Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Ketika Momongan yang Tak Kunjung Hadir Picu Konflik Suami Istri

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Minggu, 01 Oct 2017 13:01 WIB

Sudah bertahun-tahun menikah, tapi anak yang diharapkan tak kunjung juga didapat. Hal ini kadang melahirkan masalah lainnya.
Ilustrasi konflik suami istri/ Foto: thinkstock
Jakarta - Ketika kita dan pasangan memutuskan menikah, tentu inginnya segera mendapatkan momongan. Namun kenyataan sering kali tidak seindah yang diharapkan. Meski sudah bertahun-tahun menikah, anak yang diharapkan hadir, belum juga didapat.

Pada beberapa suami istri, belum hadirnya anak bukan masalah besar. Tapi bagi pasangan lain, hal ini bisa menimbulkan lahirnya konflik.

"Idealnya, hal seperti ini, seperti perencanaan memiliki anak, atau rencana lain seperti pekerjaan, melanjutkan sekolah, bekerja atau menjadi ibu rumah tangga, dan sebagainya dibahas sebelum menikah. Selain itu juga, hal ini menunjukkan pentingnya premarital check-up sebelum menikah," kata psikolog klinis dewasa dari Tiga Generasi, Tiara Puspita MPsi.

Baca juga: 'Pernikahan Ini Kini Terasa Hambar....'

Psikolog yang akrab disapa Tita ini menambahkan pentingnya premarital checkup sebetulnya untuk menghindari munculnya konflik terkait belum hadirnya anak. Nah, jika sebelum menikah ternyata diketahui bahwa salah satu pihak memiliki kondisi fisik tertentu, mungkin kedua belah pihak dapat memutuskan untuk melanjutkan atau tidak melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

"Baiknya pasangan berdiskusi dengan dokter spesialis kandungan mengenai kondisi masing-masing pihak, juga program atau treatment yang dapat digunakan untuk membantu mereka memiliki anak. Jadi bukan dengan cara saling menyalahkan atau bahkan menalak pasangannya," kata Tita yang ngobrol langsung dengan HaiBunda.

Ketika istri ditalak suami, coba bicarakan baik-baik saat situasi tenang mengena harapan dan upaya yang dapat mereka lakukan untuk memiliki anak. Artinya, bukan lantas dibiarkan, didiamkan saja atau langsung menerima talak suami. Jika sampai seperti ini, ada baiknya untuk melakukan konseling pernikahan.

Karena kalau hal seperti ini kita diamkan, tidak disiskusikan, lalu mengubah rumah tangga kita menjadi sedingin es, tentu tidak baik juga.

"Tentunya hal ini tidak sehat ya, hal ini berlaku bagi kedua belah pihak, tidak hanya suami yang menalak istri, tetapi juga istri yang minta diceraikan. Hal ini tidak hanya dapat menyakiti pasangan, namun juga dapat memperkeruh situasi dan permasalahan yang sedang dihadapi," papar Tita.

Baca juga: 'Bahkan Saat Hamil, Aku Tidak Mendapat Perhatian Suamiku'

Tita menganjurkan ada baiknya pasangan tersebut berlatih cara penyelesaian konflik yang lebih efektif. Selain itu kenali reaksi pasangan ketika sedang bertengkar untuk menghindari kondisi menjadi lebih buruk dari yang seharusnya.

"Jangan dibiarkan (dimaafkan) atau langsung ditinggalkan, baiknya dicoba untuk diperbaiki dulu bersama dengan pasangan," lanjut Tita.

Tita juga menyarankan untuk memberikan pengertian kepada pasangan bahwa hal tersebut menyakiti perasaan. Baik suami atau istri juga perlu berlatih mengutarakan perasaan tanpa terbawa emosi. Jika saat bertengkar dengan pasangan kita merasa sulit untuk mengontrol emosi atau perilaku, jangan dipaksakan. Saat seperti ini, tenangkan diri atau keluar dari situasi tersebut hingga Anda dan pasangan merasa lebih tenang, baru didiskusikan kembali. (aml)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda