Terpopuler
Aktifkan notifikasi untuk dapat info terkini, Bun!
Bunda dapat menonaktifkan kapanpun melalui pengaturan browser.
Nanti saja
Aktifkan

moms-life

Saat Anak Sakit, Orang Tua Bisa Alami Secondary Trauma Stress

Amelia Sewaka   |   HaiBunda

Minggu, 03 Jun 2018 08:17 WIB

Ketika si kecil sakit ada kondisi yang bisa kita alami yaitu secondary trauma stress. Apa itu?
ilustrasi orang tua stres saat anak sakit/ Foto: thinkstock
Jakarta - Apa yang Bunda rasakan ketika melihat si kecil sakit? Ketika si kecil demam ringan aja kita bisa stres banget ya, Bun. Apalagi kalau anak mengalami penyakit kronis atau langka, pastinya diri ini bisa stres berat.

Kalau aja bisa penyakit yang dialami si kecil pindah ke tubuh kita, sebagai ibu kita pasti rela kok. Karena pada dasarnya nggak ada orang tua yang mau melihat anaknya sakit. Ya kan, Bun? Dalam kondisi menghadapi si kecil yang sedang sakit cukup berat, ada yang namanya secondary trauma stress. Apa itu?

"Secondary trauma stress adalah kondisi yang dialami oleh seseorang yang sedang mendampingi orang lain yang sedang mengalami stres, misal karena sakit kronis. Dan pada akhirnya kita ikut kena stres juga," kata Retno Dewanti Purba, psikolog edukasi mental dalam acara 'Great Parents for Loved Ones' di Decanter, Plaza Kuningan baru-baru ini.

Menurut psikolog yang akrab disapa Neno ini, kita sangat mungkin lho mengalami kondisi ini ketika dihadapkan dalam keadaan mengurus orang yang dicintai sakit, apalagi jika sakitnya yang langka atau kronis dan membutuhkan dana banyak. Ciri secondary trauma stress antara lain merasa gamang, mudah nangis, dikuasai oleh perasaan negatif, merasa lelah mental, lesu, lelah fisik dan merasa gagal. Produktivitas juga menurun dan merasa tidak punya harapan.



"Secondary trauma ini sebenarnya normal tapi ada beberapa orang yang justru menekan stres ini, 'Saya kuat' tapi dalam hati berantakan. Niatnya sih ingin kuat di depan orang yang dicintai. Boleh begini? Boleh, asal ada batasnya," kata Neno.

Begini, Bun, menurut Neno kita ini manusia yang di satu titik kita akan merasa down, terjerembap, dan rasanya ingin menumpahkan segala emosi yang sudah tertahan atau kalau diibaratkan Neno, tantrum.

"Emangnya cuma anak kecil aja yang bisa tantrum. Kita yang dewasa juga bisa lho," kata psikolog dari SAUH Psychological Services ini.

Perasaan-perasaan capek, belum lagi pertanyaan 'kenapa saya yang mengalami ini?', pikiran harus cari uang ke mana kalau butuh dana banyak, itu semua memang bisa numpuk di kepala dan pundak. Nah, kalau nggak ditangani kondisi ini bisa berdampak pada hubungan kita dengan pasangan.

Karena itu, orang tua juga harus memiliki kepekaan terhadap kondisinya sendiri. Mengenali kapan kita mulai stres dan harus minta bantuan, serta membuka diri terhadap pihak lain.

"Coba mapping terhadap orang-orang dalam lingkungan terdekat. Bentuk safety net yang siap mengulurkan tangan di saat kita perlukan. Baik itu dukungan mental atau psikologis, maupun finansial," tutur Neno.

(rdn)

TOPIK TERKAIT

HIGHLIGHT

Temukan lebih banyak tentang
Fase Bunda