kehamilan
6 Fakta Persalinan di Jepang, Bunda Sangat Dimanja setelah Melahirkan tapi...
HaiBunda
Senin, 10 Nov 2025 20:15 WIB
Daftar Isi
'Negeri Sakura' selalu khas dengan berbagai keunikannya. Tidak saja menyoal budaya tetapi juga kebiasaan melahirkan yang unik. Simak fakta persalinan di Jepang dengan ibu bisa merasa sangat dimanja setelah melahirkan tapi ada banyak hal mengejutkan di baliknya, Bunda.
Proses melahirkan sebenarnya tidak sekadar menyoal urusan medis semata tetapi juga budaya. Bagi perempuan yang hamil di Jepang, proses persalinan, melahirkan, dan recovery diwarnai dengan norma budaya yang telah lama dipegang dan dipadukan dengan perawatan klinis modern.
Secara statistik, Jepang merupakan salah satu tempat teraman di dunia untuk melahirkan. Menurut WHO, Jepang memiliki angka kematian neonatal kurang dari 1 kematian per 1.000 kelahiran hidup yang merupakan angka terendah di dunia. Selain itu, di negara tersebut juga mencetak angka kematian ibu yang sangat rendah, sekitar 3 kematian per 100.000 kelahiran hidup.
Fakta persalinan di Jepang
Sebagai perbandingan, AS mencatat hampir 17 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. Sementara di Inggris, angkanya hanya sedikit di atas 8 kematian per 100.000 kelahiran hidup. Di Jepang, negara tersebut secara konsisten berada di peringkat teratas secara global untuk hasil positif. Angka-angka tersebut mencerminkan sistem perawatan kesehatan yang presisi, kompeten, dan sangat efisien, seperti dikutip dari laman Tokyoweekender.
Apa pun alasannya, jika berbicara mengenai kehamilan dan persalinan keselamatan ibu dan bayi memang jadi prioritas utama. Di sisi lain, pengalaman seorang ibu juga faktor yang perlu diperhatikan. Kenyataannya, banyak perempuan di luar sana yang memiliki pengalaman melahirkan dengan diliputi perasaan bingung, trauma, dan seolah-olah kebutuhan mereka dikesampingkan.
Padahal, perasaan ibu sangatlah penting bukan dipandang secara emosional semata tetapi juga secara fisiologis. Sebab, hal ini dapat memengaruhi bagaimana seorang perempuan dapat menjalani peran sebagai ibu dan apakah ia merasa siap atau aman untuk menjalani kehamilan dan persalinan kembali. Inilah sebabnya mengapa memahami apa yang akan terjadi sebelumnya dapat membuat perbedaan besar.
Secara terperinci, sangat menarik membahas berbagai hal unik mengenai fakta persalinan, utamanya di Jepang yang katanya lekat dengan berbagai tradisi budaya. Berikut ini beberapa di antaranya fakta yang bisa diketahui ya, Bunda:
1. Persalinan alami merupakan hal yang normal
Debat menyoal epidural sering kali bermuara pada satu hal yakni rasa sakit. Di satu sisi, ada yang berpendapat bahwa pereda nyeri merupakan hak asasi manusia. Sementara di sisi lainnya, rasa sakit itu hal yang sakral. Nah, di Jepang, perdebatan ini hampir tidak relevan.
Berdasarkan laporan dari the Japan Association of Obstetricians and Gynecologists (JAOG) menunjukkan bahwa hanya 13.8 persen kelahiran pada 2024 yang melibatkan epidural, dan di beberapa prefektur, belum ada kelahiran dengan bantuan epidural selama bertahun-tahun. Karena memang epidural sedianya tidak tersedia secara luas.
2. Episiotomi adalah tindakan standar
Sayatan episiotomi merupakan tindakan dokter yang membuat sayatan kecil pada perinemum perempuan untuk membantu memperlancar persalinan. Dalam beberapa kasus, seperti persalinan dengan bantuan vakum atau forsep, tindakan ini mungkin diperlukan secara medis. Namun saat ini, WHO dan The American College of Obstetrics and Gynecology sepakat bahwa episiotomi rutin lebih banyak ruginya daripada manfaatnya.
Sebab, episiotomi tidak melakukan seperti apa yang diperkirakan yakni menyembuhkan lebih baik daripada robekan alami. Selain itu, tidak semua perempuan mengalami robekan. Sehingga, melakukan sayatan pada setiap perempuan yang akan melahirkan dalam beberapa kasus tidak hanya meningkatkan ketidaknyamanan, tetapi bisa memperpanjang waktu penyembuhan, serta meningkatkan risiko komplikasi seperti robekan dan jaringan parut yang lebih parah.
3. Preferensi ibu hamil mungkin didengarkan lalu diabaikan
Jika jadi perempuan hamil di Jepang, bersiaplah untuk mencoba masuk ke lubang bundar. Dan, bersiaplah untuk diberi tahu apa yang dilakukan kebanyakan perempuan di klinik atau rumah sakit. Hal ini bisa mencakup segalanya mulai dari memilih episiotomi hingga mengelola tubuh, atau lebih spesifiknya membatasi kenaikan berat badan.
Para tim medis di Jepang sering kali mengharapkan para perempuan untuk menjaga ketat kenaikan berat badan selama kehamilan, terlepas dari genetika atau bentuk tubuhnya. Selain itu, ada juga kecenderungan yang kuat terhadap konformitas dan keengganan untuk menawarkan perawatan yang berbeda.
Perempuan mungkin akan diberi tahu tidak ada yang melakukannya seperti itu ketika mereka meminta untuk tidak melakukan episiotomi atau kontak skin to skin. Ini artinya, seseorang tidak bisa meminta tetapi perlu mengadvokasi diri sendiri sejak dini.
4. Kebijakan tentang kehadiran pasangan sangat berbeda
Di beberapa rumah sakit di Jepang tidak mengizinkan pasangan untuk hadir selama persalinan, kelahiran, atau keduanya. Jadi, para ayah akan menunggu di luar.
Pada 2025, dengan semakin banyaknya perempuan di seluruh dunia menyuarakan tentang proses persalinan yang tak terlihat, hadir saat persalinan bukan sekadar isyarat yang baik melainkan sebuah standar. Jadi, mengapa perlu ada pembatasan?
Sebenarnya semua hal tersebut dilatari berbagai alasan. Kekhwatiran tentang privasi di kamar bersama, kebijakan rumah sakit yang ketinggalan zaman di mana mengutamakan efisiensi daripada keintiman, dan aturan era pandemi yang diam-diam jadi permanen hanyalah beberapa alasan di balik kebijakan rumah sakit yang melarang pria hadir saat persalinan.
Perlu dicatat bahwa banyak rumah sakit yang secara aktif mendorong pasangan, bahkan anggota keluarga lain atau orang yang mendukung, untuk mendampingi persalinan. Meskipun kemungkinannya besar, bukan berarti pasangan akan diabaikan di ruang bersalin. Namun, ini adalah sesuatu hal yang perlu dikonfirmasi kepada pihak medis setempat untuk memastikan bahwa pasangan bisa selalu ada untuk memberikan support pada Bunda.
5. Kehamilan perlu didaftarkan
Di Jepang, langkah awal dalam kehamilan bukanlah merencanakan baby shower melainkan mendaftarkan kehamilan. Pertama, ibu hamil perlu mengonfirmasi kehamilan di klinik lalu bawa bukti setor tersebut ke kantor kelurahan untuk menerima Maternal and Child Health Handbook (Boshi Kenko Techo) dan Kartu Kehamilan VIP kecil untuk mendapatkan tempat duduk prioritas di kereta.
Selain itu, pendaftaran ini juga membuka subsidi pemeriksaan kehamilan dan akses ke layanan dukungan publik, seperti bantuan di rumah berbiaya rendah setelah bayi lahir. Sisi positifnya, Jepang berencana menghapus biaya persalinan standar yang harus ditanggung sendiri pada tahun fiskal 2026.
Ibu hamil juga sebaiknya memastikan rumah sakit siap siaga sejak dini mulai dari kebijakan, harga, dan apakah mereka mengizinkan pasangan masuk ke dalam ruangan sangat bervariasi. Jadi, segera daftarkan kehamilan karena bumil hanya punya waktu 14 hari untuk mendaftarkannya di kantor kelurahan. Jika tidak memiliki kewarganegaraan Jepang, akan dinotifikasi untuk melapor ke imigrasi.
6. Perawatan pasca persalinan sangat dinantikan
Di Jepang, perawatan pasca persalinan sangatlah luar biasa. Setelah melahirkan, kemungkinan perempuan akan di rawat di rumah sakit selama sekitar lima hari atau tujuh hingga 10 hari untuk persalinan caesar.
Jangan khawatir mengenai persalinan karena banyak unit pasca persalinan yang nyaman dan dirancang untuk recovery pasca persalinan dengan ada perawat yang benar-benar membantu. Jika beruntung, Bunda mungkin akan berada di ruang minimalis yang tertata dengan pilihan pijat dan kamar bayi yang siap siaga 24/7.
Bahkan, beberapa rumah sakit juga bekerja sama dengan pemerintah kota menawarkan perawatan pasca persalinan jangka pendek dan berbiaya rendah bagi perempuan yang membutuhkan dukungan ekstra hingga bayi mencapai usia tertentu. Milsalnya, Klinik Ikuryo, di Meguro, yang menawarkan perawatan tersebut hingga bayi berusia tiga bulan. Bayangkan, Bunda akan berada seperti di hotel pasca persalinan. Saat butuh istirahat, pijat payudara dan tidur siang di ruangan yang tenang serta nyaman telah tersedia dan dibersihkan.
Ya, Jepang dengan segala keunikannya yang menawarkan berbagai aspek perawatan ibu memang jadi daya tarik tersendiri. Jika ingin mencoba persalinan di Jepang, lakukan riset terlebih dahulu, ajukan pertanyaan sulit sejak dini, dan kelilingi diri dengan support system yang baik mulai dari doula, bidan, dan orang tua lain yang pernah menjalaninya.
Ingatlah pula bahwa melahirkan merupakan pengalaman yang tiada duanya. Saat melahirkan di negara asing, prosesnya bisa jadi lebih rumit, dengan norma dan ekspektasi budaya yang terkadang berbenturan. Di luar itu semua, keputusan terakhir terpulang kembali kepada masing-masing Bunda untuk memiliki pengalaman persalinan yang terbaik untuk mereka. Termasuk, bila akhirnya memilih Jepang sebagai destinasi persalinan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(pri/pri)TOPIK TERKAIT
ARTIKEL TERKAIT
Kehamilan
Kisah Janin 25 Minggu yang 'Lahir Dua Kali' untuk Lakukan Operasi Jantung
Kehamilan
Adakah Perbedaan Cara Mengubur Ari-ari Bayi Laki-laki dan Perempuan Menurut Islam?
Kehamilan
Alasan Bayi Lebih Cenderung Lahir di Pukul 04.00 Pagi
Kehamilan
Baby Blues: Definisi, Ciri, dan Penyebab Terjadinya Pada Bunda Pasca Melahirkan
Kehamilan
Siap-siap! Seperti Ini Tanda Melahirkan Pembukaan 1 hingga 10
5 Foto
Kehamilan
5 Potret Jessica Mila Melahirkan Anak Pertama, Ramai Didampingi Keluarga Yakub Hasibuan
HIGHLIGHT
HAIBUNDA STORIES
REKOMENDASI PRODUK
INFOGRAFIS
KOMIK BUNDA
FOTO
Fase Bunda
Rumah Sakit Jepang Tawarkan Opsi Melahirkan secara Rahasia
Deretan Bunda Artis Happy Nikmati Sushi setelah Melahirkan, Acha Sinaga hingga Siti Badriah
Rekomendasi 10 Negara untuk Babymoon, Cocok untuk Liburan Menjelang Persalinan