Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

10 Faktor Risiko Penyebab Kanker Payudara, Termasuk Usia saat Pertama Kali Melahirkan

Dwi Indah Nurcahyani   |   HaiBunda

Rabu, 03 Sep 2025 09:20 WIB

ilustrasi payudara
10 Faktor Risiko Penyebab Kanker Payudara/Foto: Getty Images/iStockphoto/AndreyPopov
Daftar Isi
Jakarta -

Kanker payudara menjadi risiko yang perlu diwaspadai. Kenali faktor risiko penyebab kanker payudara lebih lanjut, Bunda.

Setelah kanker kulit, kanker payudara merupakan tipe kanker paling umum yang didiagnosis pada perempuan di Amerika Serikat. Namun, kanker payudara tidak hanya terjadi pada perempuan saja. Mengingat setiap orang dilahirkan dengan jaringan payudara, siapa pun bisa berisiko terkena kanker payudara.

10 Faktor risiko penyebab kanker payudara

Risiko kanker payudara mungkin bersifat umum ya, Bunda. Tetapi, ada beberapa faktor-faktor tertentu yang bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Berikut ini di antaranya ya, Bunda:

1. Riwayat keluarga kanker payudara

Jika orang tua, saudara kandung, atau anak menderita kanker payudara, risiko Bunda terkena kanker payudara akan meningkat. Risikonya juga lebih tinggi jika keluarga memiliki riwayat kanker payudara di usia muda. Namun, kebanyakan orang yang didiagnosis kanker payudara tidak memiliki riwayat keluarga dengan penyakit ini.

2. Riwayat pribadi kanker payudara

Jika Bunda pernah menderita kanker di salah satu payudara, Bunda tentunya memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker di payudara lainnya.

3. Memulai menstruasi di usia yang lebih muda

Bagi Bunda yang mengalami menstruasi lebih dini, biasanya faktor risiko kanker payudara lebih tinggi. Apalagi, menstruasi sebelum usia 12 tahun meningkatkan risiko kanker payudara seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.

4. Menopause di usia yang lebih tua

Selain menstruasi yang dimulai lebih awal ternyata menopause yang terjadi setelah perempuan berusia 55 tahun juga dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

5. Jaringan payudara padat

Jaringan payudara terdiri dari jaringan lemak dan jaringan padat. Di dalam jaringan padat ini sedianya terdiri dari kelenjar susu, saluran susu, dan jaringan fibrosa. Jika Bunda memiliki payudara padat, Bunda memiliki lebih banyak jaringan padat daripada jaringan lemak di payudara Bunda. Sementara, memiliki payudara yang padat dapat mempersulit deteksi kanker payudara pada mammogram. Jika mammogram menunjukkan payudara padat, risiko kanker payudara pun meningkat.

6. Bergender perempuan

Terlahir sebagai perempuan, secara risiko memang membuat perempuan lebih mungkin terkena kanker payudara dibandingkan laki-laki. Tetapi, setiap orang dilahirkan dengan jaringan payudara, sehingga siapa pun dapat terkena kanker payudara.

7. Melahirkan anak pertama di usia yang lebih tua

Memiliki anak di usia yang lebih tua memang cukup berisiko ya, Bunda. Karenanya, melahirkan anak pertama setelah usia 30 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara.

8. Tidak pernah hamil

Ada sebagian perempuan yang memiliki kesulitan untuk mendapatkan kehamilan. Kondisi ini pun sedianya bisa meningkatkan risiko seseorang terkena kanker payudara.

9. Bertambahnya usia

Seiring bertambahnya usia, seseorang juga memiliki risiko terkena beragam masalah kesehatan termasuk risiko kanker payudara. Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia.

10. Terapi hormon menopause

Mengonsumsi obat terapi hormon tertentu untuk mengendalikan gejala menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Risiko ini terkait dengan obat terapi hormon yang menggabungkan estrogen dan progesteron.

Ciri-ciri benjolan kanker payudara

Tidak semua perempuan mungkin menyadari adanya risiko kanker payudara. Bagi mereka yang memiliki risiko lebih besar, ada beberapa ciri-ciri benjolan kanker payudara yang bisa ditandai sebagai berikut:

1. Benjolan payudara atau area kulit menebal yang terasa berbeda dari jaringan di sekitarnya
2. Puting yang tampak rata atau melengkung ke dalam
3. Perubahan warna kulit payudara
4. Perubahan ukuran, bentuk, atau tampilan payudara
5. Perubahan pada kulit di atas payudara, seperti kulit yang tampak berlesung pipit atau seperti kulit jeruk
6. Pengelupasan dan pengerasan kulit pada payudara seperti dikutip dari laman Mayo Clinic.

Cara mendeteksi kanker payudara

Perubahan pada payudara sekalipun minor memang perlu jadi perhatian khusus. Termasuk, ketika Bunda melihat adanya perubahan pada payudara atau pembengkakan di ketiak, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan dan riwayat kanker payudara dalam keluarga.

Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan fisik, memeriksa kedua payudara dan kelenjar getah bening di ketiak serta di atas tulang selangka, seperti dikutip dari laman Cancervic.

Selain itu, dokter juga akan menjadwalkan beberapa tes pencitraan, seperti mammogram diagnostik atau ultrasonografi. Jika diperlukan, tindakan biopsi akan dilakukan. Terkadang, dokter juga melakukan tes tambahan seperti pemindaian MRI payudara.

Tes lebih lanjut juga mungkin direkomendasikan jika skrining mammogram menunjukkan sesuatu yang tidak biasa. Program The National BreastScreen Australia memberikan akses gratis ke tes skrining kanker payudara untuk semua perempuan di atas usia 40 tahun.

Kapan ke dokter?

Risiko kanker payudara tidak bisa dianggap ringan ketika seseorang terdeteksi adanya gangguan tersebut. Untuk itu, jika Bunda menemukan benjolan atau perubahan lain pada payudara, segera temui dokter. 

Jangan menunggu pemeriksaan mammogram berikutnya untuk memastikan apakah perubahan yang ditemukan adalah kanker payudara atau bukan. Sebaiknya, laporkan setiap perubahan yang terjadi pada payudara, meskipun hasil mammogram terbaru menunjukkan tidak ada indikasi kanker payudara

Cara mencegah kanker payudara

Risiko kanker payudara menjadi hal yang sulit dicegah. Namun, Bunda dapat mengurangi risiko terjadinya gangguan kesehatan tersebut. Salah satu caranya yakni dengan melakukan pemeriksaan mandiri dan mammogram secara teratur yang membantu mendeteksi kanker payudara sejak dini, saat kanker lebih mudah diobati.

Memang, tidak ada cara pasti untuk mengurangi risiko kanker payudara. The American Cancer Society (ACS) memberikan saran berikut yang bisa dilakukan semua perempuan:

1. Mempertahankan berat badan yang sehat
2. Konsumsi makanan sehat
3. Menghindari daging merah dan daging olahan 
4. Aktivitas fisik 
5. Hindari minuman beralkohol
6. Lakukan skrining
7. Lakukan pemeriksaan mandiri secara teratur

Cara mengatasi kanker payudara

Operasi menjadi pengobatan utama kanker payudara. Beberapa jenis operasi tersebut meliputi mastektomi, lumpektomi, dan rekontruksi payudara. Tim medis juga dapat menggabungkan operasi dengan satu atau lebih pengobatan yakni kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi, terapi hormon, terapi target, dan lainnya.

Perlu diwaspadai, setiap pengobatan mungkin bisa mendatangkan efek samping pada sebagian orang. Secara umum, efek samping dari kemoterapi dan terapi radiasi ialah kelelahan, mual, dan muntah. Sementara pada terapi target, imunoterapi, dan terapi hormon memiliki efek samping yang serupa termasuk masalah gastrointestinal seperti sembelit dan diare.

Setiap orang bereaksi berbeda terhadap pengobatan kanker payudara. Jika Bunda sedang menjalani pengobatan, tanyakan kepada dokter bagaimana pengobatan dapat memengaruhi diri sendiri, termasuk bagaimana hal itu dapat memengaruhi kehidupan sehari-hari. Tanyakan juga pada dokter mengenai perawatan paliatif yang membantu mengelola gejala kanker payudara dan efek samping pengobatan sehingga Bunda tetap nyaman selama menjalani pengobatan.

 

Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!

(pri/pri)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda