Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

kehamilan

3 Mitos Pembekuan Sel Telur dan Embrio untuk Program Hamil, Bunda Perlu Tahu

Annisa Karnesyia   |   HaiBunda

Senin, 27 Oct 2025 22:10 WIB

Ilustrasi Dokter dan Pasien
Ilustrasi Pembekuan Sel Telur dan Embrio untuk Promil/ Foto: Getty Images/iStockphoto/PonyWang
Daftar Isi
Jakarta -

Pembekuan sel telur dan embrio dapat dijadikan pilihan bagi suami istri yang ingin menjalani program hamil. Sebelum memutuskan untuk melakukan pembekuan sel telur dan embrio, pasangan suami istri perlu memahami dulu fakta terkait kedua prosedur tersebut.

Dilansir UCLA Health, pembekuan sel telur atau egg freezing merupakan proses di mana sel telur perempuan (oosit) diekstraksi, dibekukan, dan disimpan. Selain faktor usia, pembekuan sel telur biasanya dilakukan oleh perempuan yang bakal menjalani kemoterapi atau operasi yang dapat menyebabkan kerusakan ovarium.

Berbeda dengan egg freezing, pembekuan embrio umumnya dilakukan pada prosedur bayi tabung. Dikutip dari laman John Hopkins Medicine, prosedur ini melibatkan pengambilan sel telur dari ovarium, lalu pembuahannya dilakukan untuk menghasilkan embrio. Nah, embrio yang dibiarkan tumbuh selama beberapa hari lalu dibekukan dan disimpan.

Seperti pembekuan sel telur, pembekuan embrio juga umumnya dipilih oleh perempuan yang sedang menjalani terapi hormon, perawatan kanker, atau intervensi medis lain yang memengaruhi kesuburan.

Mitos seputar pembekuan sel telur dan embrio

Melansir dari Times of India, berikut tiga mitos terkait pembekuan sel telur dan embrio yang perlu Bunda tahu:

1. Membekukan sel telur atau embrio tidak diperlukan pada prosedur IVF

Banyak pasangan suami istri percaya bahwa in vitro fertilization (IVF) atau perogram bayi tabung selalu dapat diandalkan ketika seseorang siap untuk memiliki anak. Mereka yang menjalani IVF, tak perlu lagi melakukan embrio atau egg freezing.

Faktanya, kesuburan secara alami menurun seiring bertambahnya usia. Pada perempuan, kuantitas dan kualitas sel telur akan menurun seiring bertambahnya usia. Hal tersebut dapat memengaruhi tingkat keberhasilan program bayi tabung, Bunda.

"Bila membekukan sel telur atau embrio di usia yang lebih muda, maka hal itu akan meningkatkan peluang kehamilan yang sehat di kemudian hari," kata pendiri Baby Soon Fertility and IVF Center, Dr. Jyoti Bali, MBBS, MS.

"Egg freezing seperti polis asuransi, yakni tidak menjamin seseorang akan membutuhkannya, tetapi akan lebih nyaman bila memiliki pilihan tersebut saat diperlukan," sambungnya.

2. Pembekuan sel telur dan embrio  hanya dapat dilakukan oleh perempuan lajang

Kesalahpahaman lain tentang pembekuan embrio dan egg freezing adalah bahwa prosedur tersebut hanya dapat dilakukan oleh perempuan lajang atau belum menikah. Pada kenyataannya, pembekuan embrio dan egg freezing tersedia untuk siapa saja, dapat dilakukan perempuan yang sudah menikah.

Seorang istri mungkin memilih untuk membekukan embrio atau sel telur karena mereka memang sedang menunda untuk memiliki momongan. Ada berbagai alasan pasangan menunda momongan, seperti menunggu hingga kehidupan lebih mapan, ingin fokus pada karier, atau merasa belum siap.

"Bagi beberapa pasangan, membekukan embrio merupakan pilihan yang strategis karena embrio biasanya memiliki tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi setelah pencairan. Hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan kehamilan yang sukses di masa mendatang. Keputusan yang sangat pribadi ini harus dibuat setelah pertimbangan yang cermat dan konsultasi dengan spesialis fertilitas," ungkap Bali.

3. Membekukan sel telur dan embrio dapat menjamin perempuan hamil

Salah satu mitos yang dianggap paling menyesatkan adalah bahwa membekukan sel telur atau embrio dapat menjamin seorang perempuan hamil. Meski peluangnya memang tinggi, prosedur embrio dan egg freezing tak dapat menjamin Bunda pasti hamil.

Perlu diketahui, keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan di masa mendatang akan bergantung pada beberapa faktor, seperti usia saat sel telur dibekukan, kualitasnya, dan kesehatan rahim saat digunakan.

"Penting untuk mendekati proses ini dengan harapan yang realistis. Membekukan sel telur dan embrio adalah cara yang ampuh, tetapi bukan jaminan. Memahami potensi dan keterbatasan proses ini akan membantu seseorang dalam membuat keputusan terbaik untuk perjalanan kesuburannya," kata Bali.

"Pembekuan sel telur dan embrio telah merevolusi sebagai bagian dari perencanaan keluarga, serta menawarkan fleksibilitas yang lebih besar bagi perempuan dan pasangan. Namun, penting untuk membedakan antara fakta dan mitos. Memahami realitas pilihan-pilihan ini akan memungkinkan seseorang dalam membuat keputusan yang tepat."

Demikian mitos seputar pembekuan sel telur dan embrio untuk program hamil. Semoga informasi ini bermanfaat ya.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(ank/rap)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda