HaiBunda

KEHAMILAN

7 Syarat Pindah Rumah saat Hamil agar Aman, Bunda dan Janin Sehat

Melly Febrida   |   HaiBunda

Selasa, 30 Sep 2025 19:00 WIB
7 Syarat Pindah Rumah saat Hamil agar Aman, Bunda dan Janin Sehat/Foto: Getty Images/Lordn
Jakarta -

Pindah rumah saat hamil bisa menjadi tantangan tersendiri, Bunda dihadapkan banyak risiko. Karena itu ibu hamil perlu memperhatikan syarat pindah rumah agar aman, ibu dan janin tetap sehat.

Menurut penelitian baru dari Fakultas Kesehatan Masyarakat University of Washington (analisis data kelahiran di Washington State), yang dipublikasikan daring pada 30 Juli di Journal of Epidemiology & Community Health, pindah rumah selama tiga bulan pertama kehamilan dikaitkan dengan meningkatnya risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, serta risiko bayi lahir lebih kecil dari perkiraan.

Peneliti mencatat bahwa ibu yang pindah rumah di trimester pertama memiliki risiko 42 persen lebih tinggi untuk kelahiran prematur dan 37 persen lebih tinggi kemungkinan bayi berat lahir rendah dibanding yang tidak pindah pada periode itu.


Namun, masih terlalu dini untuk memberikan peringatan. Hanya sedikit yang diketahui tentang potensi dampak kesehatan dari pindah rumah selama kehamilan. 

"Saya rasa kami belum memiliki cukup informasi untuk membuat rekomendasi spesifik tentang pindah rumah selama kehamilan saat ini, tetapi saya berharap penelitian kami akan menarik perhatian pada pindah rumah sebagai faktor risiko yang perlu diselidiki lebih lanjut," kata Julia Bond, penulis utama yang melakukan penelitian ini sebagai mahasiswa PhD di Departemen Epidemiologi di Fakultas tersebut, melansir SPH Washington.

Syarat pindah rumah saat hamil

Ibu hamil perlu memperhatikan syarat pindah rumah agar ibu dan janin aman serta sehat yang dirangkum dari berbagai sumber.

1. Konsultasi ke dokter

Ibu hamil perlu berkonsultasi ke dokter sebelum merencanakan pindah rumah. Bunda dapat meminta rekomendasi khusus usia kehamilan yanag aman untuk pindah rumah. Ibu hamil juga harus mengetahui apakah kehamilannya normal, berisiko tinggi, atau memiliki komplikasi. Seperti plasenta yang rendah, preeklamsia, perdarahan, atau riwayat prematur. 

Selain itu, ibu hamil dapat menanyakan batasan fisik apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama kehamilan. 

Konsultasi dengan dokter dapat membantu ibu hamil mengetahui batasan fisiknya, potensi risiko serta waktu yang aman untuk pindah rumah.

2. Trimester yang ideal untuk pindah rumah

Ibu hamil sebaiknya menghindari pindah rumah di trimester pertama dan mendekati perkiraan lahir. Bond menjelaskan pindah rumah di trimester awal dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah, serta risiko bayi lahir lebih kecil dari perkiraan.

Pindah rumah saat trimester akhir berisiko kelelahan, kontraksi, atau komplikasi kehamilan. Beberapa ahli menyarankan untuk menunda pindah rumah.

Banyak sumber yang menyarankan pindah rumah dilakukan di trimester kedua. Ini dianggap sebagai waktu yang relatif aman, yakni ketika mual sudah mereda, kelelahan belum terlalu berat, dan mobilitas masih cukup baik. 

3. Hindari angkat berat

Banyak aktivitas yang dapat ibu hamil lakukan ketika pindah rumah, misalnya saja mengangkat benda berat. Padahal, ibu hamil yang mengangkat benda berat berisiko keguguran dan kelahiran prematur.

Sally Urang, MS, RN, CNM, bidan, mengatakan bahwa saat hamil, perubahan hormonal membuat jaringan ikat dan ligamen menjadi lebih longgar. Hal ini dapat meningkatkan risiko otot tegang, nyeri, dan cedera.

"Selain itu, seiring perkembangan kehamilan, berat badan dan pergeseran pusat gravitasi dapat mengganggu keseimbangan. Perut yang semakin membesar juga menyulitkan untuk memegang benda, termasuk furnitur, di dekat tubuh. Perubahan ini membuat memindahkan benda berat saat hamil menjadi lebih sulit dan meningkatkan risiko cedera," ujar Urang dilansir dari BabyCenter.

Karena itu, ibu hamil sebaiknya menghindari mengangkat barang berat sendiri — terutama yang melebihi batas aman (baik itu perabot, kardus besar). Ibu hamil dapat menyerahkan tugas angkat barang ini kepada orang lain misalnya ke suami, anggota keluarga lain, teman, hingga tukang profesional.

Jika tak banyak pihak yang membantu, ibu hamil dapat menyiasatinya dengan menggunakan wadah atau kardus kecil yang mudah dibawa. Namun jangan isi terlalu padat agar tidak memberatkan. 

Saat pindah rumah, pastikan tubuh ibu hamil stabil saat berjalan, jangan membungkuk ekstensif, dan hindari membuat gerakan dadakan atau tarikan atau dorongan berat.

4. Perhatikan durasi dan kerjakan bertahap

Pindah rumah hanya sehari tentu dapat membebani fisik dan mental ibu hamil. Untuk itu lakukan proses pindah rumah bertahap. Buat timeline yang longgar, memberi jeda waktu istirahat saat melakukan tugas pindah rumah.

Usahakan untuk tidak memaksakan semua pekerjaan selesai dalam satu hari. Ibu hamil dapat fokus dulu dengan barang penting, untuk barang yang tidak penting dapat dipindahkan belakangan.

5. Hindari stres berlebihan

Stres saat hamil dapat berdampak negatif untuk janin. Agar pindah rumah tak membuat ibu hamil stres, usahakan membuat perencanaan sehingga tidak mendadak.

Ibu  hamil dapat melibatkan orang lain untuk mengurangi beban dan jangan lupa untuk istirahat yang cukup. 

6. Pastikan perawatan antenatal tak terganggu

Pindah rumah jangan sampai membuat Bunda kesulitan untuk kontrol kehamilan. Bunda harus memastikan tetap bisa menjangkau fasilitas kesehatan antenatal meski berada di tempat baru.

Jika harus pindah dokter dapat membuat transfer catatan kehamilan di dokter tempat baru.

Pada kehamilan berisiko tinggi, hindari pindah rumah di lokasi terpencil atau tidak terjangkau. Selain itu, pastikan Bunda tetap mendapatkan pemeriksaan USG dan pemantauan rutin tanpa gangguan

7. Persiapkan tas siaga

Bunda perlu memisahkan barang-barang penting agar mudah diakses dan tidak hilang di tumpukan kardus. Barang yang perlu disiapkan di tas siaga antara lain:

  • Dokumen kehamilan (riwayat kehamilan, kartu antenatal).
  • Obat-obatan, vitamin kehamilan.
  • Pakaian yang nyaman, alas kaki antiselip.
  • Air minum, camilan sehat.
  • Ponsel dan charger.

Menyiapkan tas siaga dapat mempermudah ibu hamil jika tiba-tiba mengalami kontraksi, perdarahan, atau gejala lain di tempat baru.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

Simak video di bawah ini, Bun:

Kisah Ngidam Makanan Putri Kerajaan saat Hamil, dari Roti Lapis hingga Kari

TOPIK TERKAIT

ARTIKEL TERKAIT

TERPOPULER

Curhat Ibu Hamil soal Nama Bayi Picu Pro-Kontra, Suami Ingin Beri Nama Mendiang Istri

Kehamilan Annisa Aulia Rahim

Kenapa Kita Tak Bisa Ingat Masa Bayi? Ini Alasan Ilmiahnya

Parenting Nadhifa Fitrina

Deretan Eks Artis Cilik yang Kini Jadi Anggota DPR hingga Dokter, Ini 7 Potretnya

Mom's Life Nadhifa Fitrina

Adiba Khanza Gelar Tasyakuran 7 Bulan Kehamilan Pertama, Intip 5 Momen Penuh Makna

Kehamilan Annisa Karnesyia

Cerita Dongeng Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yang Penuh Makna untuk Dibacakan ke Anak

Parenting Asri Ediyati

REKOMENDASI
PRODUK

TERBARU DARI HAIBUNDA

Curhat Ibu Hamil soal Nama Bayi Picu Pro-Kontra, Suami Ingin Beri Nama Mendiang Istri

Kenapa Kita Tak Bisa Ingat Masa Bayi? Ini Alasan Ilmiahnya

Chicken Nugget Ukir Sejarah, Drama Korea Pertama di Nominasi Komedi Emmy Awards

Cerita Dongeng Pangeran Kodok dan Putri Kerajaan yang Penuh Makna untuk Dibacakan ke Anak

Deretan Eks Artis Cilik yang Kini Jadi Anggota DPR hingga Dokter, Ini 7 Potretnya

FOTO

VIDEO

DETIK NETWORK