
kehamilan
Ibu Hamil dengan Hipertensi, Apakah Boleh Diinduksi saat Persalinan?
HaiBunda
Sabtu, 17 Aug 2024 12:03 WIB

Daftar Isi
Ibu hamil yang memiliki kondisi kesehatan tertentu seperti hipertensi perlu mendapatkan perhatian ekstra. Hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janinnya. Jika ibu hamil hipertensi, apakah bisa diinduksi saat persalinan?
Ibu hamil dengan hipertensi mungkin merasa khawatir menjelang akhir persalinan, ini berkaitan dengan komplikasi yang bisa terjadi pada Bunda dan janinnya.
Dilansir Romper, salah satu kekhawatiran ibu hamil adalah tiba-tiba mengalami hipertensi. Bagaimana jika harus diinduksi?
Tekanan darah tinggi pada ibu hamil
Greg Marchand, MD, FACOG, FACS, Ahli Bedah Master Terakreditasi/Bersertifikat di MIGS, dokter kandungan dan ginekologi bersertifikat, mengatakan bahwa tekanan darah tinggi dapat menjadi sesuatu yang hanya perlu dipantau, atau bisa juga merupakan tanda kondisi yang lebih serius. Apa pun itu, itu bukanlah sesuatu yang boleh diabaikan.
"Alasan mengapa dokter kandungan dan ginekologi memantau tekanan darah Anda selama kehamilan adalah karena tekanan darah tinggi dapat menimbulkan risiko komplikasi bagi ibu dan bayi," kata Marchand.
Menurut Marchand, tekanan darah tinggi dapat memengaruhi perkembangan plasenta, menyebabkan persalinan prematur, berat badan lahir rendah, dan lepasnya plasenta. Dokter biasanya akan menyarankan ibu hamil diinduksi sebelum tanggal persalinan karena melahirkan itu akan menurunkan tekanan darah tinggi.
"Tetapi ini benar-benar tergantung pada seberapa tinggi tekanan darahnya," tulis Marchand.
Tekanan darah tinggi biasanya tidak menjadi masalah jika pertama kali muncul saat ibu hamil siap melahirkan. Jika Bunda mengetahui mengalami hipertensi saat persalinan, cobalah untuk tidak stres.
Apabila tekanan darah ibu hamil sangat tinggi, kata Marchand, dokter akan memberikan obat untuk mencoba menurunkannya dan mencegah potensi kejang, yang menurutnya jarang terjadi.
Hipertensi mempersulit sekitar 10 persen dari semua kehamilan. Ada beberapa jenis hipertensi selama kehamilan dan berkisar dari yang ringan hingga yang serius. Bentuk-bentuk hipertensi selama kehamilan meliputi:
- Hipertensi kronis: Tekanan darah tinggi yang terjadi sebelum kehamilan atau didiagnosis sebelum usia kehamilan 20 minggu.
- Hipertensi gestasional: Tekanan darah tinggi pada akhir kehamilan atau setelah 20 minggu kehamilan, tanpa adanya protein dalam urine atau tanda lain dari preeklamsia.
- Preeklamsia: Kondisi ibu bisa berbahaya, biasanya berkembang pada paruh kedua kehamilan dan menyebabkan hipertensi, protein dalam urine dan pembengkakan umum pada orang hamil. Ini dapat mempengaruhi organ lain dalam tubuh dan menyebabkan kejang (eklamsia).
- Hipertensi kronis dengan superimposed preeklamsia: Orang hamil yang memiliki hipertensi kronis berada pada peningkatan risiko untuk mengembangkan preeklamsia.
Faktor risiko hipertensi
Bunda lebih mungkin memiliki hipertensi jika:
- Memiliki anggota keluarga yang memiliki hipertensi, penyakit kardiovaskular atau diabetes.
- Usia lebih dari 55 tahun.
- Kelebihan berat badan.
- Tidak cukup berolahraga.
- Makan makanan tinggi natrium (garam).
- Merokok atau menggunakan produk tembakau.
- Peminum berat (lebih dari dua gelas sehari pada pria dan lebih dari satu gelas sehari pada wanita).
![]() |
Tanda-tanda tekanan darah tinggi selama kehamilan
Marchand menjelaskan, salah satu hal yang paling menakutkan dari tekanan darah tinggi adalah biasanya tidak ada tanda-tanda bahwa hal itu terjadi.
"Kasus yang parah mungkin disertai sakit kepala di bagian belakang kepala, bintik-bintik buta pada penglihatan, atau muntah baru," kata Marchand.
Namun untuk tekanan darah ringan, ibu hamil mungkin tidak mengetahuinya sampai pergi ke dokter kandungan dan ginekologi.
Apakah perlu induksi jika hipertensi?
Marchand bilang, ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi bukan berarti akan diinduksi. Dokter perlu mengecek seberapa tinggi tekanan darahnya, itu sangat penting. Pada beberapa kasus, tidak apa-apa mencoba dan menunggu persalinan secara alami.
"Tekanan darah tinggi ringan dapat dipantau hingga 39 minggu jika tidak disertai dengan protein dalam urine atau tanda-tanda masalah organ lainnya, yang akan menjadikannya preeklamsia,” kata Marchand.
Menurutnya, induksi pada ibu hamil itu cukup sering terjadi dan sangat umum. Itu bahkan mungkin sesuatu yang perlu dipertimbangkan jika Bunda mencoba menghindari operasi caesar.
Marchand menyampaikan bahwa data baru menunjukkan bahwa induksi pada usia kehamilan 39 minggu mengurangi angka operasi caesar, jadi jika dokter merekomendasikannya saat itu karena tekanan darah tinggi atau masalah lain, sebaiknya pertimbangkan.
Ada beberapa alasan paling umum untuk melakukan induksi adalah:
- Pilihan untuk mengurangi risiko operasi caesar.
- Kadar cairan ketuban rendah.
- Diabetes.
- Penyakit spektrum preeklamsia.
- Pecah ketuban.
Untuk itu, bila ibu hamil dengan hipertensi membutuhkan induksi saat persalinan, dokter tentu akan mengecek terlebih dulu. Jika masih bisa dikontrol, tak perlu induksi dan mengupayakan persalinan secara alami. "Berkomunikasi dengan dokter kandungan dan ginekologi Anda tentang pilihan terbaik untuk persalinan," ujarnya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT

Kehamilan
13 Rekomendasi Makanan Penurun Tekanan Darah Tinggi bagi Ibu Hamil

Kehamilan
7 Makanan Pemicu Darah Tinggi pada Ibu Hamil, Makanan Kaleng hingga Kafein

Kehamilan
5 Cara Mudah Menurunkan Darah Tinggi untuk Ibu Hamil

Kehamilan
5 Jenis Hipertensi yang Perlu Diwaspadai Ibu Hamil

Kehamilan
Ini Dampak Tekanan Darah Tinggi Sebelum Hamil


5 Foto
Kehamilan
Potret Ade Govinda & Indiarisa Sambut Kelahiran Anak Pertama, Banjir Ucapan dari para Musisi
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda