Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

Kenapa Vaksin BCG Tidak Dianjurkan untuk Ibu Hamil?

Melly Febrida   |   HaiBunda

Minggu, 20 Jul 2025 19:40 WIB

Vaksin Ibu Hamil
Kenapa Vaksin BCG Tidak Dianjurkan untuk Ibu Hamil?/Foto: Getty Images/iStockphoto/
Daftar Isi
Jakarta -

Sejumlah vaksin aman diberikan selama kehamilan. Namun, vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin) termasuk yang tidak dianjurkan untuk ibu hamil. Apa alasannya?

Dalam Jurnal Human Vaccine & Immunotherapeutics yang dilansir dari laman PubMed Central disebutkan bahwa penggunaan vaksin seperti vaksin influenza, difteri, tetanus, hingga pertusis, jika diberikan selama kehamilan dapat efektif mencegah penyakit pada ibu dan janin. Namun, ibu hamil perlu mengetahui perbedaan vaksin hidup dan vaksin inaktif. 

Seperti diketahui, perubahan imunologis dan serologis yang terjadi selama kehamilan dapat mengubah kerentanan ibu dan janin terhadap berbagai penyakit menular. Ibu hamil mengalami perubahan respons imun, untuk beberapa patologi, berisiko lebih tinggi terkena infeksi dan mengalami komplikasi serta dampak serius. 

Selain itu, infeksi maternal dapat mengakibatkan anomali kongenital, malformasi, atau penyakit neonatal yang parah. Karena itu, vaksinasi pada ibu hamil dapat memiliki tujuan ganda, yakni melindungi ibu dari penyakit yang dapat memengaruhi kesehatannya dan mencegah penularan infeksi/penyakit kepada janin atau bayi baru lahir. 

Apa itu vaksin BCG?

Vaksin BCG dapat membantu melindungi dari infeksi tuberkulosis (TBC). Melansir NHS, vaksin ini adalah vaksin hidup Mycobacterium bovis untuk mencegah TB dan infeksi mikrobakteri lainnya. Ini artinya vaksin mengandung bakteri tuberkulosis (TB) yang dilemahkan sehingga umumnya kontraindikasi selama kehamilan. 

Melansir laman NCBI, vaksin BCG dikembangkan oleh Calmette dan Guerin dan pertama kali diberikan kepada manusia pada tahun 1921. Vaksin BCG merupakan vaksin yang paling banyak diberikan dan biasanya merupakan bagian dari jadwal imunisasi rutin bayi baru lahir.

Vaksin BCG juga menawarkan perlindungan terhadap infeksi mikobakteri non-tuberkulosis seperti kusta dan ulkus Buruli. 

Alasan vaksin BCG tidak dianjurkan untuk ibu hamil

Ibu hamil tidak dianjurkan vaksin BCG karena beberapa alasan di bawah ini:

1. Vaksin hidup yang dilemahkan

Vaksin BCG tidak boleh digunakan selama kehamilan. Meskipun tidak ada efek samping yang diamati setelah vaksinasi BCG pada janin, diperlukan lebih banyak penelitian untuk membuktikan keamanannya.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), vaksin BCG merupakan vaksin hidup yang dilemahkan sehingga tidak aman diberikan kepada ibu hamil. Vaksin jenis ini berisiko menyebabkan infeksi pada janin yang sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna.

2. Risiko teoretis pada janin

Vaksin hidup jika diberikan kepada ibu hamil dapat menimbulkan risiko teoretis terhadap janin. Karena itu, vaksin virus dan bakteri hidup yang dilemahkan umumnya dikontraindikasikan selama kehamilan. Vaksin hidup harus diberikan sesegera mungkin setelah melahirkan.4

Idealnya, status imunisasi perempuan yang ingin hamil harus diselidiki sebelum konsepsi dan pemberian vaksin hidup yang dilemahkan kepada perempuan usia subur dengan rekomendasi untuk menunda kehamilan selama satu bulan setelah vaksinasi.  Namun, jika vaksin hidup yang dilemahkan secara tidak sengaja diberikan kepada perempuan hamil atau jika seorang perempuan hamil dalam waktu 4 minggu setelah vaksinasi, tidak ada indikasi khusus untuk menghentikan kehamilan secara sukarela. 

Dalam kasus terakhir ini, sangat penting untuk menjelaskan kepada ibu tentang potensi risiko terhadap janin. Bagaimanapun, jika seorang perempuan berisiko tinggi terkena penyakit tertentu yang dapat berdampak negatif pada kesehatannya atau kesehatan janin, manfaatnya selalu lebih besar daripada potensi risiko terkait imunisasi.

Vaksin Ibu HamilVaksin Ibu Hamil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/

Alternatif pencegahan TB selama kehamilan

Alih-alih vaksinasi, langkah pencegahan untuk TB selama kehamilan adalah dengan skrining dini dan menghindari paparan dari penderita TB aktif.  WHO dalam laman resminya mengingatkan tentang implikasi TB yang serius pada ibu hamil dan bayinya.

Untuk itu sangat penting dalam meningkatkan deteksi dan pengobatan TB selama kehamilan dan periode pascapersalinan. 

Intervensi tersebut dapat didukung oleh pengumpulan, analisis, dan penggunaan data yang lebih baik, termasuk melalui studi penelitian yang melibatkan ibu hamil dan pascapersalinan.

Data yang sangat penting adalah data yang memungkinkan penilaian cakupan skrining TB pada ibu hamil di wilayah dengan beban TB tinggi, proporsi orang yang dilaporkan menderita TB yang sedang hamil atau pascapersalinan, dan pengobatan TB pada ibu hamil dan pascapersalinan.

Pedoman WHO tentang TB merekomendasikan bahwa semua ibu hamil yang tinggal di negara dengan beban TB tinggi dan semua ibu hamil dengan HIV harus diskrining untuk TB, pada setiap kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan.

Pedoman WHO tentang perawatan antenatal (ANC) merekomendasikan skrining, diagnosis, dan pengobatan penyakit TB pada ibu hamil di wilayah dengan beban TB tinggi; ini termasuk skrining TB pada setiap kunjungan ANC dan kontak dengan tenaga kesehatan. 

Selain itu, kelayakan untuk pengobatan pencegahan TB (TPT) harus dinilai untuk semua ibu hamil dengan HIV sebagai bagian dari perawatan HIV komprehensif dan ANC.

Meskipun terdapat rekomendasi ini, banyak negara tidak secara rutin mencatat skrining TB pada ibu hamil.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda