Sydney -
Banyak yang bilang pekerjaan menjadi
orang tua itu nggak mudah, Bun. Faktanya satu dari tujuh wanita dan satu dari pria mengalami depresi dan kecemasan pascanatal. Depresi usai elahirkan pada ibu baru sering menjadi sorotan, tapi bagaimana dengan ayah. Seperti apa tantangan pria saat menjadi ayah baru?
Bicara soal depresi usai melahirkan, kata pakar parenting, Dr Deborah Gilboa, kondisi ini memang juga bisa dialami para ayah setelah kelahiran anak-anaknya. Sekitar sepuluh persen pria dan 14 persen wanita mengalami depresi usai melahirkan.
"Supaya keluarga sehat, termasuk kesehatan mental, kita harus lebih banyak bicara, lebih banyak menerima, dan lebih banyak membantu orang dewasa yang mengalami masalah ini," kata Gilbao, dikutip dari
Today.
Kembali ke peran ayah baru di zaman kini yang sudah banyak berubah, berkembang banyak dari generasi sebelumnya. Ayah zaman kini sudah banyak yang terlibat dan hadir langsung dalam mengurus anak-anaknya, Bun.
Wanita memang umumnya yang menjadi pengasuh utama sehingga memiliki lebih banyak waktu untuk berlatih. Tapi, bunda bisa menjadi tim yang hebat bersama ayah.
Ada tiga tantangan yang dihadapi pria saat berubah peran menjadi ayah seperti dilansir
Kidspot.
1. Merangkul perbedaan yang adaBunda dan ayah akan menghadapi kehadiran bayi dengan cara berbeda. Ini sebenarnya nggak masalah Bun, bahkan bisa memberikan pengaruh positif buat perkembangan otak anak.
Perbedaan yang dimaksud seperti saat cuti, Bun. Kebanyakan pria hanya bisa cuti beberapa hari saat kelahiran anak. Kemudian ayah kembali bekerja dengan waktu tidur yang berkurang, dan perspektif yang berubah, entah perubahan dalam prioritas ingin menghabiskan lebih banyak waktu di rumah atau tekanan yang membuat pekerjaan tampak lebih penting.
 Foto: iStock |
2. Keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaanPenelitian menunjukkan tidak masalah siapa yang berperan utama dalam pengasuhan anak selama ayah dan bunda bahagia. Jadi yang penting adalah rutin berkomunikasi, diskusi terbuka, dan jujur dengan pasangan.
Ini akan terus berubah sepanjang perjalanan pengasuhan sehingga kuncinya komunikasi rutin. Cari tahu apa yang tepat untuk
ayah dan bunda secara individu, dan apa yang tepat untuk keluarga baru.
Misalnya nih, Bun, mencoba mencari tahu, seperti di bawah ini.
a. Apa tujuan karir masing-masing?
b. Apa tujuan keluarga Anda?
c. Dukungan apa yang dibutuhkan dari satu sama lain, seperti apa bentuknya?
d. Apa yang perlu dilakukan untuk keluargamu?
e. Pandangan orang tua muda yang dekat dengan bayi yang baru lahir di rumah
3. Luangkan waktu untuk satu sama lainSewaktu belum memiliki anak, ayah dan bunda hanya berdua saja. Tapi sekarang berbeda, ada bayi yang merasa lapar, menangis, membuat kurang tidur, dan masih banyak lagi. Ini tentunya membuat 'tersingkirnya' romantisme ayah dan bunda.
Setelah memiliki bayi, kehidupan keluarga serta hubungan ayah dan bunda berubah. Pasangan sering berbicara tentang perasaan bahagianya setelah kelahiran bayi. Namun, ketika 'babymoon' berakhir dan kehidupan kembali normal, ayah dan bunda mulai merasa kelelahan, jam tidur yang berantakan, kembali melakukan pekerjaan sehari-hari, dan ayah bunda sering merasa stres meningkat dan bisa menyebabkan pertengkaran.
Yang bisa ayah dan bunda lakukan adalah berkomunikasi. Cobalah meluangkan waktu untuk mendiskusikannya. Ceritakan apa yang ayah bunda anggap sulit, cari tahu apakah ayah bunda mengalami kesulitan dan apa yang bisa dilakukan agar saling mendukung.
Ayah dan bunda perlu memelihara hubungan ini. Kualitas waktu bersama penting untuk tetap terhubung.
Semakin banyak penelitian yang menunjukkan pentingnya kerja sama tim dalam pengasuhan, Bun. Terutama pada tahun pertama dan biasanya
orang tua merasa sedikit kewalahan dan membutuhkan dukungan ekstra.
Sebenarnya menjadi orang tua adalah waktu yang mengasyikkan dalam hidup, tetapi transisi menuju menjadi orang tua adalah hal yang terjadi sepanjang waktu. Jadi bersabarlah dan berikan ruang untuk tumbuh dan belajar sebagai orang tua.
(nwy/nwy)