang dalam masa perimenopause, yaitu masa transisi di mana menstruasi masih terjadi tetapi tidak teratur. Jika tidak ditangani, hiperplasia endometrium bisa berkembang menjadi kanker endometriu.
Penyebab penebalan rahim
Penyebab utama penebalan rahim atau hiperplasia endometrium adalah meningkatnya kadar hormon estrogen yang tidak diimbangi oleh hormon progesteron. Saat hormon estrogen meningkat, sel-sel pada dinding rahim akan terus tumbuh sebagai respons dari peningkatan hormon ini.
Kemudian, sel-sel tersebut akan menyatu dan berkembang tanpa bisa dikendalikan. Inilah alasan mengapa hiperplasia endometrium berpotensi berkembang menjadi kanker. Kondisi ini umumnya terjadi pada Bunda yang telah memasuki masa menopause, saat proses ovulasi berhenti dan hormon progesteron tidak lagi diproduksi.
Namun, penebalan dinding rahim juga dapat terjadi pada masa perimenopause, yaitu saat proses ovulasi menjadi tidak teratur.
Tanda-tanda penebalan rahim
Ada beberapa tanda-tanda penebalan rahim yang perlu Bunda perhatikan. Beberapa di antaranya adalah:
1. Periode menstruasi berlangsung lebih lama
Salah satu tanda yang paling sering muncul pada kondisi penebalan rahim adalah durasi menstruasi yang lebih panjang dari biasanya. Jika biasanya Bunda mengalami menstruasi selama 3 hingga 7 hari, pada kondisi ini menstruasi bisa berlangsung lebih dari waktu tersebut.
Hal ini disebabkan oleh penebalan lapisan rahim yang memengaruhi proses peluruhan dinding rahim, sehingga membutuhkan waktu lebih lama untuk tuntas.
2. Jumlah darah yang keluar saat menstruasi lebih banyak dari biasanya
Selain durasi yang lebih panjang, volume darah yang keluar saat menstruasi juga bisa menjadi lebih banyak. Bunda mungkin perlu mengganti pembalut lebih sering dari biasanya karena mungkin mengalami pendarahan yang sangat deras.
3. Siklus Menstruasi Tidak Teratur
Penebalan rahim juga dapat menyebabkan siklus menstruasi menjadi tidak teratur. Salah satu contohnya adalah jika jarak antara siklus menstruasi bulan ini dengan bulan sebelumnya kurang dari 21 hari.
4. Perdarahan vagina meski sudah menopause
Tanda yang paling mengkhawatirkan dari penebalan rahim adalah perdarahan vagina setelah Bunda memasuki masa menopause. Pada kondisi normal, setelah menopause, Bunda seharusnya tidak lagi mengalami menstruasi.
Gejala-gejala ini penting untuk diwaspadai dan tidak boleh diabaikan, terutama jika Bunda telah memasuki masa menopause. Mengenali tanda-tanda ini sejak dini dapat membantu mencegah komplikasi lebih lanjut dan memastikan Bunda mendapatkan penanganan yang tepat.
Kondisi yang meningkatkan risiko penebalan dinding rahim
Tentunya, ada beberapa kondisi yang bisa meningkatkan resiko penebalan dinding rahim. Berikut berbagai kondisinya yang bisa Bunda pelajari.
1. Usia di atas 35 tahun
Seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 35 tahun, risiko penebalan dinding rahim akan meningkat. Ini karena perubahan alami dalam tubuh Bunda yang memengaruhi keseimbangan hormon.
2. Riwayat keluarga dengan kanker rahim atau kanker ovarium
Jika ada anggota keluarga, seperti ibu atau saudara perempuan, yang pernah mengalami kanker rahim atau kanker ovarium, maka risiko Bunda untuk mengalami penebalan dinding rahim juga lebih tinggi.
3. Perubahan hormon menjelang menopause (Pramenopause) atau saat menopause
Pada masa pramenopause dan menopause, tubuh Bunda mengalami perubahan hormon yang signifikan. Fluktuasi hormon ini dapat menyebabkan pertumbuhan lapisan rahim yang tidak teratur, sehingga meningkatkan risiko penebalan rahim.
4. Efek samping terapi hormon estrogen
Terapi hormon yang hanya mengandung estrogen tanpa disertai progesteron dapat menyebabkan lapisan rahim tumbuh berlebihan, yang pada akhirnya meningkatkan risiko penebalan rahim.
5. Siklus menstruasi tidak teratur
Jika Bunda sering mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, misalnya jarak antar menstruasi yang terlalu pendek atau terlalu panjang, hal ini bisa menjadi tanda adanya masalah hormonal yang juga dapat memicu penebalan dinding rahim.
6. Gangguan organ reproduksi, seperti PCOS
Kondisi seperti infertilitas atau sindrom ovarium polikistik (PCOS) dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon dalam tubuh, yang dapat meningkatkan risiko penebalan rahim.
7. Obesitas
Berat badan yang berlebih atau obesitas dapat mempengaruhi kadar hormon dalam tubuh Bunda. Lemak tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan produksi estrogen, yang pada akhirnya bisa memicu penebalan rahim.
8. Penyakit tertentu
Beberapa penyakit kronis seperti diabetes, gangguan tiroid, atau masalah kandung empedu dapat memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh dan meningkatkan risiko terjadinya penebalan dinding rahim.
9. Kebiasaan merokok
Merokok dapat memengaruhi kesehatan reproduksi Bunda dan mengganggu keseimbangan hormon, yang pada akhirnya dapat meningkatkan risiko penebalan rahim.
10. Hormon Estrogen dan Progesteron tidak seimbang
Ketidakseimbangan antara hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh Bunda, di mana kadar estrogen lebih tinggi, dapat menyebabkan lapisan rahim tumbuh berlebihan dan menebal.
Demikian penyebab utama penebalan dinding rahim hingga faktor risiko yang meningkatkan potensi terjadinya hiperplasia endometrium. Dengan mengetahui kondisi-kondisi ini, Bunda bisa lebih waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan untuk menjaga kesehatan rahim. Semoga bermanfaat!
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)Simak video di bawah ini, Bun:
PCOS Sering Disebut Penghambat Hamil, Kenali Gejala & Cara Mengatasinya, Yuk!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Bunda yang Alami Penebalan Dinding Rahim Apakah Harus Dioperasi? Simak Penyembuhan yang Aman
Kenali Ciri-ciri Penebalan Dinding Rahim dan Dampaknya untuk Kesehatan Reproduksi
Penebalan Dinding Rahim Seperti Apa yang Tidak Normal? Ini Penjelasannya, Bun
Alami Penebalan Dinding Rahim, Bisakah Bunda Hamil?
TERPOPULER
Cerita Haru Marshanda Kini Tinggal bersama Sienna, Siapkan Sarapan hingga Antar ke Sekolah
20 Arti Mimpi Mau Melahirkan, Benarkah Pertanda Baik?
95 Persen Obat Belum Teruji Aman untuk Ibu Menyusui, Apa Risikonya?
Tempat Tidur Bayi: Kriteria Memilih, Tips Penempatan, dan Rekomendasinya
7 Tips Karier untuk Fresh Graduate, Bikin CV hingga Persiapan Interview Kerja
REKOMENDASI PRODUK
7 Merek Pelumas Vagina yang Aman untuk Berhubungan Intim & Cara Memilihya
Dwi Indah NurcahyaniREKOMENDASI PRODUK
9 Rekomendasi Susu UHT untuk Anak & Panduan Memilih yang Terbaik
KinanREKOMENDASI PRODUK
Review Professional Air Fryer Oxone vs Glasstop Smart Fryer, Mana Pilihan Bunda?
Tim HaiBundaREKOMENDASI PRODUK
10 Rekomendasi Lipstik Glossy Tahan Lama, Cocok Dipakai Seharian
Amira SalsabilaREKOMENDASI PRODUK
3 Pilihan Cooler Bag untuk ASI, Mana yang Paling Praktis & Tahan Lama?
Ratih Wulan PinanduTERBARU DARI HAIBUNDA
5 Potret Pinkan Mambo Ngontrak di Rumah Mewah, Jadi Tempat Usaha Jualan Donat
Tempat Tidur Bayi: Kriteria Memilih, Tips Penempatan, dan Rekomendasinya
95 Persen Obat Belum Teruji Aman untuk Ibu Menyusui, Apa Risikonya?
20 Arti Mimpi Mau Melahirkan, Benarkah Pertanda Baik?
Cerita Haru Marshanda Kini Tinggal bersama Sienna, Siapkan Sarapan hingga Antar ke Sekolah
FOTO
VIDEO
DETIK NETWORK
-
Insertlive
Siapa Umi Cinta? Bikin Pengajian di Bekasi Janjikan Masuk Surga Jika Bayar Infak Rp1 Juta
-
Beautynesia
5 Hal yang Perlu Kamu Tahu Tentang Boy Group Baru BIGHIT Music, CORTIS
-
Female Daily
Sering Work form Anywhere? Ini 3 Pilihan Laptop yang Cocok untuk Kerja!
-
CXO
GOT7 Rilis Album Baru, Persiapan Harus Lewat Video Call Karena Hal Ini
-
Wolipop
Song Joong Ki Comeback Main Drakor My Youth, Jadi Penjual Bunga Ganteng
-
Mommies Daily
Waspada! 12 Kesalahan Orang Tua yang Bikin Anak Remaja Rentan Terjebak Toxic Relationship