Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Mengenal Refleks Prolaktin, Perangsangan Penting untuk Ibu Menyusui saat Proses Laktasi

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Jumat, 04 Oct 2024 07:50 WIB

Ilustrasi menyusui
Mengenal Refleks Prolaktin, Perangsangan Penting untuk Ibu Menyusui saat Proses Laktasi/Foto: Getty Images/FatCamera
Jakarta -

Selama menyusui, para ibu lebih familiar dengan let down reflex atau pelepasan ASI. Padahal, ada juga istilah refleks prolaktin yang berkaitan dengan ASI. Yuk, mengenal refleks prolaktin lebih lanjut, Bunda.

Keberadaan hormon prolaktin memiliki peran besar bagi produksi ASI selama menyusui. Kadar prolaktin dalam tubuh Bunda tinggi selama kehamilan dan tepat setelah kelahiran bayi, tetapi tubuh Bunda melepaskan prolaktin sebagai respons terhadap rangsangan di payudara. Jika Bunda tidak menyusui atau tidak memompa ASI, kadar prolaktin Bunda akan mulai turun.

Apa itu hormon prolaktin?

Hormon prolaktin (disingkat PRL), adalah hormon peptida, yang dikodekan oleh gen prolaktin. Pada manusia, indeks prolaktin ada sebagai tiga peptida dan beberapa peptida dengan berat molekul yang lebih besar.

Indeks prolaktin pada perempuan berperan dalam merangsang kelenjar susu untuk memproduksi ASI, dan juga memengaruhi banyak fungsi seluler lainnya. Hormon prolaktin disekresikan dari kelenjar pituitari anterior sebagai respons terhadap makan, perkawinan, pengobatan estrogen, ovulasi, dan laktasi untuk menghasilkan ASI.

Setelah ibu melahirkan bayi, plasenta meninggalkan tubuh, kadar estrogen dan progesteron akan mulai menurun. Penurunan kedua hormon ini memungkinkan prolaktin untuk merangsang kelenjar susu di payudara untuk menghasilkan ASI. Selama beberapa hari pertama setelah bayi lahir, prolaktin secara drastis meningkatkan produksi ASI, yang sering menyebabkan pembengkakan saat kolostrum berubah menjadi ASI.

Sekresi ASI dipertahankan dan dikendalikan oleh prolaktin. Ini berarti bahwa ketika bayi mengisap payudara, ia merangsang sekresi prolaktin. Prolaktin memasuki aliran darah ke kelenjar susu dan merangsang sel-sel untuk mengeluarkan ASI.

Kadar prolaktin dalam darah mencapai maksimum sekitar 30 menit setelah bayi menyusu, membantu menghasilkan ASI untuk pemberian ASI berikutnya. Melalui mekanisme produksi ASI seperti di atas, untuk menghasilkan ASI yang lebih banyak, diperlukan prolaktin yang banyak seperti dikutip dari laman Vinmec.

Seperti diketahui bahwa payudara menghasilkan ASI dimulai ketika bayi mulai menyusu pada puting susu dan hasil rangsangan fisik menyebabkan impuls pada ujung saraf selanjutnya dikirim ke hypothalamus di otak yang secara bergantian memberitahu kelenjar pituary di otak untuk menghasilkan hormon oksitosin dan prolaktin.

Dalam hal ini, prolaktin menyebabkan air susu diproduksi dan oksitosin menyebabkan serat otot yang mengelilingi kelenjar alveoli mengerti seperti otot rahim. Saat serat otot di sekeliling kelenjar alveoli mengerut menyebabkan air susu keluar yang disebut aliran, kejadian ini dapat menimbulkan sensasi pada payudara dan menyemprotkan susu dari puting susu.

Hormon oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke puting susu melalui isapan mulut bayi atau melalui pijatan pada tulang belakang ibu bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang belakang ibu akan merasa tenang, rileks, dan meningkatkan ambang rasa nyeri seperti dikutip dari laman Jkp.poltekkes-mataram.

Pijat oksitosin memang diketahui memiliki pengaruh terhadap pengeluaran ASI pada ibu postpartum. Sebagaimana teori Depkes RI (2007) yang menjelaskan bahwa pijat oksitosin dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks let down.

Selain itu, manfaat lainnya ialah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi bengkak, mengurangi sumbatan ASI, merangsang pelepasan hormon oksitosin, mempertahankan produksi ASI ketika ibu dan bayi sakit. ASI sendiri diproduksi atas hasil kerja gabungan antara hormon dan refleks.

Sementara itu refleks prolaktin merupakan refleks pembentukan atau produksi ASI. Refleks prolaktin yaitu refleks pengaliran atau pelepasan ASI setelah diproduksi oleh sumber pembuat susu. ASI kemudian akan dikeluarkan dari sumber pembuat susu dan dialirkan ke saluran susu.

ASI dan hormon prolaktin 

Setiap kali bayi mengisap payudara akan merangsang ujung saraf sensorik di sekitar payudara sehingga merangsang kelenjar hipofisis bagian depan untuk menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan masuk ke peredaran darah kemudian ke payudara menyebabkan sel sekretori di alveolus (pabrik ASI) menghasilkan ASI.

Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah diisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yg sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada.

Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang ASI (sinus laktiferus), makin banyak produksi ASI. Dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi. Sebaliknya, makin jarang bayi mengisap, makin sedikit payudara menghasilkan ASI. Jika bayi berhenti mengisap maka payudara akan berhenti menghasilkan ASI.

Prolaktin umumnya dihasilkan pada malam hari, sehingga menyusui pada malam hari dapat membantu mempertahankan produksi ASI. Hormon prolaktin juga akan menekan ovulasi (fungsi indung telur untuk menghasilkan sel telur), sehingga menyusui secara eksklusif akan memperlambat kembalinya fungsi kesuburan dan haid. Oleh karena itu, menyusui pada malam hari penting untuk tujuan menunda kehamilan seperti dikutip dari laman IDAI.

ASI dan refleks oksitosin (love reflex, let down reflex)

Hormon oksitosin diproduksi oleh bagian belakang kelenjar hipofisis. Hormon tersebut dihasilkan bila ujung saraf di sekitar payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin akan dialirkan melalui darah menuju ke payudara yang akan merangsang kontraksi otot di sekeliling alveoli (pabrik ASI) dan memeras ASI keluar dari pabrik ke gudang ASI. Hanya ASI di dalam gudang ASI yang dapat dikeluarkan oleh bayi dan atau ibunya.

Oksitosin dibentuk lebih cepat dibanding prolaktin. Keadaan ini menyebabkan ASI di payudara akan mengalir untuk diisap. Oksitosin sudah mulai bekerja saat ibu berkeinginan menyusui (sebelum bayi mengisap). Jika refleks oksitosin tidak bekerja dengan baik, bayi mengalami kesulitan untuk mendapatkan ASI. Payudara seolah-olah telah berhenti memproduksi ASI, padahal payudara tetap menghasilkan ASI namun tidak mengalir keluar.

Efek penting oksitosin lainnya adalah menyebabkan uterus berkontraksi setelah melahirkan. Hal ini membantu mengurangi perdarahan, walaupun kadang mengakibatkan nyeri.

Keadaan yang dapat meningkatkan hormon oksitosin

Beberapa keadaan yang dianggap dapat memengaruhi (meningkatkan) produksi hormon oksitosin:

1. Perasaan dan curahan kasih sayang terhadap bayinya.
2. Celotehan atau tangisan bayi.
3. Dukungan ayah dalam pengasuhan bayi, seperti menggendong bayi ke ibu saat akan disusui atau disendawakan, mengganti popok dan memandikan bayi, bermain, mendendangkan bayi dan membantu pekerjaan rumah tangga.
4. Pijat bayi.

Beberapa keadaan yang dapat mengurangi produksi hormon oksitosin:

1. Rasa cemas, sedih, marah, kesal, atau bingung.
2. Rasa cemas terhadap perubahan bentuk pada payudara dan bentuk tubuhnya, meniggalkan bayi karena harus bekerja dan ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi.
3. Rasa sakit terutama saat menyusui.

Keberhasilan menyusui

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam satu jam pertama (inisiasi dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks mengisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). 

Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan mengisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena  akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan bingung puting, serta meningkatkan risiko infeksi.

3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, ia akan melepaskan puting dengan sendirinya. 

Nah, semoga informasinya membantu ya, Bunda.

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!



(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda