Jakarta -
Tak hanya bermanfaat bagi si kecil, menyusui juga bermanfaat buat bunda. Di antaranya membakar kalori juga merilis hormon oksitosin yang bisa mengurangi pendarahan pasca persalinan. Nggak cuma itu, Bun. Baru-baru ini, studi menunjukkan menyusui bisa mengurangi risiko
endometriosis lho.
Mayo Clinic menyebutkan, endometriosis adalah penyakit pada sistem reproduksi yang disebabkan jaringan di lapisan dalam dinding rahim atau endometrium yang tumbuh di luar rongga rahim. Penebalan yang terjadi di luar rongga rahim akan mengalami peluruhan misalnya saat menstruasi. Namun, darahnya nggak bisa keluar dan menumpuk di dalam. Hal tersebut yang menyebabkan iritasi, sehingga bagi ibu yang mengalaminya akan merasakan sakit luar biasa saat menstruasi, buang air dan berhubungan seksual.
"Jika wanita ingin mengurangi risiko endometriosis, menyusui adalah salah satu caranya. Memang endometriosis adalah kondisi yang tidak umum. Namun, saat ini belum ada pengobatan yang benar-benar manjur. Selama ini endometriosis hanya diobati dengan obat pereda nyeri, terapi hormon dan operasi yang belum bisa membuat sembuh total," ujar Dr Leslie V Farland dari Harvard Medical School di Boston, salah satu peneliti dalam studi.
Baca juga:
Selain di Rahim, Endometriosis Juga Bisa Menyebar ke Usus dan Paru
Beberapa peneliti mengatakan bahwa, wanita biasa bisa terkena endomietriosis karena mengalami menstruasi retrograde. Kondisi tersebut sama persis dengan menstruasi biasa, namun darah mengalir ke arah berlawanan sehingga bukan keluar melalui dinding vagina melainkan menuju perut. Nah, kenapa menyusui bisa mengurangi risiko terkena
endometriosis? Kata dr Farland, ini karena saat menyusui biasanya ibu tidak mengalami menstruasi
"Kami meneliti 72.394 wanita hamil usia 6 bulan ke atas untuk berpartisipasi dalam Nurse Health Study. Tidak ada satu pun yang mengalami endometriosis pada awal studi. Lalu, studi lanjutannya, kami mendiagnosis 3.296 dari wanita tadi mengalami endometriosis. Kemudian, wanita yang menyusui selama kurang lebih 3 tahun 40 persen berisiko lebih rendah terkena endometriosis dibanding wanita yang menyusui kurang lebih 1 bulan," kata dr Farland.
Studi ini juga menunjukkan perpanjangan waktu menyusui selama 3 bulan bisa menurunkan risiko endometriosis 8 persen. Wanita yang nggak menstruasi selama 6 hingga 12 bulan setelah melahirkan memiliki persentase 42 persen nggak terkena endometriosis dibanding wanita yang rutin menstruasi per bulannya setelah melahirkan.
Baca juga:
Begini Cara Bedakan Nyeri Haid Normal dengan EndometriosisTapi, dr Farland menegaskan kalau dalam penelitian ini memang hanya dijelaskan kalau periode menstruasi yang sedikit adalah salah satu efek dari menyusui. dr Farland dan tim percaya bahwa perubahan hormonal yang dialami wanita saat
menyusui, seperti kadar hormon oksitosin yang lebih tinggi dan kadar hormon estrogen yang lebih rendah juga berperan dalam mengurangi risiko endometriosis.
"Studi ini memang belum meneliti wanita yang sudah mengalami endometriosis sebelum hamil. Namun, di penelitian selanjutnya kami akan menyelidiki apakah menyusui dapat mengurangi gejala pada wanita yang sudah mengalaminya. Kami akan mengklarifikasi efek dari menyusui yang benar-benar bisa mengurangi gejala dan risiko terkena endometriosis," tutup dr Farland.
(aci/rdn)