
kehamilan
Mengenal Hiperplasia, Kondisi Penebalan pada Lapisan Rahim
HaiBunda
Kamis, 31 Oct 2024 15:25 WIB

Hiperplasia adalah kondisi prakanker yang ditandai dengan penebalan lapisan rahim yang tidak teratur. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala yang tidak nyaman bagi perempuan. Gejalanya termasuk periode menstruasi yang berat, perdarahan pasca menopause, dan anemia akibat perdarahan yang berlebihan.
Hiperplasia endometrium paling umum terjadi pada perempuan berusia 50-an dan 60-an yang telah mengalami menopause. Kondisi ini juga dapat terjadi pada perempuan yang sedang dalam masa perimenopause, yaitu kondisi transisi di mana perempuan masih mengalami periode menstruasi tetapi tidak teratur.
Jika tidak diobati, hiperplasia endometrium dapat berkembang menjadi kanker endometrium. Apabila kondisi ini bisa dikelola secara efektif, maka akan membantu menurunkan risiko hiperplasia endometrium berkembang menjadi kanker.
Artikel kali ini akan membahas tentang hiperplasia pada rahim, penyebab, gejala, hingga pengobatannya. Simak penjelasannya berikut ini ya, Bunda.
Apa itu hiperplasia?
Hiperplasia adalah penebalan lapisan rahim yang tidak teratur, yang membuat pengidapnya bisa memiliki risiko kanker rahim. Kenapa bisa menebal? Untuk Bunda ketahui lebih dahulu bahwa selama masa subur perempuan, rahimnya membentuk lapisan setiap bulan.
Jika terjadi pembuahan, lapisan rahim berfungsi sebagai bantalan bagi janin saat tumbuh di dalam rahim. Jika pembuahan tidak terjadi, lapisan rahim akan luruh melalui menstruasi. Setiap bulan siklus dimulai lagi.
Dilansir Yale Medicine, akar penyebab hiperplasia endometrium adalah ketidakseimbangan antara estrogen dan progesteron, Bunda. kondisi ini dapat berarti bahwa lapisan tidak luruh sepenuhnya setiap bulan.
Ketika terjadi penebalan lapisan rahim yang tidak biasa, hal itu dapat mengakibatkan apa yang dikenal sebagai hiperplasia endometrium. Kondisi ini dikaitkan dengan periode menstruasi yang berat, siklus menstruasi yang pendek (oligomenore), dan perdarahan pasca menopause.
Pada perempuan dengan hiperplasia endometrium, sel-sel yang terkumpul di lapisan rahim bersifat abnormal dan dapat, seiring waktu, menjadi kanker. Karena alasan ini, perempuan dengan periode menstruasi yang berat dan gejala hiperplasia endometrium lainnya tidak boleh menunda untuk mencari diagnosis dan pengobatan.
Penyebab hiperplasia
Mengutip laman Cleveland Clinic, orang dengan hiperplasia endometrium menghasilkan terlalu banyak estrogen dan tidak cukup progesteron. Hormon-hormon ini memainkan peran penting dalam menstruasi dan kehamilan. Selama ovulasi, estrogen menebalkan endometrium, sementara progesteron mempersiapkan rahim  untuk kehamilan. Jika pembuahan tidak terjadi, kadar progesteron turun. Penurunan progesteron memicu rahim untuk melepaskan lapisannya saat menstruasi.
Orang yang mengalami hiperplasia endometrium hanya menghasilkan sedikit progesteron, jika ada. Akibatnya, rahim tidak melepaskan lapisan endometriumnya. Sebaliknya, lapisan tersebut terus tumbuh dan menebal. Sel-sel yang membentuk lapisan tersebut dapat tumbuh berdekatan dan menjadi tidak teratur.
Jenis hiperplasia
Hiperplasia berdasarkan dikategorikan dalam beberapa jenis:
Hiperplasia endometrium jinak
Hiperplasia endometrium sederhana atau jinak (tanpa atipia). Jenis hiperplasia endometrium ini memiliki sel-sel yang tampak normal yang tidak mungkin menjadi kanker (tanpa atipia berarti kecil kemungkinannya menjadi kanker). Kondisi ini dapat membaik tanpa pengobatan atau dokter dapat merekomendasikan pengobatan dengan hormon.
Neoplasia intraepitelial endometrium (EIN)
Yang kedua adalah Neoplasia intraepitelial endometrium (EIN) atau dengan atipia. Jika jenis hiperplasia endometrium adalah atipikal atau dengan atipia, maka kemungkinannya untuk menjadi kanker lebih tinggi. Tanpa pengobatan, risiko kanker endometrium atau rahim meningkat.
Adenokarsinoma endometrium
Adenokarsinoma endometrium atau juga disebut kanker endometrium. Ini bermula di sel-sel lapisan dalam rahim (endometrium). Ini adalah jenis kanker yang paling umum di rahim. Perlu ada penindakan lebih lanjut dari dokter untuk pengobatannya agar kankernya tak menyebar.
Gejala hiperplasia
Apa saja gejala hiperplasia endometrium? Orang dengan hiperplasia endometrium mungkin mengalami:
- Perdarahan menstruasi yang tidak normal atau pendarahan di antara periode menstruasi.
- Siklus menstruasi yang pendek (kurang dari 21 hari).
- Perdarahan menstruasi yang banyak.
- Perdarahan setelah menopause.
- Tidak mengalami menstruasi sama sekali (amenore).
Banyak dari gejala-gejala ini umum terjadi pada orang yang sedang dalam masa transisi menuju menopause, Bunda. Transisi menuju menopause sering kali ditandai dengan menstruasi yang tidak teratur atau melewatkan menstruasi. Berkonsultasi dengan dokter mengenai gejala-gejala yang dialami sehingga mereka dapat menentukan apakah pemeriksaan hiperplasia endometrium diperlukan.
Diagnosis hiperplasia endometrium
Jika dokter mencurigai adanya hiperplasia endometrium, mereka mungkin akan merekomendasikan beberapa tes tambahan seperti:
1. Ultrasonografi
USG transvaginal adalah alat pencitraan yang menunjukkan bagian dalam rahim dan memungkinkan dokter untuk melihat apakah lapisan rahim lebih tebal dari yang seharusnya.
2. Biopsi
Jika lapisan rahim terlalu tebal, biopsi akan ditawarkan untuk mendiagnosis kondisi tersebut. Dalam kebanyakan kasus, ini dapat dilakukan di klinik.
3. Histeroskopi
Dalam beberapa kasus, diperlukan prosedur yang dikenal sebagai dilatasi dan kuretase (disebut D&C) dan histeroskopi, dapat dilakukan dengan sedikit sedasi. Dalam prosedur ini, dokter memasukkan histeroskop berupa tabung yang dilengkapi kamera dan lampu, ke dalam vagina, melalui serviks, dan ke dalam rahim. Ini memungkinkan dokter untuk melihat ke dalam rahim.
Pengobatan hiperplasia
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), hiperplasia endometrium dapat diobati dengan progestin. Progestin diberikan secara oral, dalam bentuk suntikan, dalam alat kontrasepsi dalam rahim (IUD), atau sebagai krim vagina. Seberapa banyak dan berapa lama pasien tersebut meminumnya tergantung pada usia dan jenis hiperplasia. Pengobatan dengan progestin dapat menyebabkan perdarahan vagina seperti menstruasi.
Jika mengalami perubahan EIN pada lapisan rahim, risiko kanker meningkat. Histerektomi dapat menjadi pilihan pengobatan jika tidak menginginkan kehamilan lagi. Bunda dapat membicarakan dengan dokter kandungan tentang pengobatan yang tepat.
Cara mencegah hiperplasia
Bunda dapat mengambil langkah-langkah berikut untuk mengurangi risiko hiperplasia endometrium:
- Jika Bunda mengonsumsi estrogen setelah menopause, Bunda juga perlu mengonsumsi progestin atau progesteron.
- Jika menstruasi tidak teratur, pil KB mungkin direkomendasikan. Pil tersebut mengandung estrogen bersama dengan progestin. Bentuk progestin lain juga dapat dikonsumsi.
- Jika Bunda kelebihan berat badan, menurunkan berat badan dapat membantu.
Kapan harus ke dokter?
Jika muncul gejala yang telah disebutan di atas, disarankan untuk ke dokter, Bunda. Dokter dapat menentukan apakah seorang perempuan mengalami hiperplasia endometrium atau tidak dengan mempelajari riwayat medis dan gejalanya, melakukan pemeriksaan fisik, dan menawarkan tes diagnostik.
Selama pemeriksaan medis, dokter akan menanyakan riwayat perdarahan menstruasi tidak teratur pada perempuan, serta rincian tentang riwayat menstruasinya seperti kapan periode menstruasinya dimulai, kapan berakhir (jika ada). Lalu, berapa lama siklus menstruasinya dan apakah dia pernah hamil. Dokter juga harus menanyakan tentang penggunaan obat-obatan, khususnya tamoxifen atau estrogen.
Pemeriksaan panggul mungkin normal dilakukan, karena hiperplasia endometrium tidak menyebabkan perubahan fisik pada sistem reproduksi.Â
Semoga informasi mengenai hiperlasia endometrium di atas dapat menjadi petunjuk kesehatan reproduksi Bunda ya. Segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami menstruasi yang tidak teratur, untuk mengetahui kondisi tubuh yang sebenarnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(rap/rap)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
Bunda yang Alami Penebalan Dinding Rahim Apakah Harus Dioperasi? Simak Penyembuhan yang Aman

Kehamilan
Kenali Ciri-ciri Penebalan Dinding Rahim dan Dampaknya untuk Kesehatan Reproduksi

Kehamilan
Berbagai Penyebab Penebalan Dinding Rahim dan Alternatif untuk Mengatasinya

Kehamilan
Penyebab dan Cara Mencegah Penebalan Dinding Rahim atau Hiperplasia Endometrium

Kehamilan
8 Penyebab Penebalan Dinding Rahim, Salah Satunya Kegemukan Nih Bun


10 Foto
Kehamilan
10 Bunda Seleb Pernah Gagal Program Bayi Tabung, Ada yang Mencoba Enam Kali
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda