KEHAMILAN
Permintaan Voucher untuk Ibu Hamil Naik 8 Persen, Tanda Kenaikan Angka Kelahiran?
Annisa Karnesyia | HaiBunda
Jumat, 28 Nov 2025 19:20 WIBKorea Selatan (Korsel) menjadi salah satu negara di Asia dengan angka kelahiran yang rendah, Bunda. Untuk mengatasinya, pemerintah Korea memberikan bantuan voucher untuk ibu hamil yang bisa digunakan untuk membayar tagihan medis.
Dilansir laman resmi Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan (MOHW), pemerintah memberikan tunjangan dalam bentuk e-voucher senilai KRW 500.000 atau sekitar Rp5,6 juta kepada ibu hamil. Bantuan voucher tersebut diberikan tanpa memandang tingkat pendapatan.
Selain untuk ibu hamil, tunjangan juga diberikan kepada pasangan yang ingin menjalani inseminasi buatan dan in vitro fertilization (IVF) dan orang tua dari bayi baru lahir.
Permintaan voucher meningkat
Baru-baru ini, media Korea Selatan melaporkan adanya kenaikan permintaan voucher untuk ibu hamil di Negeri Ginseng. Dikutip dari Korea JoongAng Daily, permohonan voucher yang diberikan kepada ibu hamil meningkat 8,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya dalam sembilan bulan pertama di tahun ini.
Menurut data National Health Insurance Service, jumlah permohonan voucher tersebut mencapai 257.761 pada periode Januari hingga September. Pada periode yang sama di tahun lalu, permintaan voucher tercatat 238.507.
Data tersebut tidak sepenuhnya selaras dengan jumlah kelahiran, karena sebagian disebabkan keguguran, Meski begitu, angka tersebut tetap dianggap sebagai indikator yang mencerminkan perubahan angka kelahiran di Korea Selatan.
Secara bulanan, jumlah permohonan memang menurun dibandingkan tahun sebelumnya pada bulan Januari. Namun, laporan mencatat peningkatan dalam delapan bulan berikutnya.
Pertumbuhan dua digit bahkan dilaporkan pada periode Juni hingga September, Bunda. Hal itu menandakan bahwa tren ini kemungkinan dapat berlanjut hingga awal tahun depan.
Angka kelahiran mulai meningkat
Perlu diketahui, Korea Selatan mengalami peningkatan jumlah kelahiran untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun pada tahun 2024. Menurut data pemerintah, tersebut didorong oleh peningkatan angka pernikahan pasca pandemi COVID-19, perubahan sikap terhadap peran orang tua, dan perubahan demografi.
Melansir dari Allkpop, laporan statistik Korea Selatan yang dirilis pada 27 Agustus lalu menunjukkan bahwa 19.953 bayi lahir pada Juni 2025, naik 1.709 dari Juni 2024 (peningkatan sebesar 9,4 persen). Ini menandai peningkatan bulanan tertinggi sejak Juni 2010 dan tingkat pertumbuhan terbesar sejak pencatatan dimulai pada tahun 1981.
Berdasarkan data tersebut, negara Korea Selatan setidaknya telah mengalami pertumbuhan kelahiran tahunan selama 12 bulan berturut-turut, yang dimulai sejak Juli 2024.
Selain angka kelahiran, tingkat kesuburan total di negara juga menjadi sorotan, Bunda. Tingkat kesuburan atau rata-rata jumlah anak yang diharapkan dimiliki seorang perempuan mencapai 0,75 tahun lalu dan diperkirakan akan mencapai 0,8 tahun ini.
Mengutip laman The Korean Herald, Korea Selatan memberikan tunjangan finansial pada ibu hamil dan bayi baru lahir yang diberi nama 'First Encounter Vouchers'. Melalui program ini, orang tua anak akan diberikan 2 juta won atau Rp23 juta ketika bayinya lahir.
Kebijakan juga diperluas apabila pasangan melahirkan anak kedua. Selain itu, pemerintah juga memberikan bantuan untuk anak bersekolah di taman kanak-kanak atau saat dititipkan ke pusat penitipan anak.
Setiap Bunda yang baru melahirkan anak bisa mendapatkan bantuan finansial ini dengan mengikuti aturan yang telah ditetapkan. Mulai tahun ini, peningkatan tunjangan orang tua harus diajukan dalam waktu 60 hari sejak anak lahir untuk menerima jumlah penuh, berlaku retroaktif hingga bulan kelahiran.
|
|
Penyebab angka kelahiran meningkat di Korsel
Ada beberapa faktor yang membuat angka kelahiran di Korea Selatan melonjak belakangan ini. Berikut penjelasannya menurut Kepala Tren Populasi di Statistik Korea, Park Hyun Jung:
1. Lonjakan pernikahan
Pada Juni 2025, tercatat 18.487 pasangan menikah di Korea Selatan. Angka itu naik 9,1 persen dibanding Juni tahun sebelumnya. Ini menjadi jumlah pernikahan tertinggi dalam 7 tahun terakhir, sekaligus pertumbuhan terbesar sejak 2010.
2. Semakin banyak perempuan usia 30-an yang menikah
Angka kelahiran di Korea Selatan juga meningkat di hampir semua kelompok usia kecuali perempuan berusia awal 20-an. Peningkatan paling signifikan terjadi pada perempuan berusia awal dan akhir 30-an.
3. Kebijakan pro-keluarga dari pemerintah
Kebijakan tunjangan atau pemberian voucher tampaknya membuat banyak pasangan memutuskan menikah dan memiliki anak, Bunda. Menurut ulasan di DW, pemerintah mengalokasikan 19,7 triliun won Korea untuk dukungan tambahan bagi keluarga, atau naik 22 persen dari tahun lalu, termasuk untuk jam kerja yang lebih pendek bagi orang tua hingga dua tahun dan cuti berbayar untuk menjalani perawatan kesuburan.
Demikian laporan terbaru tentang angka kelahiran di Negara Korea Selatan.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(ank/pri)