Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

parenting

Lahir dengan Ketuban Hijau, Tak Lama Bayi Ini Meninggal

Nurvita Indarini   |   HaiBunda

Senin, 11 Sep 2017 17:48 WIB

Bayi yang sudah lama ditunggu kehadirannya itu meninggal, hanya sehari sejak dilahirkan.
Ilustrasi bayi lahir dengan ketuban hijau/ Foto: Thinkstock
Jakarta - Bayi ini lahir dengan bobot yang cukup besar, yakni 3.900 gram. Sayangnya, bayi ini hanya bertahan hidup selama 24 jam saja. Ternyata saat lahir, ketuban di rahim ibunya sudah berwarna hijau karena tercampur mekonium alias feses bayi.

Adalah dr Rizalya Dewi, SpA, IBCLC yang menyampaikan cerita sedih ini melalui akun Facebook-nya beberapa waktu lalu. Kata dr Lya, demikian dia biasa disapa, bayi tersebut dibawa ke rumah sakit tempat dirinya praktik dalam keadaan biru, dingin, dan napas satu-satu.

Segera bayi tersebut dibawa ke NICU dan dipasangi ventilator. Analisis gas darah (AGD) bayi tersebut dikatakan dr Lya cukup menyedihkan. Misalnya nih, Bun, pH si bayi 6,9 padahal nilai normal untuk bayi baru lahir adalah 7,32 - 7,49. Selain itu PCO2-nya 100, padahal rentang normalnya 26,4-41,2 mmHg. Saturasi O2 bayi juga tidak pernah mencapai 90.

Ilustrasi bayi baru lahir dengan ketuban hijau/Ilustrasi bayi baru lahir dengan ketuban hijau/ Foto: Thinkstock

"Urine tidak keluar, cairan lambung berdarah. Tidak respons dengan terapi. Akhirnya meninggal di usia 24 jam," ujar dr Lya.

Baca juga: Foto: Gemas Maksimal! Saat Bayi Baru Lahir Jadi Putri Disney

Dari kasus ini, sambung dr Lya, ada pelajaran yang bisa diambil nih, Bun. Jadi plasenta itu memiliki 'umur', artinya kita harus memperhatikan benar usia kandungan kita. Sehingga kalau usia kehamilan sudah lebih dari 40 minggu, maka harus hati-hati ya.

"Kalau sudah lebih bulan, kemampuan (plasenta)-nya memasok oksigen dan zat makanan jadi berkurang. Kekurangan oksigen berat, membuat bayi mengeluarkan mekonium (BAB) di dalam kandungan. Ketuban yang bercampur mekonium, bisa merusak paru bayi," jelas dr Lya.

Oh iya, soal bayi yang tidak segera bernapas setelah lahir juga perlu banget dapat perhatian lebih. Soalnya efek kekurangan oksigen itu dirasakan dari ujung rambut ke ujung kaki bayi. Jadi bayi bisa kejang, sesak napas, gangguan jantung, gangguan usus, gangguan ginjal, asidosis, dan lain-lain.

Di Indonesia, bayi lahir dengan bobot 3.900 termasuk dalam kategori bayi besar. Nah, menurut dr Lya, biasanya anak pertama yang bobotnya besar sulit lahir per vaginam. Karena itu tidak usah memaksakan diri untuk melahirkan secara gentle birth atau bahasa awamnya, melahirkan secara normal.

dr Lya menjelaskan tindakan medis selalu dilakukan atas indikasi. Nah, jika bayinya terlalu besar dan lahir lebih bulan, maka hal itu merupakan indikasi dilakukannya operasi caesar.

Baca juga: Foto: Cute! Saat Bayi Baru Lahir Jadi Moana Sampai Rapunzel

"Tidak usah takut, SC bukan karena SpOG hobby SC atau ibunya lemah iman.... The most important is how to keep the baby safe dan tumbuh dengan baik. Untuk apa dipaksakan lahir spontan tapi bayinya asfiksia, kejang, trauma lahir, dll," terangnya.

Yang nggak kalah penting, Bun, persalinan yang berisiko, sebaiknya dilakukan di tempat dengan fasilitas lengkap. dr Lya mengatakan transportasi terbaik neonatus adalah saat masih di dalam perut ibu. Karena itu jika memang ada indikasi risiko, sebaiknya segera pergi ke tempat dengan fasilitas lengkap sebelum melahirkan.

dr Lya juga mewanti-wanti bagi para bunda perlu memastikan penolong persalinan harus mampu melakukan resusitasi dan stabilisasi. Ini penting banget agar bisa membantu bayi bisa bernapas di menit pertama kelahiran. Selanjutnya bisa melakukan stabilisasi kondisi bayi, dan bila diperlukan bisa merujuk dengan baik ke tempat rujukan. (Nurvita Indarini/rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda