Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

'Pernikahan Ini Kini Terasa Hambar....'

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Selasa, 26 Sep 2017 07:03 WIB

Bertahun-tahun menikah, kini pernikahan ini semakin terasa hambar....
Ilustrasi pernikahan yang hambar/Foto: thinkstock
Jakarta - Bertahun-tahun sudah Sita, sahabat HaiBunda, membangun rumah tangga bersama sang suami. Banyak hal yang terjadi dan dihadapi berdua tidak serta-merta membuat mereka bisa saling memahami satu sama lain. Bahkan kini pernikahan itu pun jadi terasa hambar.

Dulu, ketika pernikahan mereka baru berjalan satu tahun, masalah pertama muncul. Penyebabnya adalah Sita yang tak kunjung hamil. Bahkan sang suami pernah menalak Sita lantaran kecewa.

"Bahkan dia pernah bilang, akan kasih saya apa saja kalau saya bisa hamil dan punya anak," lanjut Sita.

Tuhan memang baik, setahun setelah perkara tersebut, Sita diberikan kesempatan untuk hamil dan akhirnya punya anak. Bahkan dua tahun berikutnya Sita melahirkan anak kedua. Namun janji sang suami untuk memberinya apa saja jika pernikahan mereka menghasilkan anak tak juga tertunai. Meski begitu, Sita enggan menagih janji itu.

Sejak anak-anak lahir hingga beranjak besar ternyata tidak membuat pernikahan keduanya menghangat. Semua terasa hambar, dingin. Masing-masing memendam pendapatnya sendiri. Masing-masing tetap berusaha tinggal di satu atap demi anak-anaknya semata, meskipun sepertinya perasaan masing-masing sudah mati rasa.

Bagi Sita, sang suami memang kurang perhatian. Beberapa kali suaminya memilih menginap di rumah orang tuanya tanpa peduli istrinya kerepotan sendirian mengurus dua anak. Bahkan karena kondisi yang mepet, Sita terpaksa memberi makan anaknya dengan nasi dan garam.

"Bahkan dulu, saya melahirkan anak kami sendiri di bidan. Punya suami seperti tidak punya suami," keluh Sita.

Baca juga: Asyik Kumpul Keluarga, Jangan Sampai Kita Cuekin si Kecil ya Bun

Konflik terselubung Sita dengan sang suami memang disimpan rapat-rapat dari anak-anaknya. Sita nggak ingin anaknya sedih melihat orang tuanya berantem. Maka itu, Sita memilih diam dan memendam semua, meski rasanya ingin sekali menyampaikan semua hal yang menggunung di hati dan benaknya pada sang suami. Entahlah, rasanya bagi Sita seperti hidup dengan pria asing yang nggak dikenal.

Tapi seiring anaknya yang beranjak besar, Sita lelah menutup-nutupi konflik yang sebenarnya terjadi. Sekarang hal-hal kecil pun tidak sungkan lagi diributkan. Sering kali sang suami mengeluhkan soal Sita ke anak-anaknya. Sebaliknya, Sita juga melakukan hal yang sama.

Untuk bepergian bersama-sama sekeluarga pun tidak pernah dilakukan. Jika mau pergi, anak-anak hanya akan pergi dengan ayahnya saja atau ibunya saja.

Jika sudah begitu hambar, mengapa tidak memutuskan berpisah saja? "Iya, saya bisa nahan semua ini untuk anak-anak saya. Cuma untuk anak-anak saya aja, nggak ada alasan lain," ungkap Sita.

"Pokoknya hingga anak-anak saya sudah berkeluarga, baru deh terserah sehabis itu dia (suami) mau gimana," lanjutnya.

Baca juga: Ketika Kau Selingkuh, Haruskah Aku Memaafkanmu, Suamiku?

Menurut Bunda, apa yang harus dilakukan Bunda Sita? (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda