KEHAMILAN
6 Tanda Bahaya Persalinan yang Tidak Boleh Diabaikan
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Rabu, 30 Oct 2024 15:25 WIBSejak trimester pertama kehamilan, Bunda sudah bisa menyiapkan fisik dan mental untuk persiapan melahirkan. Salah satu yang perlu dipahami adalah tanda bahaya persalinan yang tidak boleh diabaikan.
Ya, persalinan adalah proses yang menantang dan bisa jadi panjang bagi beberapa Bunda. Mempersiapkan diri dengan pengetahuan dan informasi terkait tanda bahaya persalinan sangat penting untuk mencegah risikonya.
Sebelum membahasnya lebih lanjut, Bunda perlu ketahui dulu bahwa persalinan adalah proses saat janin dan plasenta meninggalkan uterus atau rahim. Persalinan dapat terjadi dengan dua cara, yakni melalui vagina/ pervaginam (melalui jalan lahir) atau dengan operasi caesar (pembedahan).
Dilansir laman Johns Hopkins Medicine, dalam proses persalinan pervaginam terjadi serangkaian kontraksi rahim yang terus-menerus, yang membuat serviks melebar dan menipis. Hal tersebut memungkinkan janin bergerak melalui jalan lahir.
Persalinan biasanya dibagi menjadi tiga tahap, yakni dilatasi dan penipisan serviks, proses mengejan, dan melahirkan plasenta. Tanda-tanda untuk memulai persalinan sudah dapat dimulai dua minggu sebelum atau setelah Hari Perkiraan Lahir (HPL).
Tanda bahaya persalinan
Sebelum melahirkan, Bunda perlu mengetahui tanda bahaya yang mungkin terjadi jelang atau saat persalinan. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, seperti mengutip Buku Kesehatan Ibu dan Anak revisi 2020, ada enam tanda bahaya persalinan, yakni:
- Perdarahan lewat jalan lahir
- Ibu hamil mengalami kejang
- Bunda tidak kuat mengejan
- Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
- Air ketuban hijau dan berbau
- Bunda gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Melansir dari berbagai sumber, berikut penjelasan lengkap terkait 6 tanda bahaya persalinan yang perlu Bunda ketahui:
1. Perdarahan lewat jalan lahir
Perdarahan lewat jalan lahir atau perdarahan postpartum dapat menjadi tanda bahaya persalinan, Bunda. Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekolog, Julie S. Moldenhauer, MD, perdarahan berlebihan dari rahim mengacu pada kehilangan lebih dari 2 liter darah atau mengalami gejala kehilangan darah signifikan yang terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan.
"Setelah bayi lahir, pendarahan berlebihan dari rahim merupakan masalah. Biasanya, seorang perempuan kehilangan sekitar 1 liter darah selama dan setelah melahirkan pervaginam. Darah hilang karena beberapa pembuluh darah terbuka saat plasenta terlepas dari rahim. Kontraksi rahim membantu menutup pembuluh darah ini hingga pembuluh darah dapat pulih," ujar Moldenhauer, dikutip dari MSD Manual.
"Sementara itu, persalinan sesar menyebabkan kehilangan darah sekitar dua kali lipat dibandingkan persalinan pervaginam. Sebagian karena persalinan ini memerlukan sayatan di rahim, dan banyak darah dipompa ke rahim selama kehamilan."
Salah satu penyebab perdarahan di jalan lahir adalah rahim tidak mulai berkontraksi setelah melahirkan. Jika hal itu terjadi, maka pembuluh darah yang terbuka saat plasenta terlepas akan terus mengeluarkan darah.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), perdarahan postpartum merupakan penyebab utama kematian ibu di seluruh dunia. Setiap tahun, sekitar 14 juta perempuan mengalami perdarahan postpartum yang mengakibatkan sekitar 70.000 kematian ibu di seluruh dunia.
2. Ibu hamil mengalami kejang
Kejang saat persalinan dapat disebabkan karena eklamsia. Ulasan di National Library of Medicine menjelaskan bahwa eklampsia merupakan komplikasi hipertensi yang mengancam jiwa pada kehamilan, ditandai dengan kejang yang terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya penyebab neurologis lainnya.
Eklamspia dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan, dengan risiko tertinggi pada minggu pertama pasca persalinan. Eklamsia dapat muncul secara tiba-tiba, terutama pada ibu hamil yang mengalami preeklamsia atau tekanan darah yang tinggi dan kelebihan protein dalam urine.
"Eklampsia paling sering terjadi dalam 48 jam pertama pasca persalinan. Namun, kondisi ini dapat terjadi sebelum, selama, atau setelah persalinan. Risiko kejadian tertinggi terjadi dalam minggu pertama pasca persalinan. Dalam beberapa kasus, eklampsia dapat terjadi tanpa tanda-tanda preeklampsia sebelumnya," demikian isi ulasan tersebut.
Seorang Bunda yang mengalami eklamsia memiliki risiko tinggi mengalami solusio plasenta, persalinan prematur, masalah pembekuan darah, stillbirth (lahir mati), dan kematian.
3. Ibu tidak kuat mengejan
Dilansir Baby Center, mengejan merupakan tahap kedua dari persalinan yang dimulai saat serviks telah melebar sepenuhnya hingga 10 sentimeter (cm). Setelah terbuka sepenuhnya, Bunda dapat langsung mengejan, atau bisa beristirahat sejenak pada tahap ini dan menunggu hingga muncul keinginan untuk mengejan.
"Banyak perempuan melaporkan bahwa dirinya merasa lebih baik setelah tahap mengejan dimulai. Mengejan dapat membuat seorang perempuan lega karena ia bertindak sesuai dorongan dan merasakan bayi bergerak turun dan keluar," ungkap dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Cheryl Axelrod, M.D.
Waktu yang dibutuhkan untuk mengejan dapat bervariasi pada setiap Bunda. Namun, rata-rata dibutuhkan waktu sekitar 20 menit hingga dua jam untuk mengejan.
Jika tahap mengejan berlangsung lebih lama, maka dokter atau bidan dapat merekomendasikan operasi caesar untuk meminimalkan risiko. Hal ini juga berlaku bagi ibu hamil yang tidak kuat mengejan saat persalinan.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa mengejan dalam waktu lama hingga memuat ibu tidak kuat melakukannya dapat meningkatkan komplikasi, seperti korioamnionitis atau infeksi bakteri pada kantung dan cairan di sekitar janin, perdarahan pasca persalinan, dan asidemia neonatal atau darah bayi baru lahir terlalu asam.
4. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
Tali pusat atau tangan janin keluar adalah tanda bahaya lain yang perlu diwaspadai ketika melahirkan. Tali pusat keluar disebut juga prolaps tali pusat, yang berarti tali pusat keluar dari serviks sebelum bayi lahir. Pada kondisi tertentu, tali pusat bahkan bisa keluar dari vagina.
Prolaps tali pusat termasuk komplikasi berbahaya karena dapat menghentikan atau menyumbat aliran darah yang melaluinya. Tali pusat yang prolaps dapat terjepit dan membuat bayi tidak mendapatkan cukup oksigen.
Penyebab prolaps tali pusat belum diketahui secara pasti, tetapi hal ini sering terjadi bila dilakukan tindakan obstetrik, seperti induksi persalinan atau penggunaan vakum atau forsep saat melahirkan. Tanda bahaya persalinan ini juga dapat terjadi bila ukuran janin tidak bisa masuk panggul atau posisinya sungsang.
Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat medis. Jika Bunda mengalaminya, maka perlu mendapatkan penanganan medis di rumah sakit. Dokter akan memantau detak jantung bayi dan membantu persalinan sesegera mungkin.
5. Air ketuban hijau dan berbau
Air ketuban yang normal adalah berwarna bening kekuningan. Fungsi utamanya adalah untuk melindungi janin, mempertahankan suhu teratur agar janin nyaman, serta memungkinkan janin bergerak saat berkembang.
Perubahan warna air ketuban menjadi hijau dan berbau perlu diwaspadai, Bunda. Selain karena tidak normal, hal tersebut bisa menjadi pertanda gawat janin. Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Alexander Mukti, Sp.OG, air ketuban menjadi hijau karena bercampur dengan feses janin atau mekonium.
"Itu salah satunya bisa menyebabkan gawat janin. Tapi kondisi ini sudah telat banget, harus segera ditangani. Kalau bisa jangan sampai begitu," kata Alex saat dihubungi HaiBunda, beberapa waktu lalu.
Air ketuban hijau dapat terdeteksi dari USG dengan gambaran ketuban keruh. Tetapi, bukan berarti penyebab ketuban keruh sudah pasti karena berubah warna jadi hijau. Air ketuban terlihat keruh dapat berubah warna menjadi merah karena ari-ari lepas atau karena lemak bayi. Tapi bila dokter curiga sudah berwarna hijau, maka harus segera ditangani.
"Air ketuban hijau dan berbau adalah kondisi final. Kalau sudah terlihat keruh, itu sudah mengarah ke sana (gawat janin), jadi bisa diskusikan dengan dokter," ujar Alex.
6. Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Rasa gelisah dan cemas yang muncul saat dimulainya proses persalinan perlu mendapatkan perhatian. Apalagi bila Bunda juga mengalami kesakitan hebat.
Menurut studi di jurnal Midwifery tahun 2020, ditemukan hubungan negatif yang signifikan antara kecemasan dan cara seseorang dalam mengontrol dirinya selama persalinan. Kontrol yang baik merupakan prediktor penting untuk pengalaman melahirkan yang positif, Bunda.
Rasa gelisah yang muncul saat persalinan juga dapat meningkatkan kontraksi rahim dan durasinya, sehingga menimbulkan rasa sakit yang hebat. Beberapa cara mungkin dapat dilakukan untuk meringankan rasa nyeri, tetapi tindakan segera perlu dilakukan terutama bila nyeri terus bertahan hingga Bunda tidak kuat mengejan.
Bunda, jika muncul salah satu tanda bahaya di atas, maka persalinan sebaiknya dilakukan di rumah sakit. Bunda dapat meminta rujukan ke rumah sakit dari Fasilitas Kesehatan pertama untuk memudahkan dan mempercepat penanganan tanda bahaya persalinan.
Demikian enam tanda bahaya persalinan yang perlu Bunda waspadai. Semoga informasi ini bermanfaat ya.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/rap)