Jakarta -
Pernah dengar
gondongan, Bun? Ya, gondongan, bukan gondok lho ya. Beberapa orang menyangka gondongan dan gondok itu sama, padahal keduanya sangat berbeda. Gondok terjadi karena kekurangan yodium, sedangkan gondongan dikarenakan oleh virus.
Gondongan dikenal juga dengan istilah mumps atau parotitis. Daya tular penyakit ini cukup tinggi lho. Jadi kalau satu anak di sekolah kena gondongan, biasanya diminta untuk nggak masuk sekolah dulu karena bisa mewabah.
Sebenarnya, gondongan bisa mempengaruhi bagian tubuh manapun. Namun sebagian besar mempengaruhi kelenjar penghasil air liur di bawah dan di depan telinga. Kelenjar tersebut bisa membengkak jika terinfeksi.
Umumnya nih, saat terkena gondongan, pipi dan leher anak akan membengkak. Nggak cuma satu sisi, tapi juga di kedua sisi wajah. Namun menurut situs WebMD, beberapa orang yang terinfeksi virus penyebab gondongan bisa saja tidak memiliki tanda atau gejala, atau gejala sangat ringan. Tanda itu baru muncul sekitar dua sampai tiga minggu setelah terpapar virus.
Baca juga:
Ini yang Bunda Perlu Tahu Soal GondonganBagaimana Penularan GondonganPenyebab gondongan adalah virus Paramyxovirus, yang menyebar dengan mudah dari orang ke orang melalui air liur orang yang terinfeksi. Apabila anak-anak tidak kebal, maka bisa terkena virus akibat droplet atau percikan pernapasan lewat udara, bisa juga dengan kontak langsung air liur orang yang terinfeksi yang baru saja bersin atau batuk.
Nggak cuma menyerang anak-anak, virus gondongan juga bisa menyerang orang dewasa. Jadi ketika si kecil terkena gondongan, kita sebagai orang tua perlu menjaga daya tahan tubuh agar nggak gampang tertular ya, Bun.
 Ilustrasi gondongan/ Foto: Thinkstock |
Gejala GondonganSelain demam dan bengkak, gejala gondongan yang sering dikeluhkan anak-anak antara lain:
1. Sakit otot
2. Lemah dan kelelahan
3. Kehilangan selera makan
4. Nyeri saat mengunyah atau menelan.
Pertolongan Pertama GondonganBunda bisa melakukan beberapa langkah ini apabila si kecil menunjukkan gejala gondongan:
1. Gunakan kompres hangat atau dingin untuk meredakan nyeri di kelenjar yang bengkak.
2. Hindari makanan yang membutuhkan banyak mengunyah. Sebagai gantinya, cobalah sup dengan kaldu atau makanan lunak, seperti kentang tumbuk.
3. Hindari makanan asam, seperti buah jeruk atau jus, yang merangsang produksi air liur.
4. Minum banyak cairan.
Kapan ke Dokter?Apabila si kecil terkena gondongan, hubungi dokter apabila diikuti dengan hal-hal sebagai berikut ya, Bun:
1. Demam 103 F (39 derajat C) atau lebih
2. Kesulitan makan atau minum
3. Kebingungan atau disorientasi
4. Sakit perut
5. Pada anak laki-laki, nyeri dan pembengkakan pada buah pelir
Untuk memastikan diagnosis dokter, tes darah mungkin diperlukan. Sistem kekebalan tubuh biasanya membuat antibodi untuk membantu melawan infeksi.
Mencegah GondonganApabila Bunda atau si kecil didiagnosis gondongan, baiknya jauhi orang lain atau anggota keluarga seperti adik atau kakaknya setidaknya selama seminggu untuk menghindari penyebaran. Untuk pencegahan, bisa dengan vaksin MMR (measles-mumps-rubella).
Karena gondongan disebabkan virus, antibiotik tidak efektif. Waktu dan istirahat adalah satu-satunya solusi.
Baca juga:
GondongBeberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa sakit dan rasa tidak nyaman serta mencegah orang lain terinfeksi, antara lain dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Beristirahatlah di tempat tidur sampai demamnya hilang.
2. Isolasikan anak untuk mencegah penyebaran penyakit ini kepada orang lain
3. Ambil obat penghilang rasa sakit, seperti acetaminophen (Tylenol, lain-lain) atau obat anti-inflamasi nonsteroid seperti ibuprofen (Advil, Motrin IB, lainnya).
4. Orang dewasa juga bisa menggunakan aspirin. Perlu dicatat juga, Bun, pengobatan gondongan bersifat simptomatik atau berdasarkan gejalanya.
Anak-anak tidak lagi dianggap menularkan sehingga dapat kembali bersekolah satu minggu setelah onset tanda dan gejala gondongan. Selain itu, orang dianggap kebal terhadap gondongan jika sebelumnya pernah terinfeksi atau jika diimunisasi gondongan.
"Kalau sudah pernah kena gondongan akibat virus maka ia sudah punya memori imunitas jadi mungkin tidak terkena lagi," ujar dr Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD, PhD, dari Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM, seperti dikutip dari detikHealth.
Gejala seperti gondongan juga bisa disebabkan kondisi lain. Kelenjar liur bengkak dan demam bisa menjadi indikasi amandel yang meradang (tonsilitis) atau kelenjar liur yang terhambat. Virus lain juga dapat menginfeksi kelenjar parotis, sehingga menyebabkan penyakit mirip gondong.
 Ilustrasi anak gondongan Foto: Nurvita Indarini |
Komplikasi GondonganBunda, gondongan juga bisa menyebabkan komplikasi yang serius meski jarang terjadi. Situs MayoClinic melaporkan kebanyakan komplikasi gondongan melibatkan pembengkakkan di beberapa bagian tubuh.
Berikut ini beberapa komplikasi gondongan yang bisa muncul:
1. Testis
Kondisi ini, yang dikenal dengan orchitis, menyebabkan satu atau kedua testikel membengkak pada pria yang telah mencapai pubertas. Orchitis itu menyakitkan, tapi jarang menyebabkan kemandulan.
2. Pankreas
Tanda dan gejala kondisi ini, yang dikenal sebagai pankreatitis, meliputi nyeri di perut bagian atas, mual dan muntah.
3. Ovarium dan payudara
Wanita yang telah mencapai pubertas mungkin mengalami pembengkakan di ovarium (ooforitis) atau payudara (mastitis). Kesuburan jarang terpengaruh.
4. Otak
Infeksi virus, seperti gondongan, bisa menyebabkan radang otak (ensefalitis). Ensefalitis dapat menyebabkan masalah neurologis dan mengancam jiwa.
Membran dan cairan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang. Kondisi ini, yang dikenal dengan meningitis, bisa terjadi jika virus gondong menyebar melalui aliran darah menginfeksi sistem saraf pusat
5. Gangguan pendengaran
Gondongan dapat menyebabkan gangguan pendengaran di salah satu atau kedua telinga. Dalam beberapa kasus, gangguan ini permanen.
Hal terpenting apabila ada orang yang terkena gondongan, mintalah yang bersangkutan menggunakan masker. Selain itu, orang di sekelilingnya perlu meningkatkan daya tahan tubuh dengan pola makan baik, tidur cukup, dan hindari stres.
(Nurvita Indarini)