Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Menyikapi Kabar Efek Vaksin MR yang Bikin Lumpuh

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Rabu, 16 Aug 2017 02:54 WIB

Bun, kita jangan reaktif menyikapi kabar vaksin MR yang bikin lumpuh ya. Yuk, kita lihat dengan kepala dingin.
Menyikapi Kabar Efek Vaksin MR yang Bikin Lumpuh/ Foto: Rachman Haryanto
Jakarta - Orang tua mana pun tentu khawatir mendengar kabar siswa SMP yang disebut lumpuh usai mendapat vaksin Measles Rubella (MR). Apalagi bulan Agustus dan September kan sedang digalakkan pemberian vaksin MR secara gratis. Jangan keburu reaktif dan mengambil keputusan yang justru kontra-produktif ya, Bun.

Ketua Komnas PP Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Dr dr Hindra Irawan Safari, SpA(K), M.Trop.Paed menegaskan vaksin MR sangat aman dan efektif. Namun dengan seiring meningkatnya jumlah vaksin yang diberikan maka akan muncul kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI). Karena itu lahirlah kajian dari tim ahli yang independen untuk menilai apakah suatu peristiwa yang muncul ada kaitan dengan imunisasi atau tidak.

Terkait kabar kelumpuhan usai mendapat vaksin MR, telah dilakukan investigasi. dr Hindra menyebut pemberian vaksin merupakan tindakan medik yang mempunyai risiko medik, jadi wajar jika ada reaksi setelah pemberian vaksin dengan catatan selama selama pelaporan masih dalam batas normal. "Jika terjadi serempak di berbagai kota baru bisa dibilang produk vaksin bermasalah," terang dr Hindra dalam keterangan pers di kantor Kementerian Kesehatan, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Selasa (15/8/2017).

Jadi hingga saat ini, lanjut dr Hindra, dari data yang ada menunjukkan tidak terdapat hubungan kausal antara gejala penyakit yang muncul dengan vaksin yang diberikan. "Kejadian yang terjadi setelah divaksin itu bukan diagnosis. Diagnosis itu lebih seperti tiroid atau demam berdarah," imbuh dr Hindra.

Baca juga: Anak Demam, Bolehkah Divaksin?

Dalam kesempatan yang sama, Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr. H. Mohamad Subuh, MPPM mengatakan bahwa tim juga punya timeline tentang batas waktu yang harus dilaporkan dan dilakukannya tindakan.

"Jika terjadi suatu dugaan pasca imunisasi, jangan langsung menilai keseluruhan sehingga membuat resah masyarakat lainnya, seharusnya ada konfirmasi terlebih dahulu. Jika terjadi masalah maka dinkes kabupaten kota melalui pokja KIPI-nya harus melaporkan dalam 24 jam," papar dr Subuh.

"Kemudian dari dinkes provinsi komda ke PP KIPI antara 24 hingga 72 jam pada saat penemuan kasus, dari program P2P ke Komnas KIPI dari 24 jam hingga 7 hari setelah penemuan kasus. Jadi untuk kasus di Demak telah berproses kurang dari 3 hari sampai dengan hari selasa ini. Bahkan tim dari Komnas PP terjun langsung untuk kasus ini," sambung dr Subuh.

Baca juga: Bunda yang Sedang Hamil Nggak Boleh Remehkan Rubella, Ini Alasannya

dr Hindra menambahkan selain kurangnya cukup bukti dari kasus siswi yang mengalami kelumpuhan di Demak dengan pemberian vaksin, ditelusuri kembali ternyata anak tersebut juga ada riwayat sakit sebelum divaksin.

Oh iya, anggota KIPI itu ada dari perwakilan dokter spesialis anak, dokter spesialis penyakit dalam, dokter spesialis kandungan dan kebidanan, dokter spesialis saraf, dokter spesialis forensik, farmakolog, vaksinolog, serta imunolog dari lintas sektor yang terkait, Bun. Nah, tugas dari KIPI adalah melakukan causality assesment, yakni mengkaji dari semua data yang ada dan akhirnya bisa mengklasifikasikan temuannya.

Terkait vaksin MR, kenapa pemerintah memberikan secara gratis di bulan Agustus dan September, adalah demi mewujudkan eliminasi penyakit campak dan mengendalikan penyakit rubella serta kecacatan bawaan akibat rubella atau Congenital Rubella Syndrome di Indonesia pada tahun 2020. Seperti kita tahu kalau ibu hamil semester awal terkena rubella berisiko kecacatan pada anak yang dikandungnya. Jadi jangan sampai anak kena rubella lalu menularkannya pada ibu hamil. Semoga kita semua selalu sehat ya. Aamiin. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda