Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

menyusui

Gengsi Memberikan ASI Eksklusif? Nggak Zaman Lagi Ya, Bun

  |   HaiBunda

Jumat, 04 Aug 2017 10:55 WIB

ASI adalah makanan terbaik bagi bayi. Jadi kita nggak perlu gengsi memberikan ASI eksklusif ya, Bun.
Ilustrasi menyusui tanpa gengsi/ Foto: thinkstock
Jakarta - Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi. Maka itu, nggak ada salahnya kalau kita berjuang sekuat tenaga untuk bisa memberikan ASI untuk si kecil, apalagi ASI eksklusif. Nggak perlu gengsi, Bun.

Memang ada kondisi-kondisi tertentu yang membuat seorang ibu tidak bisa memberikan ASI untuk anaknya. Tapi itu sebenarnya sangat jarang, Bun. Karena menyusui diperlukan perjuangan yang memang nggak gampang.

Kadang, saat ASI belum keluar sesaat setelah melahirkan sementara si bayi yang baru lahir terus-menerus menangis, ada pendapat yang menyarankan agar si kecil diberi susu formula dulu. Padahal kalau nggak ada indikasi dehidrasi dan abnormalitas, bayi masih bisa bertahan selama 48 jam.

Data yang dirilis Kementerian Kesehatan RI, baru 54 persen ibu-ibu di Indonesia yang memberikan ASI eksklusif. Sementara yang lain masih belum memberikan ASI secara penuh nih.

Nah, keberhasilan pemberian ASI itu nggak cuma tanggung jawab para bunda saja. Semua kalangan yang terlibat juga perlu tahu. Jadi ketika muncul kendala di awal proses menyusui, nggak akan tergoda untuk mencari jalan pintas.

"Jangan sampai kita tergiur sama jalan pintas ya, Bun. Jalan pintas di sini adalah kita malah memberikan makanan yang bukan seharusnya untuk dikonsumsi," kata Dr dr Tan Shot Yen, M.Hum atau sering disapa dengan dr Tan dalam temu media dalam rangka Pekan ASI Sedunia di Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jl HR Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (3/8/2017).

Menurut dr Tan nih, Bun, terkadang gengsi masih menjadi kendala para ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif. "Beberapa kasus yang sering terjadi adalah ketika Ibu-ibu ngumpul dan saling gengsi dalam pemberian susu formula untuk anaknya. Misalnya kalau nggak merk A berarti nggak sesuai 'kasta'-nya. Padahal itu salah besar dan berakibat fatal bagi anak lho," imbuhnya.

Kata dr Tan, efek jangka panjang anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif adalah kerentanan pada beberapa penyakit tidak menular. Sebab dalam ASI ada kandungan 'sakti' yang bisa menambah imunitas anak.

Menyusui Langsung atau Pakai Alat?

Sebenarnya sih, Bun, kandungan ASI perah dan yang diminum langsung dari payudara ibu itu sama saja. Tapi ada keuntungan dari memberikan ASI secara langsung lho. Soalnya selain bonding yang lebih baik juga membentuk respons anak akan rasa kenyang dan puas.

Ilustrasi ASI perahIlustrasi ASI perah Foto: Thinkstock
"Sementara anak yang terbiasa dengan dot akan menghabiskan isi botolnya karena 'diharuskan'. Bukan karena terbiasa merasakan kepuasan menyusu" imbuh dr Tan.

Karena itu bagi ibu bekerja, agar ASI tetap lancar, maka perlu untuk memerah ASI di sela-sela waktu kerjanya. Tapi begitu nanti bertemu lagi dengan anaknya di rumah, bisa memberikan ASI secara langsung.

Sementara itu, Anggia Utami, aktivis dari PP Fatayat NU juga menambahkan pentingnya peran suami dalam memberi dukungan untuk istrinya agar terus memberikan ASI-nya. Jadi nggak cuma suami dan keluarga, seluruh tenaga kesehatan pun perlu mendukung keberhasilan pola asuh yang baik dalam keluarga.

"Di dalam kitab klasik ada anjuran memberikan kolostrum pada bayi yang berusia 3-7 hari. Kolostrum ini kan ada di dalam ASI, jadi anjuran ini sebenarnya bukan berlaku untuk sekarang bahkan dari zaman dulu pun sudah ada anjuran tentang pemberian ASI," tutur Anggia. (Nurvita Indarini)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda